Hukum Hukum Seputar Aqiqah
HUKUM-HUKUM AQIQAH
PERTANYAAN:
Alhamdulillaah anak ana sudah lahir, laki2.
Mau nanya ustadz , berkenaan dengan hadits ini:
1 masalah sedekah perak untuk rambut bayi ustadz, apakah sunnah atau wajib? trus diberikan kepada siapa perak tersebut?
حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ أَنَّهُ قَالَ وَزَنَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَعَرَ حَسَنٍ وَحُسَيْنٍ فَتَصَدَّقَتْ بِزِنَتِهِ فِضَّةٍ
2 dan masalah 'aqiqoh, hukumnya wajib atau sunnah?
boleh tidak mengaqiqohi anak lelaki meski satu kambing jika tidak mampu?
حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ أَنَّ أَبَاهُ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ كَانَ يَعُقُّ عَنْ بَنِيهِ الذُّكُورِ وَالْإِنَاثِ بِشَاةٍ شَاةٍ
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ لَمْ يَكُنْ يَسْأَلُهُ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ عَقِيقَةً إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهَا وَكَانَ يَعُقُّ عَنْ وَلَدِهِ بِشَاةٍ شَاةٍ عَنْ الذُّكُورِ وَالْإِنَاثِ
3 apa jika tidak mampu dengan kambing bolehkah 'aqiqoh dengan burung?
حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ التَّيْمِيِّ أَنَّهُ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يَسْتَحِبُّ الْعَقِيقَةَ وَلَوْ بِعُصْفُورٍ
4 apa bagi yang belum diaqiqohi dan ketika baligh dia mampu mengaqiqohi dirinya sendiri, hukumnya sunnah atau wajib?
5 dan apakah berdosa bagi orang tua jika tidak mampu mengaqiqohi anak atau lebih baik berhutang?
Mohon jawabanya ustadz.ً
JAWABAN:
1. MASALAH SEDEKAH DENGAN PERAK SEBERAT RAMBUT BAYI
Telah datang beberapa hadits tentangnya dari ibnu 'Abbas dari Abu Rafi' dan dari Ali bin Abi Thalib seluruh jalurnya tidak lepas dari 'illah namun menjadi hasan dengan keseluruhan jalur-jalurnya.
Telah di hasankan haditsnya Al'Allamah Al Albani dan Syaikh kami Muhammad bin Hizam hafidzahullah
Lihat "Al irwa" no (1164) dan no (1175)
"Fathul 'Allam" 5/551
Dan jumhur ulama fiqih berpendapat sunnahnya bersedekah dengan perak seberat rambur bayi.
2 HUKUM AQIQAH
ulama berselisih tentang hukum Aqiqah di antara mereka seperti hanabilah dan dzahiriyyah berpendapat wajibnya aqiqah mereka berdalil dgn hadits shahih yang diriwayatkan imam Ahmad (no 20201) dari sahabat Samurah radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كل غلام مرتهن بعقيقته، تذبح عنه يوم سابعه
Setiap anak itu tergadai/tertahan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya dan dijauhkan gangguan darinya dan diberi nama.
Dan hadits Sulaiman bin 'Amir Adh Dhabbi bahwasanya beliau mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مع الغلام عقيقة فأهرقوا عنه دنا وأميطوا عنه الأذى
Kelahiran seorang anak itu disertai aqiqahnya maka alirkanlah untuknya darah (sembelih) dan jauhkanlah darinya gangguan. HR. Bukhari (no. 5472)
Pada hadits di atas menunjukkan perintah yang konsekwensinya adalah kewajiban.
Namun jumhur ulama memiliki dalil yang memalingkan kewajiban tersebut menjadi sunnah yaitu hadits 'amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya Abdullah bin 'amr bin Al 'Ash radhiyallahu anhu beliau berkata:
سئل النبي صلى الله عليه وسلم عن العقيقة؟ فقال: "إن الله لا يحب العقوق" وكأنه كره الإسم قالو: يا رسول الله إنما نسألك عن أحدنا يولد له؟ قال: من أحب منكم أن ينسك عن ولده فليفعل، غن الغلام شاتان مكافأتان، وعن الجارية شاة"
Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya tentang Aqiqah, maka beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah tidak menyukai 'Uquq (kedurhakaan)" seolah-olah beliau benci penamaannya,
Para sahabat mengatakan wahai Rasulullah sesungguhnya kami hanyalah menanyakan tentang lahirnya ana salah seorang dari kami, kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa diantara kamu suka untuk menyembelih untuk anaknya maka lakukanlah, untuk anak laki-laki dua kambing yang serupa dan untuk anak perempuan satu kambing."
HR. Ahmad (no. 6713) dan ini adalah hadits hasan juga diriwayatkan oleh Abu Daud rahimahullah
Dan ini menguatkan pendapat jumhur ulama bahwa hukum aqiqah adalah mustahab.
Wallahu a'lam
[7/8/2015 12.45 PM] Ust Shiddiq: Ada juga yang berdalil dengan hadits di atas akan makruhnya aqiqah yaitu sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam "saya tidak menyukai 'uquq" namun kelengkapan dan gaya bahasa hadits menolak pemahaman ini, sebab dalam hadits telah di sebutkan penyebab ucapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam tadi yaitu lafadz setelahnya "seolah-olah beliau membenci penamaannya" kemudian beliau menjelaskan disyariatkannya Aqiqah dan di sunnahkannya dengan sabda beliau (barangsiapa diantara kamu yang senang untuk menyembelih untuk anaknya maka hendaknya dia lakukan...)
Berkata ibnul Qoyyim rahimahullah: Adapun hadits 'Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "saya tidak suka al'uquq" maka siyak/gaya bahasa haditsnya merupakan dalil disunnahkannya aqiqah lantaran haditsnya begini: bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam di tanya trntang Aqiqah -kemudian beliau menyebutkan hadits di atas-. (Tuhfatul maulud hal. 46)
Dan dari hadits abdullah bin 'amr radhiyallahu anhu di atas dan selainnya menunjukkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan dan inilah yang afdhol sesuai dengan hadits tadi.
Namun apabila dia tidak mampu untuk menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan hanya mampu satu ekor maka telah datang dalil yang menunjukkan bolehnya aqiqah menyembelih satu ekor kambing untuk anak laki-laki.
[7/8/2015 3.20 PM] Ust Shiddiq: Telah diriwayatkan oleh Abu Daud rahimahullah (no. 2843) dari hadits Buraidah radhiyallahu anhu bahwasanya beliau berkata:
كنا في الجاهلية إذا ولد لأحدنا غلام ذبح شاة ولطخ رأسه بدمها فلما جاء الله بالإسلام كنا نذبح شاة ونحلق رأسه ونلطخه بزعفران
Kami dulu di zaman jahiliyyah apabila salah seorang dari kami lahir anak laki-lakinya maka dia menyembelih seekor kambing lalu melumuri kepalanya dengan darah kambing tadi, ketika Allah datangkan agama islam maka kami menyembelih seekor kambing dan mencukur kepalanya serta melumurinya dengan za'faran. (Hasan)
[8/8/2015 9.03 AM] Ust Shiddiq: Dan telah diriwayatkan oleh Abdurrozzaq dalam mushonnafnya (no. 7964) dengan sanad shahih dari Nafi' beliau berkata:
كان بن عمر لا يسأل أحد من أهله عقيقة إلا أعطاها إياه قال فكان يقول على الغلام شاة وعلى الجارية شاة
"Tidaklah salah seorang dari keluarga ibnu 'Umar meminta kepadanya aqiqah melainkan beliau memberikannya kepadanya, Nafi' berkata: bahwa ibnu 'Umar pernah berkata: "untuk anak laki-laki satu ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor kambing."
[8/8/2015 11.48 AM] Ust Shiddiq: Demikian atsar ibnu 'Umar radhiyallahu anhu diriwayatkan di Al Muwaththo' (1842)
ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻳﺴﺄﻟﻪ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺃﻫﻠﻪ ﻋﻘﻴﻘﺔ، ﺇﻻ ﺃﻋﻄﺎﻩ ﺇﻳﺎﻫﺎ، ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻌﻖ ﻋﻦ ﻭﻟﺪﻩ ﺑﺸﺎﺓ ﺷﺎﺓ ﻋﻦ اﻟﺬﻛﻮﺭ ﻭاﻹﻧﺎﺙ
Tidaklah salah seoranh dari keluarganya meminta kepadanya aqiqah melainkan beliau berikan kepadanya aqiqah dan beliau menyembelih aqiqah untuk anaknya satu ekor kambing baik itu untuk anak laki-laki atau untuk anak perempuan.
[8/8/2015 11.48 AM] Ust Shiddiq: 3 Aqiqah dgn Menyembelih selain kambing
Dari dalil-dalil yang telah lewat diketahui bahwasanya yang warid/datang dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah menyembelih kambing dan inilah yg afdhal sesuai dgn hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Tapi bagaimana kalau dia menyembelih selain kambing?
Maka Ulama telah berselisih pada perkara ini, jumhur ulama membolehkan dengan selain kambing mereka berdalil dengan keumuman sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah lewat: "Alirkanlah untuknya darah (sembelih)" HR. Bukhari no. 5472
Dan telah tsabit dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu bahwasanya beliau menyembelih aqiqah seekor unta untuk anaknya. Sebagaimana dalam mushonnaf ibnu Abi Syaibah no. 24272 dengan sanad hasan.
Dan menurut mereka unta dan sapi lebih besar pahalanya dari pada kambing.
Dan sebagian ulama di antaranya ibnu hazm dan selainnya berpendapat tidak boleh selain kambing. Adapun hadits "Alirkanlah untuknya darah" adalah hadits umum yang dijelaskan maksudnya dengan hadits lain (yaitu hadits yang menjelaskan bahwa yang disembelih adalah kambing).
Imam ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
"Apakah disyariatkan Aqiqah dengan selain kambing seperti unta dan sapi atau tidak?
Ulama telah berselisih pada perkara itu -kemudian beliau menyebutkan atsar Anas tadi dan atsar Abu Bakrah radhiyallahu anhuma kemudian berkata- dan sebagian mereka mengingkari itu (Aqiqah dengan selain kambing) dan mengatakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan dan tidak boleh aqiqah dengan selain itu.
Kami telah meriwayatkan dari Yusuf bin Mahak bahwasanya dia masuk bersama ibnu Abi Mulaikah kepada Hafsah binti 'Abdirrahman bin Abi Bakr dan telah lahir anak laki-laki Mundzir bin Zubair maka kukatakan sembelihlah untuknya unta maka dia berkata: saya memohon perlindungan kepada Allah, bibiku (yaitu Aisyah radhiyallahu'anha) pernah berkata untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor kambing.
Dan Malik berkata: domba untuk aqiqah lebih kusukai daripada sapi dan kambing lebih aku sukai daripada unta dan sapi.
Dan unta untuk hady (sembelihan haji) lebih kusukai daripada kambing dan unta lebih kusukai daripada sapi.
Ibnul Mundzir berkata: barangkali hujjah orang yang berpendapat bahwa boleh aqiqah dengan unta dan sapi adalah sabda Nabi "bersama anak yang lahir aqiqahnya maka alirkanlah untuknya darah" dan tidak disebutkan darah ini bukan darah itu maka apa-apa yang disembelih untuk anak yang lahir berdasarkan khabar (hadits) ini boleh, dan berkata: dan boleh seseorang berkata sesungguhnya hadits ini global dan sabda Nabi "Untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor kambing" penjelasan terhadap hadits tadi, dan penjelas lebih dikedepankan daripada makna yang global. (Tuhfatul Maudud hal. 82-84).
[8/8/2015 12.03 PM] Ust Shiddiq: Pada masdar kalam ibunl qoyyim rahimahullah sebelum ini tertulis: Tuhfatul maulud itu salah dan yang benar adalah "tuhfatul maudud bi ahkamil maulud" baarokallahu fiikum
[9/8/2015 9.42 PM] Ust Shiddiq: Syaikh kami Muhammad bin Hizam hafidzahullah berkata:
"mencukupkan dengan apa yang datang dalam hadits lebih utama, dan barangsiapa yang aqiqah dengan menyembelih unta maka saya harap hal itu cukup baginya, wallahu a'lam. (Fathul 'Allam 5/548).
Sebagaimana telah lewat bahwa penjelas lebih dikedepankan dari pada makna global maka pendapat ibnu hazm dan yang sependapat dengannya lebih kuat wallahu a'lam.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
فألفاظ الحديث يبين بعضها بعضا وهي تبين مراده صلى الله عليه وسلم فلا يجوز أن يتعلق بلفظ منها ويترك بقيتها
Maka lafadz-lafadz hadits itu saling menjelaskan satu sama lain yang merupakan penjelasan maksud Nabi shallallahu alaihi wa sallam maka tidak boleh bagi seseorang berpegang dengan suatu lafadx dari hadits dan meninggalkan selainnya. (Ash sholah wa hukmu tarikuha hal 121).
Adapun aqiqah dengan menyembelih burung maka tidaklah dinukil baik dari hadits maupun atsar sahabat ada yang aqiqah dengan menyembelih burung adapun yang dinukil dari Ibrahim bin Al Harits At Taimy:
تستحب العقيقة ولو بعصفور
"Disunnahkan Aqiqah walaupun dengan menyembelih burung pipit"
Maka imam As Syafi’iy menukilkan ucapan Imam Malik kepadanya setelah menyebutkan ucapan di atas:
"Sesungguhnya kami berpendapat ucapan ini tidak diamalkan"
Lihat Bab Ma Ja fil aqiqah dari kitab Al Umm (7/228).
Dan berkata imam ibnu 'Abdil Barr tentang ucapan Ibrahim At Taimy: "Tidak dipahami pada khabar ini lebih banyak dari makna sunnahnya aqiqah, dan telah lewat pembahasan wajib atau sunnahnya Aqiqah
Adapun ucapannya "walaupun dengan menyembelih seekor burung pipit" sesungguhnya kalam ini diucapkan dengan tujuan memperkecil (kadarnya) atau mubalaghah seperti sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada 'Umar tentang kuda (yang telah dia infakkan fi sabilillah kemudian dia melihat kuda tersebut dijual lalu dia ingin membelinya) "jangan kau beli meskipun dia menjualnya kepadamu hanya dengan satu dirham."
Dan seperti sabdanya terhadap budak wanita yang telah berzina "jual-lah ia walaupun dengan tukaran tali"
Dan Ulama telah sepakat bahwasanya tidak boleh disembelih ketika aqiqah kecuali apa-apa yang boleh disembelih dari hewan kurban yang delapan berpasangan kecuali siapa yang menyendiri dari orang yang tidak teranggap perselisihannya sebagai perselisihan (yang merusak kesepakatan tadi).
Lihat Al istidzkar 5/321).
Maka tidak ada dalil yang menunjukkan bolehnya aqiqah dengan seekor burung dan barangsiapa yang aqiqah dengan seekor burung maka aqiqahnya tidak sah dan tertolak lantaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
"Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dari urusan kami ini maka amalannya itu tertolak." HR. Bukhari (2697), Muslim (4589)
Wallahu a'lam.
[10/8/2015 8.41 PM] Ust Shiddiq: 4 Apabila dia telah besar kemudian mampu mengaqiqah dirinya sendiri
Telah datang pada permasalahan ini hadits dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau berkata:
عق النبي صلى الله عليه وسلم عن نفسه بعد ما بعث بالنبوة
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengaqiqah untuk dirinya sendiri setelah diutus sebagai Nabi. (Diriwayatkan oleh Abdurrozzaq no. 7960)
Tapi pada sanadnya Abdullah bin Muharrar dan dia itu munkarul hadits.
Imam Ahmad menghukumi hadits di atas sebagai hadits munkar (tuhfatul maudud hal. 88)
Demikian datang dari jalur lain sebagaimana di "mu'jamul Awsath" (no. 994) tapi pada sanadnya Abdullah bin Al Mutsanna dan dia itu dhoif.
Berkata imam Al Baihaqi: telah diriwayatkan dari jalur lain dari qotadah dan dari jalur lain dari Anas dan bukanlah sesuatu (tidak bisa dijadikan dalil dan hujjah). (Lihat sunan Al Baihaqi no. 19750)
Imam Al Albani rahimahullah menghasankan hadits ini dengan jalur-jalurnya sebagaimana dalam "As shahihah" (no.2726)
Dan para ulama berselisih pada permasalahan ini ada yang berpendapat mustahab baginya mengaqiqah dirinya sebagian lagi mengatakan ini adalah perkara yang mustahab bagi orangtua terhadap anaknya maka dia tidak melakukan aqiqah untuk dirinya.
Syaikh kami Muhammad bin Hizam hafidzahullah berkata:"Yang tampak -wallahu a'lam- tidak disunnahkannya melakukan aqiqah untuk dirinya lantaran tidak ada dalil shahih yang menunjukkan hal itu." (Fathul 'Allam 5/547)
Yang rajih wallahu a'lam boleh baginya mengaqiqah dirinya sendiri karena selama dia belum di aqiqah berarti dia masih dalam tahanan syaitan dan gadaian yang belum ditebus, maka disunnahkan baginya menebus dirinya sendiri dan kalau dia memberikan uang kepada orang tuanya untuk menyembelih aqiqah untuknya lebih bagus.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كل غلام مرتهن بعقيقته
"Setiap anak yang lahir itu tergadai dengan aqiqahnya...".
Imam ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: "Dan Allah subhanahu telah menjadikan sembelihan untuk anak itu sebagai sebab untuk membebaskan gadaiannya dari syaitan yang bergantung padanya sejak lahirnya ia ke dunia dan syaitan menusuk di sisi perutnya, jadilah aqiqah itu sebagai tebusan dan pembebasan baginya dari tahanan syaitan dan penjaranya dan kebebasan baginya dari tawanan syaitan dan larangannya untuk mengamalkan amalan-amalan kebaikan akhiratnya, yang akhirat itu adalah tempat kembalinya. (Tuhfatul Maudud hal. 74).
[12/8/2015 12.09 AM] Ust Shiddiq: 5 Apabila orang tua tidak mampu maka dia tidak berdosa
Alloh ta'ala berfirman:
لا يكلف الله نفسا إلا وسعها
"Allah tidaklan membebani suatu jiwa melainkan sesuai kesanggupannya". [Al Baqarah 286].
Dan berfirman:
لينفق ذو سعة من سعته ومن قدر عليه رزقه فلينفق مما آتاه الله لا يكلف الله نفسا إلا ما آتاها سيجعل الله بعد عسر يسرا
Hendaknya orang yang memiliki kelapangan menginfakkan menurut kemampuannya dan barangsiapa yang disempitkan rezekinya maka hendaknya dia menginfakkan sesuai apa yang Allah rezekikan kepadanya, Allah tidaklah membebani suatu jiwa melainkan sesuai apa yang Allah berikan kepadanya, Allah akan datangkan kemudahan setelah kesulitan. [Ath Thalaq: 7].
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
فإذا نهيتكم عن شيء فاجتنبوه وإذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم
"Apabila saya melarang kamu dari suatu perkara maka tinggalkanlah dan apabila saya perintahkan kamu dengan suatu perkara maka lakukanlah apa yang kamu mampu." HR. Bukhari (7288) dan Muslim (6259).
Ini kalau itu adalah perkara wajib bagaimana kalau perkara tersebut adalah perkara sunnah sebagaimana telah lewat bahwasanya yang rajih hukum aqiqah adalah mustahab
Mustahab berdasarkan istilah fiqhiyyah adalah amalan-amalan yang diperintahkan/dianjurkan oleh syariat tapi tidak bersifat harus, dapat pahala orang yang mengerjakannya dan tidak dihukum orang yang tidak mengejakannya.
Adapun berhutang untuk aqiqah maka ibnu Qudamah rahimahullah berkata: "Dan aqiqah itu lebih utama daripada bersedekah dengan harganya, diucapkan oleh Imam Ahmad, dan beliau berkata: Apabila dia tidak memiliki sesuatu untuk menyembelih aqiqah kemudian diapun berhutang untuk aqiqah maka saya harap Allah gantikan untuknya, lantaran ia menghidupkan sunnah.
Berkata ibnul Mundzir: benar apa yang dikatakan Ahmad, menghidupkan sunan dan mengikutinya lebih utama. (Al Mughni 13/395).
Faedah dari Al Ustadz Abu Abdirrohman Siddiq Al Bugisi حَفِظَهُ اللّٰه
Sumber :
http://t.me/MARKIZTORAUT
Komentar
Posting Komentar