Memohon perlindungan kepada Allooh dari ilmu yang tidak bermanfaat

🍃Penuntut ilmu senantiasa berlindung kepada Allooh Dari  ilmu yang tidak ber-manfaat

‎┈┉┅━❀🍃🌹🍃❀━┅┉┈

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta ilmu yang bermanfaat
dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang
thayyib, dan amal yang diterima.”

📚HR. Ibnu Majah no. 925. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.

Demikian juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ.

“Ya Allah  aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).”

📚HR. Abu Dawud no.
1548, An-Nasa’i no. 5536, dan Ibnu Majah no. 3837. Hadits ini shahih.
Jadi ini sangat penting bagi penuntut ilmu untuk diketahui , dan senantiasa meminta perlindungan kepada  Allooh dari ilmu yang tidak bermanfaat, sebab kadang ia menyangka ilmu itu akan bermanfaat untuknya,tapi dari sisi lain tanpa di sadari, ilmu itu  akan menjadi bomerang dan hujjah atasnya, serta tertipu dengan makar syaitan dan hilang keberkahan ilmunya, dikarenakan seorang penuntut ilmu tidak bisa  membedakan ,  kapan  ilmu dikatakan sebagai ilmu yang bermanfaat dan tidak bermanfaat.

Apa itu ilmu yang bermanfaat?

🖊Kata Imam adz-Dzahabi rahimahullah  (Wafat: 748H):     

العلم ليس هو بكثرة الرواية، ولكنه نور يقذفه الله في القلب، وشرطه
الاتباع، والفرار من الهوى والابتداع

“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat, tetapi ia adalah cahaya yang ditancapkan oleh Allah ke dalam hati, dan syaratnya adalah al-ittiba’ (mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam), dan melarikan diri dari hawa nafsu serta menjauhi al-ibtida’ (bid’ah).”

📚adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, 13/323.

🖊Kata Imam Abu Hatim ar-Razi Rohimahullooh :

العلم عندنا ما كان عن الله تعالى من كتاب ناطق ناسخ غير منسوخ وما صحت به الأخبار عن رسول الله مما لا معارض له وما جاء عن الألباء من الصحابة ما اتفقوا عليه فإذا اختلفوا لم يخرج من اختلافهم فإذا خفي ذلك ولم يفهم فعن التابعين فإذا لم يوجد عن التابعين فعن أئمة الهدى من أتباعهم

“Ilmu di sisi kami adalah apa yang bersumber dari Allah Ta’ala sebagaimana yang ditetapkan melalui kitab-Nya (yang menghapus hukum sebelumnya dan tidak terhapus). Khabar yang shohih  bersumber dari Rasulullah tanpa ada penentangan terhadapnya, Kemudian apa yang datang dari sahabat dan  mereka bersepakat atasnya,  jika mereka berselisih, maka ilmu tidak akan keluar dari perselisihan mereka, dan jika ilmu itu tersembunyi dan tidak dipahami, maka dari tabi'in, Sekiranya tidak ditemukan dalam perkataan para
tabi’in, maka diambil dari para imam yang mendapat petunjuk.”

📚I’lam al-Muwaqqi’in, 2/248)

🖊Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah (Wafat: 795H) menukilkan:

وقال الجنيد علمنا هذا مقيد بالكتاب والسنة من لم يقرأ القرآن ويكتب
الحديث لا يقتدى به في علمنا هذا

“Berkata Al-Junayd (bin Muhammad), “Ilmu kita ini
dibatasi dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan siapa yang tidak membaca
Al-Qur’an dan tidak menulis (atau mencatat) hadis-hadis Nabi, maka dia
tidaklah dapat diikuti (sebagai rujukan) pada ilmu kita ini.”

📚Majmu’ Rasa’il 3/25

🖊Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah mengatakan:

فالعلم النافع من هذه العلوم كلها ضبط نصوص الكتاب والسنة وفهم معانيها والتقيد في ذلك بالمأثور عن الصحابة والتابعين وتابعيهم في معاني القرآن والحديث. وفيما ورد عنهم من الكلام في مسائل الحلال والحرام. والزهد. والرقائق. والمعارف. وغير ذلك والاجتهاد على تمييز صحيحه من سقيمه أولا.
ثم الاجتهاد على الوقوف في معانيه وتفهمه ثانياً. وفي ذلك كفاية لمن عقل. وشغل لمن بالعلم النافع عني واشتغل. ومن وقف على هذا وأخلص القصد فيه لوجه الله عز وجل واستعان عليه‎؛ أعانه وهداه، ووفقه وسدده، وفهّمه وألهمه، وحينئذٍ يثمر له هذا العلم ثمرته الخاصة به، وهي خشية الله، كما قال عزوجل: {إنما يخشى الله من عباده العلماء}...

“Maka ilmu yang bermanfaat dari seluruh ilmu ini (yakni yang telah
beliau sebutkan sebahagian bentuknya di risalah beliau ini tambahan
pent.) adalah meneliti teks-teks al-Qur’an dan as-Sunnah, memahami
makna-maknanya dan dikaitkan dalam (memahami) sumber tersebut dengan
berdasarkan apa yang diriwayatkan dari para sahabat, tabi’in, dan
orang-orang yang mengikuti mereka dalam mengambil makna al-Qur’an dan hadist. Dan pada apa-apa yang datang dari mereka dari ucapan-ucapan mereka tentang permasalahan halal, haram, zuhud, ar-raqaa’iq(melembutkan hati), ilmu pengetahuan, dan yang selainnya.
Kemudian dia bersungguh-sungguh  untuk membedakan antara yang sahih dengan yang tidak sahih sebagai langkah pertama, kemudian berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memahaminya sebagai langkah keduanya.
Dan sudah tentu, perkara tersebut sudah cukup bagi orang berakal, dan  menyibukkan bagi orang yang memfokuskan
dirinya terhadap ilmu yang bermanfaat!.

Maka siapa yang diberikan Taufik di atas hal ini, dan mengikhlaskan maksud didalamnya karena Allooh, dan meminta bantuan pada Allooh, Maka Allloh akan membantunya dan memberikan hidayah padanya, dan
meluruskannya, dan memahamkan dan memberikan ilham atasnya, dan ketika
itulah akan membuahkan hasil , yang secara khusus 
adalah  munculnya rasas
takut kepada Allooh, sebagaimana firman Allooh “ sesungguhnya yang
takut kepada Allooh dari hamba-hambanya adalah para ulama( yang
memiliki ilmu)

📚Majmu’ Rasa’il Ibn Rajab Al-Hanbali, 3/26.

🖊Beliau juga berkata :

هذا العلم النافع يدل على أمرين:
أحدهما : على معرفة اللَه وما يستحقه من الأسماء الحسنى والصفات العلى والأفعال الباهرة. وذلك يستلزم إجلاله، وإعظامه، وخشيته، ومهابته، ومحبته، ورجاءه، والتوكل عليه، والرضا بقضائه، والصبر على بلائه. والأمر الثاني : المعرفة بما يحبه ويرضاه، وما يكرهه ويسخطه؛ من الاعتقادات والأعمال الظاهرة والباطنة والأقوال، فيوجب ذلك لمن علمه المسارعة إلى ما فيه محبة اللَه ورضاه والتباعد عما يكرهه ويسخطه: فإذا أثمر العلم لصاحبه هذا فهو علم نافع، فمتى كان العلم نافعاً ووقر في القلب فقد خشع القلب للَّه وانكسر له. وذل هيبة وإجلالا وخشية ومحبة وتعظيما. ومتى خشع القلب للَّه وذل وانكسر له قنعت النفس بيسير الحلال من
الدنيا وشبعت به فأوجب لها ذلك القناعة والزهد في الدنيا.

“Ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang akan menunjukkan  dua perkara:

Salah satunya adalah mengenal Allah dan
apa yang Dia pantas untuknya berupa nama-nama-Nya yang indah,
sifat-sifat-Nya yang tinggi dan perbuatan-perbuatan-Nya yang agung. Hal
ini akan mengharuskan pengagungan, rasa takut, cinta, harap dan
tawakkal kepada Allah, serta ridha dengan segala keputusanNua
dan sabar atas segala musibah yang menimpa.

Yang kedua adalah Mengetahui apa yang diridhai dan dicintai Allah dan
menjauhi apa yang dimurkai dan dibenci Allah berupa keyakinan dan
amalan amalan yang nampak maupun tersembunyi, dan juga berupa ucapan,
maka hal  ini mengharuskan terhadap orang yang telah mengilmuinya
untuk bergegas terhadap apa yang Allooh cintai, dan ridhai, dan
menjauhi dari apa yang dibenci oleh Allooh dan yang dimurkai, Apabila
ilmu itu menghasilkan perkara tersebut, maka itulah ilmu yang
bermanfaat.
Dan kapan saja ilmu yang bermanfaat ini tertanam di dalam hati, maka
hati pun akan menjadi khusyu kepada Allooh, dan merendah diri, tunduk,
takut,mencintai, pemuliaan dan mengagungkan Allah. Dan kapan hati
khusyu kepada Allooh, maka jiwa cukup dengan sedikit yang  halal dari
dunia dan merasa kenyang dengannya, sehingga hal ini mengharuskan ia
menjadi qonaah dan bersikap zuhud terhadap perkara dunia.

فالشأن في أن العبد يكون بينه وبين ربه معرفة خاصة بقلبه؛ بحيث يجده
قريباً منه، يستأنس به في خلوته، ويجد حلاوة ذكره ودعائه ومناجاته
وخدمته. ولا يجد ذلك إلا من أطاعه في سره وعلانيته .....

Maka perkaranya adalah pada seoarang hamba antara dia dengan RoobNya ada  pengenalan secara khusus dengan hatinya, dari sisi hamba tersebut
mendapatkanNya dalam keadaan dekat darinya, dan merasa terhibur  dengannya dalam
bersendiriannya ia, dan mendapatka manisnya berdzikir dan berdoa
terhadapnya, dan bermunajat terhadapNya, dan pelayanan terhadap
agamanya, dan hal itu tidak akan didapatkan kecuali siapa yang taat
kepadanya dalam keadaan tersembunyi dari pandangan manusia, dan
terang-terangan

فالعلم النافع ما عرف به العبد ربه، ودل عليه حتى عرف ربه ووحده وأنس به واستحى من قربه، وعبده كأنه يراه..

Maka ilmu yang bermanfaat adalah apa yang dengannya seorang hamba
mengetahui RoobNya, dan menunjukkan atasnya sampai ia mengenal RoobNya,
dan mentauhidkan, dan terhibur, dan merasa malu dengan kedekatannya,
dan ia beribadah kepada Allooh seakan akan ia melihatnya.....

ومن فاته هذا العلم النافع وقع في الأربع التي استعاذ منها النبي صلي
الله عليه وسلم: وصار علمه وبالا وحجة عليه، فلم ينتفع به؛ لأنه لم يخشع قلبه لربه. ولم تشبع نفسه من الدنيا بل ازداد عليها حرصاً ولها طلباً. ولم يُسمع دعاؤه لعدم امتثاله لأوامر ربه. وعدم اجتنابه لما يسخطه
ويكرهه.

Dan siapa yang luput dari ilmu yang bermanfaat ini, maka ia terjatuh
pada empat perkara yang nabi berlindung darinya, dan jadilah ilmunya
bencana dan hujjah/bomerang atasnya, maka ia tidak bisa mengambil
faidah darinya, Sebab hatinya tidak khusyu pada RoobNya, dan jiwanya
tidak merasa puas dengan dunia, bahkan bertambah atasnya semangat dan
untuk mencarinya, dan doanya tidak didengarkan karena tidak ada
pelaksaaan terhadap perintah perintah robbnya, dan tidak menjauhi
terhadap apa yang Allooh murka dan membencinya..

وعلامة هذا العلم الذي لا ينفع أن يكسب صاحبه الزهو والفخر والخيلاء وطلب العلو والرفعة في الدنيا، والمنافسة فيها، وطلب مباهاة العلماء، ومماراة السفهاء، وصرف وجوه الناس إليه، وقد ورد عن النبي صلى الله عليه وسلم :
إن من طلب العلم لذلك فالنار النار.

Dan diantara tanda ilmu yang tidak  bermanfaat, bahwa pemiliknya berusaha mendapatkan kebanggaan, kesombongan dan menginginkan
ketinggian dan kemuliaan didunia, dan berlomba-lomba dalam dunia, dan
menginginkan  berbangga-bangga dihadapan ulama, dan mendebat orang
orang yang bodoh, dan ingin memalingkan pandangan manusia pada
dirinya, telah datang hadits dari nabi bahwa siapa yang menuntut ilmu
untuk hal tersebut maka neraka neraka baginya.

وربما ادعى بعض أصحاب هذه العلوم معرفة الله وطلبه، والأعراض عما سواه
وليس غرضهم بذلك إلا طلب التقدم في قلوب الناس من الملوك وغيرهم، وإحسان
ظنهم بهم وكثرة اتباعهم. والتعاظم بذلك على الناس...

Dan kadang mengaku  sebagian orang yang memiliki ilmu akan
pengenalan Allooh, dan menginginkan wajah Allooh, dan berpaling dari selain
itu dan bukan maksud mereka dengan perkara tersebut kecuali ingin
terdepan dihati manusia dari para penguasa dan selain dari mereka,
dan baik sangkanya mereka kepadanya dan banyaknya pengikut
mereka, dan merasa besar dengan perkara itu disisi manuisa.

ومن علامات ذلك عدم قبول الحق والانقياد إليه، والتكبر على من يقول الحق خصوصاً إن كان دونهم في أعين الناس، والإصرار على الباطل خشية تفرق قلوب الناس عنهم بإظهار الرجوع إلى الحق ...

Dan diantara tanda dari ilmu yang tidak bermanfaat adalah tidak
menerima al haq dan tunduk terhadapnya, dan takabbur atas orang yang
mengatakan al haq jika orang tersebut rendah di pandangan manusia, dan
terus menerus diatas suatu kebathilan karena takut memecah belah hati
manusia dengan menampakkan akan kembalinya kepada al haq.

ومن علامات أهل العلم النافع : أنهم لا يرون لأنفسهم حالا ولا مقاما،
ويكرهون بقلوبهم التزكية والمدح، ولا يتكبرون على أحد،...

Dan diantara tanda ilmu yang bermanfaat, bahwasannya mereka tidak
memandang diri mereka pada keadaan mereka sekarang , dan tidak pula
kedudukan mereka, dan mereka membenci dengan hati mereka tazkiyyah dan
pujian, dan tidak takabbbur terhadap seorang pun,.

ومن علامات العلم النافع : أنه يدل صاحبه على الهرب من الدنيا وأعظمها الرئاسة والشهرة والمدح فالتباعد عن ذلك والاجتهاد في مجانبته من علامات العلم النافع.
فإذا وقع شيء من ذلك من غير قصد واختيار كان صاحبه في خوف شديد من عاقبته بحيث أنه يخشى أن يكون مكراً واستدراجاً كما كان الإمام أحمد يخاف ذلك على نفسه عند اشتهار اسمه

Dan dari alamat ilmu yang bermanfaat adalah bahwa ilmu tersebut menunjukkan pemiliknya untuk lari dari dunia, dan sebesar-besar dari
dunia adalah kepemimpinan,masyhur(ingin terkenal) dan pujian, maka usaha untuk menjauhi dan bersungguh-sungguh dalam menjauhinya adalah
merupakan alamat dari ilmu yang bermanfaat.

Dan jika sesuatu terjadi
dari perkara dunia tanpa dimaksudkan dan pilihannya, maka  ia dalam keadaan takut yang sangat, akan akibat dari perkara tersebut, dari sisi takut itu sebagai makar dan bentuk pelalaian, sebagaimana  imam Ahmad takut akan dirinya, ketika namanya terkenal..

ومن علامات العلم النافع : أن صاحبه لا يدعى العلم، ولا يفخر به على أحد، ولا ينسب غيره إلى الجهل إلا من خالف السنة وأهلها فإنه يتكلم فيه غضباً للَّه لا غضباً لنفسه ولا قصداً لرفعتها على أحد.

Dan diantara alamat dari ilmu yang bermanfaat : bahwa pemiliknya tidak
mengakui akan ilmu (yang ia miliki), dan tidak sombong dengan ilmunya
pada seorangpun, dan tidak menyandarkan kebodohan pada selainnya
kecuali orang yang menyelisihi sunnah dan pengikut sunnah, dan ia
berbicara tentang orang yang menyelisihi sunnah, dan pengikutnya,
karena kemarahan yang didasari karena Allooh, bukan karena kemarahan
pada dirinya, dan bukan untuk maksud mengangkat dirinya atas seorangpun.

وأما من علمه غير نافع فليس له شغل سوى التكبر بعلمه على الناس وإظهار فضل علمه عليهم ونسبتهم إلى الجهل وتَنَقُّصهم ليرتفع بذلك عليهم وهذا من أقبح الخصال وأرداها...

Dan adapun dari ilmunya yang tidak bermanfaat, maka tidak ada kesibukan
untuknya, kecuali kesombongan atas ilmunya bagi manusia, dan
menampakkan kelebihan ilmunya atas mereka, dan menyandarkan kebodohan
pada mereka dan merendahkannya, supaya ia terangkat dengan ilmu dan kelebihannya atas mereka, dan ini adalah sejelek-jelek ciri(dari seorang penuntut ilmu).

وأهل العلم النافع : يسيئون الظن بأنفسهم، ويحسنون الظن بمن سلف من العلماء ويقرون بقلوبهم وأنفسهم بفضل من سلف عليهم وبعجزهم عن بلوغ مراتبهم والوصول إليها أو مقاربتها ...

Dan yang memiliki ilmu yang bermanfaat, adalah  berburuk sangka pada diri
mereka, dan berprasangka yang baik dengan ulama yang terdahulu, dan
menetapkan dengan hati mereka dan diri diri mereka dengan keutamaan
dari orang yang terdahulu atas mereka, dan lemahnya mereka untuk
sampai pada jenjang mereka atau mendekati mereka.

ومن علمه غير نافع إذا رأى لنفسه فضلا على من تقدمه في المقال وتشقق الكلام ظن لنفسه عليهم فضلا في العلوم أو الدرجة عند اللَه لفضل خص به عمن سبق فاحتقر من تقدمه واجترأ عليه بقلة العلم ولا يعلم المسكين أن قلة كلام من سلف إنما كان ورعا وخشية للَّه، ولو أراد الكلام وإطالته لما عجز
عن ذلك...

Dan dari ilmunya yang tidak bermanfaat, jika ia melihat pada dirinya
kelebihan atas siapa yang telah mendahuluinya dalam ucapan, dan
campur aduknya perkataan mereka, maka ia menyangka dirinya ada
keutamaan dalam ilmu atas orang terdahulu, atau derajat disisi Allooh,
karena keutamaan yang dikhususkan dengannya dari orang yang terdahulu,
maka ia pun merendahkan orang yang mendahuluinya, dan berani lancang menuduh atasnya sedikitnya ilmu, dan orang yang miskin ini tidak
mengetahui, bahwa sedikitnya perkataan dari ulama salaf, itu tidak
lain karena wara’ dan rasa takut kepada Allooh, dan seandainya ia mampu untuk memanjangkan perkataan , maka mereka mampu..

فمن عرف قدر السلف عرف أن سكوتهم عما سكتوا عنه من ضروب الكلام وكثرة الجدال والخصام والزيادة في البيان على مقدار الحاجة لم يكن عياً ولا جهلا ولا قصوراً وإنما كان ورعا وخشية للَّه واشتغالا عما لا ينفع بما
ينفع ...

Dan siapa yang mengetahui kedudukan para salaf, maka ia mengetahui bahwa diamnya mereka dari apa yang mereka diam darinya merupakan bagian dari permisalan ucapan mereka, dan banyaknya perdebatan dan
pertengkaran, dan kelebihan dalam penjelasan sesuai dengan yang dibutuhkan,bukanlah merupakan suatu kelemahan, dan kebodohan, dan kekurangan, akan tetapi itu tidaak lain adalah bentuk wara’ dan
ketakutan kepada Allooh, dan menyibukkandari apa yang tidak bermanfaat
dengan apa yang bermanfaat.

فليس العلم بكثرة الرواية، ولا بكثرة المقال، ولكنه نور يُقذف في القلب
يفهم به العبد الحق، ويميز به بينه وبين الباطل، ويعبر عن ذلك بعبارات
وجيزة محصلة للمقاصد.

Bukanlah ilmu dengan banyaknya riwayat, dan bukan banyaknya ucapan,
akan tetapi ilmu adalah cahaya yang ditancapkan pada hati, yang dengan
cahaya tersebut seorang hamba dapat memahami al haq, dan dengan cahaya
dapat membedakan antara al haq dan kebathilan, dan ilmu itu diibaratkan  dengan cahaya dengan berbagai ungkapan ringkas yang mencapai maksud..... .

📚Fadhlu Ilmi Salaf ala Khalaf hal, 47

🖊Berkata Imam adz-Dzahabi rahimahullah (Wafat: 748H):

نَسْأَل اللهَ عِلْماً نَافِعاً، تَدْرِي مَا العِلْمُ النَّافِع؟هُوَ مَا نَزل بِهِ القُرْآنُ، وَفسَّره الرَّسُول – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ – قَوْلاً وَفعلاً، وَلَمْ يَأْت نَهْي عَنْهُ، قَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: (مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي، فَلَيْسَ مِنِّي)،
فَعَلَيْك يَا أَخِي بتدبُّر كِتَاب اللهِ، وَبإِدمَان النَّظَر فِي (الصَّحِيْحَيْنِ) و(سُنَن النَّسَائِيّ)، وَ(رِيَاض النَّوَاوِي)
وَأَذكَاره، تُفْلِحْ وَتُنْجِحْ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ عُبَّادِ
الفَلاَسِفَة، وَوظَائِفِ أَهْلِ الرِّيَاضَات، وَجُوعَ الرُّهبَان، طَيْشِ رُؤُوْسِ أَصْحَابِ الخلوَات، فُكُلُّ الخَيْر فِي مُتَابعَة الحنِيفِيَة السَّمحَة، فَواغوثَاهُ بِاللهِ، اللَّهُمَّ اهدِنَا إِلَى صرَاطك المُسْتقيم

“Kita memohon kepada Allah ilmu yang bermanfaat. Tahukah kamu apa ilmu
yang bermanfaat tersebut? Yaitu ilmu yang turun bersama al-Qur’an dan ditafsirkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan
ucapan, perbuatan, dan yang tiada larangan darinya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesiapa yang membenci
sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku.” Wahai saudaraku, kamu
perlu mempelajari kitab Allah dan menekuni dua kitab Sahih (Shahih
al-Bukhari dan Muslim), Sunan an-Nasaa’i, Riyadhus Shalihin, dan
al-Adzkar karya Imam an-Nawawi, niscaya kamu akan beruntung dan
selamat. Jauhilah syubhat pemikiran ahli falsafah, perbuatan ahli
sufi, ajaran para pendeta, dan khayalan orang-orang yang suka menyendiri. Seluruh kebaikan itu adalah dengan mengikuti jalan yang lurus. Mintalah pertolongan kepada Allah. Ya Allah, tunjukkanlah
kepada kami jalan-Mu yang lurus.”

📚Siyar A’lam
an-Nubala’, 19/339-340

🖊Berkata imam Asy_ syatiby  Rohimahulloh ;

كل مسألة لا يبني عليها عمل فالخوض فيها خوض فيما لا يدل على استحسانه دليل شرعي ، واعني بالعمل عمل القلب، وعمل الجوارح من حيث هو مطلوب شرعا.

Setiap permasalahan yang tidak dibangun diatasnya suatu amalan, maka
berbicara panjang lebar  didalamnya, adalah suatu keterlarutan pada
sesuatu yang dalil syar'i   tidak menunjukkan akan baiknya perkara
tersebut, dan yang dimaksudkan dengan amalan adalah amalan dengan amalan hati, dan amalan anggota tubuh dari sisi hal itu dituntut
secara syariat .

دليل على ذلك استقراء الشريعة، فإما رأينا الشارع يعرض عما لا يفيد عملا مكلفا به، ففى القرآن الكريم ( ويسالونك عن الأهلة قل هى مواقيت للناس والحج) فوقع الجواب بما يتعلق به العمل إعراضا عما قصده السائل من السؤال
عن الهلال : لما يبدو دقيقا فى أول الشهر دقيقا كالخيط، ثم يمتلىء حتى يصير بدرا ثم يعود إلى حالته الاولى ؟

Dan dalil akan perkara tersebut penelitian terhadap syariat, maka
sungguh kami melihat pembuat syariat(Allooh) berpaling dari apa yang
tidak memberikan faidah berupa amalan yang dibebankan dengannya.
Didalam Al Qur'an  Allooh berfirman :
Mereka bertanya padamu Muhammad tentang bulan Tsabit , maka katakanlah
itu adalah merupakan tanda tanda untuk manusia dan ibadah haji .
Maka jawaban muncul dengan apa yang berkaitan dengan amalan (tanda tanda untuk manusia dan ibadah haji),

agar berpaling dari apa yang dimaksudkan oleh penanya kepada rasulullaah tentang bulan tsabit:

untuk apa bulan tampak dalam keadaan tipis pada awal bulan Seperti
benang , kemudia  akan penuh sampai bulan purnama, kemudian kembali pada keadaanya yang pertama.??

📚Al muwafaqat 1/46-48.

والحمد لله

أسأل الله التوفيق والسداد

✍Di susun oleh :
Abu Hanan As-Suhaily Utsman As-Sandakany.

3 Robi'ul awal 1440-11 November 2018.

🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾

Sumber :
https://t.me/Nashihatulinnisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Belajar Di Jami'ah Islamiyyah Madinah

Menanggapi akan makruh nya istri memakai celana dalam

Berqurban Sesuai Dengan Sunnah Rosulullooh ﷺ