Bantahan Syubuhat Maulid Nabi
Bantahan dari syubhat akan bolehnya acara maulid Nabi
Soal titipan dari humairo jakarta di group WA nashihatulinnisa :
Assalaamu 'alaykum warohmatullaah wa baarokaatuh
ini ada syubhat yg ana dapatkan dari salah satu ikhwan yg dikirimkan
kepada beliau terkait status yang memposting akan bid'ahnya maulid
nabi
: lalu bagaimana dengan rasulullah saw sendiri yang merayakan hari
kelahirannya dengan berpuasa?
Ini merupakan 1 dari sekian banyak dalil bahwa rasulullah saw merayakannya.
Puasa adalah ibadah.
Maulid begitu juga
Ucapan yang membolehkan maulid :Knp maulid di katakan ibadah?
Karena di dlmnya
1. Membacakan sejarah nabi
2. Tausiyah
3. Pembacaan ayat suci alquran
4. Silaturahmi
Ingat saudaraku Rasulullah tidak pernah melarang, bagi yg tidak
merayakan merayakan tidak masalah tapi kita jgn sampai menyalahkan yg
merayakan yaa
Karena ini bentuk kecintaan. Ada dalil lagi, banyak sebenarnya
"tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai diriku lebih dari
kedua org tuanya, anak2 nya dan seluruh manusia didunia ini"
Tambah lagi dalil
2 orang sahabat
Ibnu zubair ra saat nabi berbekam dan malik bin sinan ra pada saat
perang uhud yang meminum darah rasulullah saw karena kecintaan beliau.
Kita tau minum darah hukumnya haram
Tapi karena itu merupakan salah satu bentuk kecintaan sahabat kpd
rasulullah, beliau tidak melarang.
Beliau bersabda "barangsiapa didalam darahnya mengalir darahku ia
tidak akan di sentuh api neraka"
Apalagi para anak turun cucu beliau para habaib.
Apalagi hanya perayaan maulud yg di dlmnya merupakan rangkaian ibadah,
Tidak merayakan tidak masalah
Tapi jgn sampai melarang apa yg tidak pernah rasul larang
Jika di sandingkan dengan sahabat tidak merayakan rasul tidak mengajarkan.
Abu abdillah muhammad bin ismail bin ibrahim al-bukhari (shahih
bukhari) mengatakan
Semua hadits yg aku tulis ini semua shahih tapi masih banyak lagi yg
shahih yg tidak aku tulis.
Karena suasana huru hara pada zaman itu
Jadi pada siapa? Selebihnya ada pada para haibaib.
Mereka mempelajari turun temurun menghapal hadits lengkap dengan
sanadnya sampai kepada rasulullah saw. Salah satunya habib abdul qodir
bin ahmad bilfaqih al-alawy yang menghapal ribuan hadits lengkap
dengan sanad sampai kepada rasulullah saw.
Jgn mudah menyalahkan sesama saudara dan jgn sampai menuduh bidah.
Dengan kita mncap seeorang bidah berarti dia sesat tempatnya di
neraka. Sama saja kita mencabut hak keislamannya.
___________________
Bismillaah. Ini hanya sebagai bantahan yang ringkas terhadap syubhat di atas :
@ucapan yang membolehkan maulid : lalu bagaimana dengan rasulullah saw
sendiri yang merayakan hari kelahirannya dengan berpuasa?Ini merupakan
1 dari sekian banyak dalil bahwa rasulullah saw merayakannya.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun : Dimana dalil mereka akan perkara tersebut
(beliau merayakan hari kelahirannya dengan berpuasa), apakah karena
beliau berpuasa pada hari senin, dengan sabda beliau
ذلك يوم ولدت فيه
itu adalah hari dimana aku dilahirkan ?
maka Kita katakan pada mereka : sebagaimana yang disebutkan oleh
syaikh sholih al fauzan anggota haihah dewan fatwa ulama saudi.
أولاً: الرسول لم يحتفل بيوم مولده إنما صامه فقط فالصيام فيه سنة لأن
الرسول فعله والاحتفال فيه بدعة لأن الرسول تركه.
1.Rasulullaah tidak merayakan hari maulidnya (sebagaimana sangkaan
kalian), akan tetapi beliau hanya berpuasa, maka berpuasa pada hari
tersebut adalah sunnah (suatu ibadah), sebab Rasulullooh telah
melakukannya, dan perayaan pada hari kelahirannya beliau adalah suatu
bid’ah sebab Rasulullaah meninggalkanya
و نقول ثانياً: صيامه صلى الله عليه وسلم يوم الاثنين ليس لأنه ولد فيه
فقط وإنما لأنه أيضا تعرض فيه أعمال العباد على الله وهو صلى الله عليه
وسلم يحب أ، يعرض عمله على الله وهو صائم كما صح ذلك عنه. كما أنه صلى
الله عليه وسلم كان يصوم يوم الخميس من أجل ذلك.
2.berpuasanya beliau pada hari senin, bukan hanya karena beliau
dilahirkan pada hari tersebut, akan tetapi beliau juga berpuasa karena
amalan amalan hamba pada hari tersebut diperhadapkan kepada Allooh,
dan Rasulullooh senang diperhadapkan amalannya kepada pada Allooh
dalam keadaan beliau berpuasa, sebagaimana telah shohih dari nabi
shollaallaahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana beliau juga berpuasa pada
hari kamis karena maksud itu. Lihat sumber
https://www.alfawzan.af.org.sa/ar/node/2309.
Dan beliau berpuasa pada hari senin dan kamis dengan beberapa dalil
bukan karena merayakan akan kelahirannya
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ
الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan
berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu
Majah no. 1739. Dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih).
Usamah bin Zaid berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَصُومُ حَتَّى لاَ تَكَادَ تُفْطِرُ وَتُفْطِرُ حَتَّى لاَ تَكَادَ أَنْ تَصُومَ إِلاَّ يَوْمَيْنِ إِنْ
دَخَلاَ فِى صِيَامِكَ وَإِلاَّ صُمْتَهُمَا. قَالَ « أَىُّ يَوْمَيْنِ
». قُلْتُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ. قَالَ « ذَانِكَ
يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ »
“Aku berkata pada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Wahai
Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada
waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa,
sampai-sampai dikira engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang
engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dua hari tersebut?” Usamah menjawab,
“Senin dan Kamis.” Lalu beliau bersabda, “Dua hari tersebut adalah
waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam (pada Allah). Aku
sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan
berpuasa.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ahmad 5: 201. ).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ
يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis,
maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.”
(HR. Tirmidzi no. 747.dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih lighoirihi yaitu shahih dilihat dari jalur lainnya).
Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin,
lantas beliau menjawab,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau
diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no. 1162)
Keutamaan hari Senin dan Kamis secara umum dijelaskan dalam hadits Abu
Hurairah berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ
فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ
رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ
أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى
يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Setia hamba yang tidak
berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni (pada hari
tersebut) kecuali seseorang yang memiliki percekcokan (permusuhan)
antara dirinya dan saudaranya. Nanti akan dikatakan pada mereka,
akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan
mereka sampai mereka berdua berdamai.” (HR. Muslim no. 2565).
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid :Puasa adalah ibadah.Maulid begitu juga
_____________________
@Sanggahan dari penyusun :Jadi mereka ingin mengkiyaskan antara puasa
yang ada dalilnya dengan maulid nabi yang tidak ada dalilnya (baca
lebih lanjut akan keterangan dibawah), dan ini adalah kiyas yang fasid
atau rusak.
Perlu diketahui Ibadah adalah taufiqiyyah, maksudnya bukan dikatakan
suatu ibadah kecuali dengan syariat bukan dengan pendapat manusia .Dan
ucapan bukanlah dinilai sebagai ibadah, dan perbuatan bukanlah dinilai
sebagai ibadah kecuali dengan dalil dari kitab dan sunnah Rasulillaah.
Syaikhul Islam menjelaskan definisi ibadah,
الْعِبَادَة هِيَ اسْم جَامع لكل مَا يُحِبهُ الله ويرضاه من
الْأَقْوَال والأعمال الْبَاطِنَة وَالظَّاهِرَة
Ibadah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua yang
dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa ucapan, atau perbuatan,
yang dzahir maupun bathin. (Risalah al-Ubudiyah, hlm. 2).
Masuk dalam ibadah : dzikir, puasa, sholat dan amalan lain yang
dicintai dan diridhoi oleh Allooh .
Sementara definisi bid’ah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar
Al Asqolani rahimahullah berikut ini.
والمراد بقوله كل بدعة ضلالة ما أحدث ولا دليل له من الشرع بطريق خاص ولا عام
“Yang dimaksud setiap bid’ah adalah sesat yaitu setiap amalan yang
dibuat-buat dan tidak ada dalil pendukung baik dalil khusus atau umum”lihat
(Fathul Bari, 13/ 254).
Juga ada perkataan dari Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah,
فكلُّ من أحدث شيئاً ، ونسبه إلى الدِّين ، ولم يكن له أصلٌ من الدِّين
يرجع إليه ، فهو ضلالةٌ ، والدِّينُ بريءٌ منه ، وسواءٌ في ذلك مسائلُ
الاعتقادات ، أو الأعمال ، أو الأقوال الظاهرة والباطنة .
“Setiap yang dibuat-buat lalu disandarkan pada agama dan tidak
memiliki dasar dalam Islam, itu termasuk kesesatan. Islam berlepas
diri dari ajaran seperti itu termasuk dalam hal i’tiqod (keyakinan),
amalan, perkataan yang lahir dan batin” Lihat (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/ 128).
Dan juga sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh al utsaimin Rohimahullooh
فكل من تعبد لله بشيء لم يشرعه الله، أو بشيء لم يكن عليه النبي
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وخلفاؤه الراشدون فهو مبتدع سواء كان
ذلك التعبد فيما يتعلق بأسماء الله وصفاته أو فيما يتعلق بأحكامه وشرعه*
.
Setiap yang beribadah kepada Allooh dengan sesuatu yang Allooh tidak
syariatkan atau dengan sesuatu yang nabi dan para khulafaur_Roosyidin
tidak berada diatasnya, maka ia pelaku bidah, sama saja peribadahan
yang berkaitan dengan nama nama Allooh dan sifatnya atau yang
berkaitan dengam hukumnya dan syariatnya
Ringkasnya yang dimaksud bid’ah adalah amalan tersebut baru,
diada-adakan atau dibuat-buat. disandarkan sebagai bagian dari ajaran
agama dan tidak memiliki landasan dalil baik dari dalil yang sifatnya
khusus atau umum.
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid :Knp maulid di katakan ibadah?
Karena di dlmnya
1. Membacakan sejarah nabi
2. Tausiyah
3. Pembacaan ayat suci alquran
4. Silaturahmi.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun :Yang disyariatkan bagi seorang muslim adalah
meneladani beliau pada hari senin dalam berpuasa, bukan merayakan hari
kelahiran beliau dengan acara maulid.
Bahkan apa yang mereka sebutkan merupakan sederetan dari perkara
bidah, dan kemungkaran yang terdapat pada perayaan peringatan maulid
nabi pada bulan robiul awal sebagaimana yang disebutkan oleh syaikh
al-allaamah al-fauzan hafidzahullooh :
1. Diantara mereka hanya sekedar berkumpul dibacakan kisah maulid Nabi
atau dikedepankan nasehat agama, dan nyayian qasidah
2. Diantara mereka ada yang membuat makanan dan manisan, diberikan
pada jamaah yang hadir, dan sebagian mereka ada yang melakukan
dimasjid atau dirumah.
3. Diantara mereka ada yang tidak mencukupi apa yang telah
disebutkan, maka dijadikan pada perkumpulan tersebut yang mencakup
perkara yang haram dan kemungkaran berupa campur baur lelaki dan
wanita , menari, nyanyian, atau amalan amalan kesyririkan seperti
istigoshoh terhadap Rasululllaah lihat :
https://www.alfawzan.af.org.sa/ar/node/2309
Mereka mengatakan bahwa dalam acara maulid ada SIRAH nabi yang dibaca,
Ayat al-quran, silatuhrami, maka kami katakan pada mereka : sungguh
membaca sirah nabi dituntut bagi setiap muslim untuk senantiasa
membacanya semasa hdupnya, begitu pula alquran, silatuhrahmi tanpa ada
pengkhususan pada hari tertentu di acara maulid tanpa ada dalil yang
mengkhususkannya, maka sungguh itulah yang merupakan perkara bidah ,
dan perkara bidah tidak akan membuahkan hasil kecuali kejelekan dan
jauh dari Sunnah Nabi .
Dan termasuk kesalahan dari yang melakukan bid’ah, ketika mereka
dilarang melakukan dzikir atau shalawat, dengan kaifiyah, tata cara
tertentu atau menentukan bilangan tertentu atau waktu tertentu tanpa
adanya dalil, atau membaca alquran, atau melakukan sholat dikhususkan
pada waktu tertentu tanpa ada dalil, maka mereka pun mengatakan,
“kenapa kalian melarang dzikir atau melarang shalawat, membaca al
quran, dan sholat ??
Agar dapat memahami masalah ini, perlu dipahami bahwa ulama membagi
bid’ah itu menjadi dua bentuk:
1) Bid’ah ashilyyah atau haqiqiyyah, yaitu bid’ah yang tidak berdasar
dalil sama sekali, tidak dari Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ dan sisi
pengambilan dalil yang diakui oleh ahli ilmu, tidak secara global
maupun terperinci, oleh karenanya dinamakan bid’ah, karena merupakan
sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya [Lihat Al-I’tishom,
Al-Imam Asy-Syatibi rahimahullah, 1/367].
Contoh bid’ah ashliyyah atau haqiqiyyah adalah lafaz-lafaz dzikir dan
shalawat yang sama sekali tidak berdasarkan dalil, seperti shalawat
naariyyah, shalawat badar, yang biasa dilantunkan pada acara maulid
dan lain-lain.
2) Bid’ah idhafiyyah (yang disandarkan), adalah sesuatu yang memiliki
dua sisi, di satu sisi sesuai sunnah karena berdasarkan dalil, di sisi
yang lain merupakan bid’ah karena tidak berdasarkan dalil [Lihat
Al-I’tishom, Al-Imam Asy-Syatibi rahimahullah, 1/367, 445].
Contohnya adalah, lafaz-lafaz dzikir atau shalawat yang berdasarkan
dalil, namun dalam pelaksanaannya terdapat kebid’ahan atau sholat dan
puasa ini ada dalil tapi ketika dikhususkan pada waktu tertentu tanpa
ada dalil, maka ia menjadi bidah idhafiyah.
Seperti ucapan tahlil: Laa Ilaaha Illallah, tidak diragukan lagi ini
adalah lafaz dzikir yang disyari’atkan, namun jika seseorang dalam
bentuk pelaksanaan atau tata caranya tidak sesuai dengan syaiat,
tatkala ketika menggiring jenazah keperkuburan dengan mengangkat suara
dan serentak berjamaah seperti paduan, ini adalah bid’ah karena tidak
berdasarkan dalil.
Jadi dalam acara maulid jangan beranggapan, itu kan baik karena ada
bacaan Al-Qur’an, ceramahnya, silatuhrahmi, itu semua ibadah, kenapa
dikatakatan bidah ???
Kita katakan: itu bidah karena ibadah ibadah tersebut dikhususkan
pada hari tertentu sebagai hari yang selalu dirayakan berulang-ulang
tanpa ada dalil.
Jadi pada perayaan maulid nabi bukan hanya ada bidah haqiqiyah atau
asliyyah (seperti sholawat badariyah yang dilantunkan yang tidak ada
dalilnya, berdiri ketika membaca bagian tertentu dengan keyakinan
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah hadir ), akan tetapi
juga termasuk bidah idhafiyaah(tambahan).
Nah untuk mengetahui bid’ah idhafiyyah dapat dilihat dari enam sisi:
1. Sebab melakukan ibadah. Sholat tahajjud disunnahkan. Andai seseorng
sholat tahajjud dengan sebab malam Isra’ Mi’raj maka sholatnya menjadi
bid’ah, karena tidak ada dalil yang menunjukkan disunnahkan sholat
karena bertepatan dengan malam tersebut.
2. Jenis, seperti jenis hewan yang disyari’atkan untuk kurban.
Berkurban disyari’atkan dengan jenis hewan unta, sapi dan kambing.
Andai seseorang berkurban dengan kuda atau ayam, maka kurbannya
menjadi bid’ah.
3. Bilangan (ketentuan jumlah). Berdzikir disyari’atkan. Andai
seseorang menentukan jumlah khusus seperti 1000 kali dalam sehari
tanpa adanya dalil, maka dzikirnya menjadi bid’ah.
4. Tata cara (kaifiyyah) beribadah. Sholat 5 waktu telah ditentukan
caranya. Andai seseorang menciptakan cara-cara tersendiri maka
sholatnya menjadi bid’ah.
5. Waktu beribadah. Hari ‘ied (hari yang selalu dirayakan atau
diperingati secara berulang-ulang) telah ditentukan dalam syari’at
yaitu Idul Adha dan Idul Fitri. Andai seseorang menambah-nambah hari
di hari ‘ied yang lain di waktu yang lain, maka ia telah berbuat
bid’ah.
Demikian pula haji telah ditentukan waktunya, andai seseorang
berhaji di luar bulan-bulan haji maka hajinya menjadi bid’ah.
6. Tempat ibadah. Haji dan umroh diwajibkan. Andaikan seseorang
melakukan haji dan umroh di selain baitullah atau tempat-tempat yang
telah ditentukan, maka haji dan umrohnya menjadi bid’ah.
Jadi, tidak cukup lafaz dzikir dan shalawat yang sesuai dalil,tapi ke
enam sisi ini pun harus sesuai dalil, jika tidak maka menjadi bid’ah
[Lihat Al-Ibda’ fi Kamaal As-Syar’i wa Khatharil Ibdtida’, Asy-Syaikh
al utsaimin hal 21-23.
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid :Ingat saudaraku Rasulullah tidak
pernah melarang, bagi yg tidak merayakan merayakan tidak masalah tapi
kita jgn sampai menyalahkan yg merayakan yaa
_____________________
@Sanggahan dari penyusun : Suatu kedustaan bahwa Nabi tidak melarang
kalian melakukan perkara bid'ah , termasuk peringatan maulid Nabi.
Ingin dikemanakan hadits hadits di bawah ini,??
Dua hadits dibawah ini merupakan Ushul dari perkara bid'ah, dan di
atas inilah para ulama membangun pengertian bid'ah dan batasan
batasannya dan kaidahnya
Hadits irbad bin saariyah Rodhialloohu ,
وإياكم ومحدثات الأمور ؛ فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة
berhati hatilah kalian dari perkara baru , sebab setiap perkara baru
adalah bid'ah , dan setiap bid'ah adalah kesesatan (HR abu Dawud).
Hadits Jabir Rodhialloohu Anhu :
وشر الأمور محدثاتها ، وكل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ،
ضلالة في النار وكل
Dan sejelek jelek perkara adalah apa apa yang diadakan, dan setiap
perkara yang diada_adakan adalah bid'ah, dan setiap bidah adalah
kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka(HR Imam An_Nasai
).
Dari dua hadits diatas menunjukkan bahwa bid'ah adalah perkara yang
diada - adakan.
Sekarang apa pengertian Al_ihdats(perkara yang di ada adakan itu???)
Perhatikan hadits Aisyah Rodhialloohu anha
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد .
Siapa yang mengada adakan perkara baru dalam urusan (agama) kami ini,
yang bukan merupakan dari agama , maka tertolak ( HR Bukhori dan
Muslim).
Dalam riwayat lain :
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد
Siapa yang melakukan suatu amalan yang bukan diatas perkara agama
kami, maka akan tertolak. (HR Muslim)
Jadi pada ke empat hadits di atas menunjukkan akan hahikat bid'ah dan
batasannya dengan terpenuhi tiga syarat :
1. Perkara baru yang diadakan , berdalilkan
من احدث
siapa yang mengadakan perkara baru ,
Dan hadits
وكل محدثة بدعة .
Setiap perkara baru yang diadakan adalah bid'ah.
Jadi pengertian ih'dats adalah mendatangkan perkara baru yang diada
adakan, yang tidak pernah didahului dan ada contoh sebelumnya.
2. Perkara baru tersebut disandarkan pada agama.
Dalilnya adalah
فى أمرنا هذا
Pada perkara kami ini .
Yang dimaksudkan perkara disini adalah agama dan syariatnya.
3. Perkara baru tersebut tidak bersandar pada dalil syariat secara
umum dan khusus,
Dengan dalil
ما ليس منه
Yang bukan dari perkara agama kami
Jadi bidah adalah perkara baru yang diadakan dalam agama tanpa ada dalil.
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid :Karena ini bentuk kecintaan.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun : mereka mengatakan bahwa merayakan maulid
sebagai bentuk kecintaan, ini adalah suatu kekeliruan yang nyata.
Berkata asy-syaikh solih al fauzan hafizhahullooh
لا شك أن محبته صلى الله عليه وسلم واجبة على كل مسلم أعظم من محبة
النفس والولد والوالد والناس أجمعين.. ولكن ليس معنى ذلك أن تبتدع في ذلك
شيئاً لم يشرعه لنا ، بل محبته تقتضي طاعته واتباعه ، فإن ذلك من أعظم
مظاهر محبته ، كما قيل : لو كان حبك صادقاً لأطعته***** إن المحبّ لمن
يحب مطيع فمحبته صلى الله عليه وسلم تقتضي إحياء سنته ، والعض عليها
بالنواجذ ، ومجانبة ما خالفها من الأقوال والأفعال ، ولا شك أن كل ما
خالف سنته فهو بدعة مذمومة ومعصية ظاهرة ، ومن ذلك الاحتفال بذكرى مولده
وغيره من البدع ، وحسن النية لا يبيح الابتداع في الدين ، فإن الدين مبني
على أصلين : الإخلاص والمتابعة ، قال تعالى : { بلى من أسلم وجهه لله وهو
محسن فله أجره عند ربه ولا خوف عليهم ولا هم يحزنون } [البقرة / 112 ] ،
فإسلام الوجه لله الإخلاص لله ، والإحسان هو التابعة للرسول وإصابة السنة
.
Tanpa diragukan lagi bahwa kecintaan pada beliau shollallaahu ‘alaihi
wasallam adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim itu lebih besar
dari kecintaan pada dirinya dan anaknya orang tuanya dan selurh
manusia..akan tetapi bukan makna dalam hal itu kamu mengadakan sesuatu
yang Allooh tidak mensyariatkannya kepada kita, bahkan kecintaan
terhadap Nabi mengharuskan ketaatan dan pengikutan padanya, sebab
itulah dari sebesar besar penampakan kecintaan padanya, sebagaimana
dikatakan ;
لو كان حبك صادقاً لأطعته
Seandainya kecintaan kamu itu jujur..... ...pasti kamu akan mentaatinya .
إن المحب لمن يحب مطيع
Sungguh orang yang di cintai bagi orang yang mencintai, dia akan mentaatinya,
maka kecintaan shollallaahu alaihi wasallam mengharuskan menghidupkan
sunnahnya, dan menggigit sunnah nya dengan gigi geraham, serta
menjauhi apa yang menyelisihi sunnah berupa perbuatan dan ucapan. Dan
tanpa diragukan bahwa setiap apa yang menyelisihi sunnahnya maka itu
adala bidah yang tercela, dan kemaksiatan yang nampak, diantaranya
adalah perayaan memperingati maulid nabi dan selainnya dari perkara
bidah. Dan baiknya niat tidak membolehkan mengadakan perkara baru
dalam agama. Sebab Agama itu dibangun atas dua asal yaitu ikhlas dan
mutaba’ah (pengikutan pada beliau). Allooh berfirman :
{ بلى من أسلم وجهه لله وهو محسن فله أجره عند ربه ولا خوف عليهم ولا هم يحزنون }
“tidak , barang siapa yang menyerahkan dirinya sepenuhnya pada
Allooh, dalam keadaan ia berbuat baik maka baginya pahala disisi
RobNya, tidak ada ketakutan dan kesedihan atas mereka.
Maka menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allooh maka itu adalaah
keiikhlasan kepada Allooh, dan al ihsan adalah mengikuti Rasulullooh
dan mencocoki sunnah.lihat huquqi nabi baina al ijlal dan al-ikh’lal
hal 39
_____________________
@Ucapan dari yang membolehkan maulid :Ada dalil lagi, banyak sebenarnya
"tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai diriku lebih dari
kedua org tuanya, anak2 nya dan seluruh manusia didunia ini"
_____________________
Sanggahan dari penyusun :Dalil yang kalian pakai sebagai hujjah atas kalian, justru bukan
kecintaan yang kalian lakukan terhadap nabi, tapi bentuk maksiat yang
nyata karena ia termasuk perkara bidah. Kalau ada yang bertanya lagi
dari sisi mana bidahnya maulid nabi itu sendiri???
Sahabat yang mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata,
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ
يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ
قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا
خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
Ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mendatangi kota
Madinah, para sahabat memiliki dua hari raya yang padanya mereka
bersenang-senang. Maka beliau bersabda: Dua hari apa ini? Mereka
menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami bersenang-senang padanya di
masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari
yang lebih baik, yaitu idul adha dan idul fitri.” [HR. Abu Daud,
Shahih Abi Daud: 1039].
Dan syaikh al utsaimin Rohimahullooh berkata :
كل شيء يُتخذ عيداً يتكرر كل أسبوع ، أو كل عام وليس مشروعاً ؛ فهو من
البدع ،- أن الشارع جعل للمولود العقيقة ، ولم يجعل شيئاً بعد ذلك
- واتخاذهم هذه الأعياد تكرر كل أسبوع أو كل عام معناه أنهم شبهوها
بالأعياد الإسلامية ، وهذا حرام لا يجوز ، وليس في الإسلام شيء من
الأعياد إلا الأعياد الشرعية الثلاثة ، عيد الفطر ، وعيد الأضحى ، وعيد
الأسبوع ، وهو يوم الجمعة .
- وليس هذا من باب العادات لأنه يتكرر ، ولهذا لما قدم النبي -صلى الله
عليه وسلم- فوجد للأنصار عيدين يحتفلون يهما قال (قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ
فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ
فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ
الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
مع أن هذا من الأمور العادية عندهم .
segala sesuatu yang dijadikan sebagai ied yang berulang setiap minggu
atau setiap tahun dan tidak disyariatkan maka itu termasuk bidah, dan
pembuat syariat menjadikan untuk kelahiran seseorang dengan aqiqah,
dan tidak menjadikan sesuatu setelah itu (berupa perayaan apapun,
tambahan penterjemah), dan mereka menjadikan ied-ied tersebut yang
berulang pada setiap minggu, atau setiap tahun, maksud mereka ingin
menyerupakan ied-ied tersebut dengan ied ied islamy, dan ini adalah
haram dan tidak boleh, dan tidak ada dalam islam sesuatu dari ied-ied
kecuali tiga ied yang syari : iedul fitri, iedul adha, dan iedul setiap pekan yaitu hari jumat, dan ini bukan merupakan adat karena berulang, karena itulah Ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mendatangi kota
Madinah, para sahabat memiliki dua hari raya yang padanya mereka
bersenang-senang. Maka beliau bersabda: Dua hari apa ini? Mereka
menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami bersenang-senang padanya di
masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari
yang lebih baik, yaitu idul adha dan idul fitri, bersamaan dengan ini
(hari yang mereka bersenang senang pada masa jahiliyyah) adalah
perkara kebiasaan disisi mereka. Syarh kitab-tauhid 1/382.
Asy-Syaikh ‘Allamah Ibnu Baz rahimahullah berkata,
وهكذا الاحتفال بليلة الإسراء والمعراج، وبليلة النصف من شعبان،
والاحتفال بالهجرة النبوية، أو بفتح مكة أو بيوم بدر، كل ذلك من البدع،
لأن هذه الأمور موجودة على عهد النبي صلى الله عليه وسلم، ولم يحتفل بها،
ولو كانت قربة إلى الله لاحتفل بها عليه الصلاة والسلام، أو أمر بها
الصحابة أو فعلها الصحابة بعده، فلما لم يكن شيء من هذا علمنا أنها بدعة
وأنها غير مشروعة، وهذه الاحتفالات، لا يبرر فعلها أن فلانا وفلانا
فعلها، أو فعلها البلد الفلاني كل ذلك لا يبرر، إنما الحجة ما قاله الله
ورسوله، أو أجمع عليه سلف الأمة أو فعلها الخلفاء الراشدون، رضي الله
عنهم
Demikian pula perayaan malam isra’ mi’raj, malam nisfu Sya’ban,
perayaan tahun baru hijriyyah (peringatan hijrah Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam), atau fathu Makkah dan perang Badar,
semua itu termasuk bid’ah (mengada-ada dalam agama), karena
perkara-perkara ini terjadi di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam namun beliau tidak merayakannya. Andaikan perayaan itu termasuk
pendekatan diri kepada Allah ta’ala tentunya Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam telah merayakannya, atau memerintahkan
para sahabat untuk merayakannya atau para sahabat sendiri yang
merayakannya sepeninggal beliau, maka tatkala Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat tidak merayakannya kita pun
mengetahui bahwa itu adalah bid’ah atau tidak disyari’atkan.
Dan perayaan-perayaan ini tidaklah dibenarkan walau tokoh-tokoh
tertentu melakukannya, atau negeri tertentu melakukannya, semua itu
bukan dalil yang membolehkan, dalil itu hanyalah ucapan Allah dan
Rasul-Nya, atau atau ijma’ Salaf umat ini atau amalan Al-Khulafa
Ar-Rasyidin radhiyallahu’anhum.” Lihat Fatawa Nuurun ‘alad Darbi,
3/101
Jadi Hari raya, yaitu hari yang selalu dirayakan berulang-ulang,
dalam Islam telah ditentukan oleh syari’at, tidak boleh ditambah dan
dikurangi, bahkan semua tradisi hari raya sebelum Islam tidak boleh
dilestarikan, yang selalu dirayakan berulang-ulang seperti perayaan
maulid, muharram, isra’ mi’raj, ulang tahun, dan lain-lain termasuk
menambah-nambah dalam syari’at karena syari’at telah menentukan hari
raya khusus yaitu idul fitri dan idul adha, maka tidak boleh ditambah
apa pun selainnya.serta mengada-adakan hari-hari raya lain atau hari
peringatan juga termasuk bentuk tasyabbuh (ikut-ikutan) kepada
orang-orang kafir.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا
? “Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari
raya kita.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah
radhiyallahu’anha]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka.” [HR.
Ahmad dan Abu Daud dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma,
Shahihul Jaami’: 6149]
Dan syaikh sholih al fauzan hafidzahullooh berkata :
Bahkan Perayaan akan peringatan Maulid Rasulullaah terlarang dan
tertolak dari beberpa sisi :
أولاً : أنه لم يكن من سنة الرسول صلى الله عليه وسلم ولا من سنة خلفائه
. وما كان كذلك فهو من البدع الممنوعة ، لقوله صلى الله عليه وسلم : (
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي ، تمسكوا بها وعضوا
عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة
ضلالة ) [ أخرجه أحمد 4/126 ، والترمذي برقم 2676 ]. والاحتفال بالمولد
محدث أحدثه الشيعة الفاطميون بعد القرون المفضلة لإفساد دين المسلمين .
ومن فعل شيئاً يتقرب به إلى الله تعالى لم يفعله الرسول صلى الله عليه
وسلم ولم يأمر به ، ولم يفعله خلفاؤه من بعده ، فقد تضمن فعلُه اتهامَ
الرسول بأنه لم يبين للناس دينهم ، وتكذيب قوله تعالى : { اليوم أكملت
لكم دينكم } [المائدة/3] لأنه جاء بزيادة يزعم أنها من الدين ولم يأت بها
الرسول صلى الله عليه وسلم .
Pertama :Sebab bukan dari sunnah rasulullooh dan sunnah
khulafaur-Rosyidin, kalau bukan seperti itu maka dia dari perkara
bidah yang terlarang. Sebab Rasulullooh bersabda : wajib atas kalian
berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnahnya khulafaur_Rosyidin yang
mendapatkan petunjuk setelahku,dan berpegang teguhlah dengannya dan
gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham, berhati hati kalian dari
perkara baru sebab setiap perkara baru adalah bidah dan setiap bidah
adalah kesesatan (Dikeluarkan oleh imam ahmad dan at-tirmidzi) dan
perayaan maulid adalah perkara baru yang diadakan orang syiah
fatimiyyah setelah generasi yang memiliki keutamaan untuk merusak
agama kaum muslimin. Dan siapa yang melakukan sesuatu untuk
mendekatkan diri kepada Allooh, sementara Rasululllooh tidak
melakukannya, dan tidak memrintahkannya dan tidak pula dilakukan
khulafaur_Rosyidin setelah beliau, maka perbuatannya mengandung
tuduhan kepada Rasul, bahwa beliau tidak menjelaskan pada manusia
agama mereka, dan juga perbuyatannya itu mendustakan firman Allooh :
Hari ini telah kusempurnakan agama untuk kalian “ sebab orang tersebut
datang dengan suatu tambahan yang ia menyangka itu suatu agama,
sementara Rasullaah tidak datang dengan tambahan tersebut.
ثانياً : في الاحتفال بذكرى المولد تشبه بالنصارى ، لأنهم يحتفلون بذكرى
مولد المسيح عليه السلام والتشبه بهم محرم أشد التحريم ، ففي الحديث
النهي عن التشبه بالكفار ، والأمر بمخالفتهم ، ففد قال صلى الله عليه
وسلم : ( من تشبه بقوم فهو منهم ) [أخرجه أحمد 2/50 ، وأبو داود 4/314] ،
وقال : ( خالفوا المشركين ) [أخرجه مسلم 1/222 رقم 259 ]، ولا سيما فيما
هو من شعائر دينهم .
Kedua : dalam acara peringatan maulid nabi maka ini penyerupaan dengan
kaum nashara, sebab mereka mengadakan acara peringatan al masih isa
alaihi salam, dan penyerupaaan terhadap mereka diharamkan dengan
pengharaman yang keras, dan dalam hadits larangan untuk menyerupai
mereka dan perintah untuk menyelisihi mereka, Rasulullooh bersabda :
siapa yang menyerupai suatu kaum maka termasuk bagian dari mereka
(dikeluarkan oleh imam ahmad dan abu daawud, dan juga Rasululllooh
bersabda : selisihilah orang orang musyrikin (dikeluarkan oleh imam
muslim), terlebih lagi penyerupaan dari syiar syiar agama mereka
(seperti perayaan isya al masih)
ثالثاً : كذلك وسيلة إلى الغلو والمبالغة في تعظيمه حتى يفضي إلى دعائه
والاستعانة به من دون الله ، كما هو الواقع الآن من كثير ممن يحيون بدعة
المولد ، من دعاء الرسول من دون الله ، وطلب المدد منه ، وإنشاد القصائد
الشركية في مدحه كقصيدة البردة وغيرها ، وقد نهى صلى الله عليه وسلم عن
الغلو في مدحه فقال : ( لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم فإنما أنا
عبده ، فقولوا عبد الله ورسوله ) [أخرجه البخاري 4/142 رقم 3445 ، الفتح
6/551 ] ، أي لا تغلوا في مدحي وتعظيمي كما غلت النصارى في مدح المسيح
وتعظيمه حتى عبدوه من دون الله ، وقد نهاهم الله عن ذلك بقوله : { يا أهل
الكتاب لا تغلوا في دينكم ولا تقولوا على الله إلا الحق إنما المسيح عيسى
ابن مريم رسول الله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه } [النساء/171] .
ونهانا نبينا صلى الله عليه وسلم عن الغلو خشية أن يصيبنا ما أصابهم ،
فقال : ( إياكم والغلو ، فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو ) [أخرجه النسائي
5/268 ، وصححه الألباني في صحيح سنن النسائي رقم 2863 ]
Ketiga :demikian pula (acara maulid nabi) sebagai wasilah untuk ghuluw
dan berlebihan dalam mengagungkan beliau sampai mengantar untuk berdoa
kepada beliau dan istigotsah padanya selain Allooh, sebagaimana
kenyataan sekarang dari kebanyakan dari orang yang menghidupkan bidah
maulid berupa doa kepada rasul selain Allooh, dan meminta pertolongan
darinya, dan melagukan qosidah syirik dalam memuji beliau seperti
qasidah burdah dan selainnya. Dan Rasulullooh telah melarang akan
ghuluw dalam memujinya, beliau bersabda jangan kalian mengkultuskanku
sebagaimana orang-orang nasrani mengkultuskan isya ibnu maryam, sebab
sungguh saya hanya seorang hamba, maka katakanlah hamba Allooh dan
Rasulnya (dikeluarkan oleh imam bukhori) maksudnya jangan kalian
ghuluw (melampaui batas) dalam memujiku dan mengagungkanku
sebagaimana orang nasrani ghuluw dalam memuji al masih dan
mengagungkannya sampai mereka menyembahnya dari selain Allooh, dan
Allooh telah melarang mereka akan hal tersebut dengan firmannya :
wahai ahli kitab, janganlah kalian ghuluw pada agama kalian dan
janganlah kalian berucap atas Allooh kecuali al haq, sungguh al-masih
isya ibnu maryam adalah rasul Alloh dan (yang diciptakan) dengan
kalimatNya yang disampaikannya pada maryam dan tiupan ruh dariNya ),
dan Nabi melarang kita dari ghuluw karena takut akan menimpa apa yang
telah menimpa pada mereka. Rasulullooh bersabda : berhati-hati kalian
dari Ghuluw, sebab yang membinaskan orang 0rang sebelum kalian adalah
ghuluw (dilkeluarkan oleh imam an-nasai dan dishohihkan oleh Al-bany
dalam shohih sunan An-nasai.
. رابعاً : إن إحياء بدعة المولد يفتح الباب للبدع الأخرى والاشتغال بها
عن السنن ، ولهذا تجد المبتدعة ينشطون في إحياء البدع ويكسلون عن السنن
ويبغضونها ويعادون أهلها ، حتى صار دينهم كله ذكريات بدعية وموالد ،
وانقسموا إلى فرق كل فرقة تحيي ذكرى موالد أئمتها ، كمولد البدوي وابن
عربي والدسوقي والشاذلي ، وهكذا لا يفرغون من مولد إلا يشتغلون بآخر ،
ونتج عن ذلك الغلو بهؤلاء الموتى وبغيرهم ودعائهم من دون الله ،
واعتقادهم أنهم ينفعون ويضرون حتى انسلخوا من دين الله وعادوا إلى دين
أهل الجاهلية الذين قال الله فيهم : { ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم
ولا ينفعهم ويقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله } [يونس/18] ، وقال تعالى : {
والذين اتخذوا من دونه أولياء ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى }
[الزمر/3 ]
Keempat : sungguh menghidupkan bidah maulid akan membukan pintu bidah
yang lain, dan mereka disibukkan dengan bidah tersebut dari sunnah
sunnah, karena itulah kamu akan mendapatkan pelaku bidah (maulid)
semangat dalam menghidupkan bidah bidah dan malas akan sunnah sunnah
dan mereka akan membencinya dan memusuhi orang yang mengikuti sunnah,
hingga agama mereka seluruhnya menjadi kenangan kenangan bidah dan
maulid maulid, dan mereka terbagi beberapa kelompok, setiap kelompok
menghidupkan peringatan maulid imamnya seperti maulid al-badawi, ibnu
arabi, dan dusuqi dan asy-syaadzili, demikianlah mereka tidak pernah
kosong dari satu maulid kecuali mereka akan disibukkan dengan maulid
yang lain, dan hasil dari perkara tersebut adalah ghuluw pada mereka
yang telah meningal dan berdoa kepada mereka selain dari Allooh, dan
keyakinan mereka bahwa mereka bisa memberikan manfaat dan membahayakan
sampai mereka lepas dari Agama Allooh dan mereka kembali kepada agama
jahiliyah, yang Allooh telah berfirman tentang mereka : “dan mereka
menyembah selain kepada yang tidak bisa membahayakan mereka dan tidak
bisa memberikan manfaat pada mereka, dan mereka mengatakan mereka
itulah yuang akan memberikan syafaat pada kami disisiAllooh “
Dan juga Allooh telah berfirman “dan orang orang yang menjadikan
selain dari Allooh wali, kami tidak menyembah mereka kecuali mereka
akan mendekatkan kami disisi Allooh sedekat-dekatnya. lihat huquqi
nabi baina al ijlal dan al-ikh’lal hal 39.
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid :Tambah lagi dalil
2 orang sahabat
Ibnu zubair ra saat nabi berbekam dan malik bin sinan ra pada saat
perang uhud yang meminum darah rasulullah saw karena kecintaan beliau.
Kita tau minum darah hukumnya haram
Tapi karena itu merupakan salah satu bentuk kecintaan sahabat kpd
rasulullah, beliau tidak melarang.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun :Memang disebutkan bahwa darah yang mengalir
keluar adalah sesuatu yang haram dan najis berdasarkan Al kitab dan
As-Sunnah dan ijma(kesepakatan akan hal itu
Allooh berfirman
قُل لاَّ أَجِدُ فِي مَا أُوْحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّماً عَلَى طَاعِمٍ
يَطْعَمُهُ إِلاَّ أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَماً مَّسْفُوحاً أَوْ
لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ
"Katakanlah aku tidak mendapatkan apa yang diwahyukan padaku apa yang
diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya kecuali bangkai atau
darah yang mengalir atau daging babi sebab itu adalah rijs
Berkata imam ath_thobari Rohimahullooh
" الرجس : النجس والنتن " انتهى .
Rijs adalah najis dan busuk.lihat jamiul bayan 8/53
Adapun hadits dari asma binti Abi Bakr Rodhialloohu :
Nabi berkata tentang darah haid :
تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقرُصُهُ بِالمَاءِ ثُمَّ تَنضَحُهُ ثُمَّ تُصَلِّي فِيهِ )
kamu keruk kemudian kucak dengan air kemudian kamu basahi dengan air
kemudian kamu sholat pada pakaian tersebut (HR Bukhori dan Muslim).
Adapun ijma adalah sebagaimana dinukil oleh qurtuby dalam tafsirnya
2/210 dan Ibnu Rusyd dalam Bidayah Al Mujtahid 1/79 bahwa darah adalah
najis .
Walaupun sebagian ulama mengatakan darah luka yang keluar dari tubuh
manusia atau darah hewan
yang dimakan dagingnya itu tidak najis.
Telah datang beberapa hadits bahwa sebagian sahabat meminum darah
nabi , dan beliau menetapkan tidak melarangnya ,dan di sebagian
riwayat belliau mengingkari .
Adapun hadits Abdillah bin Zubair Rodhialloohu Anhu tentang beliau
minum darah nabi diriwayatkan oleh Abu Ashim dalam Al ahaad wal
matsaani 1/414, Al Bazaar dalam musnadnya 6/169, Al hakim dalam
mustadraknya 3/638, Albaihaqi dalam sunan Al kubro 7/67.
Dan kisah Malik bin Sinan yang meminum darah nabi dikeluarkan oleh
said bin Manshur 2/221.
Berkata Ibnu baz Rohimahullooh :
أما شرب ابن الزبير دمه وأم أيمن بوله: فهذا محل نظر، قد ورد هذا ولكن في
صحته نظر، فهو يحتاج إلى تمحيص ونظر، والنظر في أسانيد القصة، والأصل:
تحريم الدم وتحريم البول، هذا هو الأصل، أن الله حرم علينا البول؛ لأنه
نجس، وحرم الدم؛ لأنه من الخبائث وهو نجس، فإن صح فهذا يستثنى؛ لأن
الرسول ﷺ له خصائص، فإذا صح فيكون من خصائصه ﷺ، كما قلنا في مسألة العرق
ومسألة الشعر ومسألة البصاق، هذا خاص به
Adapun minumnya Ibnu Zubair terhadap darah Rasul dan Ummu aiman minum
akan kencing Rasulullooh, maka ini pembahasan yang perlu tinjauan
lagi, memang telah datang kisah ini , akan tetapi kesholihannya ,
Perlu tinjauan, maka ini butuh untuk uji akan kesholihannya dan
tinjauan ulang, dan melihat pada sanad sanad kisah , dan hukum asal
adalah pengharaman darah dan air kencing, ini adalah asal, Allooh
melarang kita meminum air kencing Karena najis, dan diharamkan darah
yang mengalir keluar sebab ia dari sesuatu yang menjijikkan, dan itu
adalah najis, jika kisah itu shohih , maka ini pengecualian sebab
Rasulullah punya beberapa pengkhususan, jika kisah itu shohih maka itu
dari kekhususan Nabi, sebagaimana yang telah kita katakan bahwa
masalahat, masalah rambut , dan air ludah (sahabat mencari keberkahan
dengan hal tersebut) ini juga merupakan kekhususan beliau. Lihat
sumber https://binbaz.org.sa/fatwas/17980/
Dan anggaplah kisah abdullah bin zubair dan malik bin sinan meminum
darah rasulillaah dalam rangka tabarruk mencari keberkahan dengan
meminum darah Rasulillaah, sementara hukum darah adalah haram untuk
diminum, jangan kita jadikan hujjah akan bolehnya melakukan sesuatu
yang haram atau perkara bidah dengan dasar karena kecintaan terhadap
Rasulillaah, ini tidak masuk akal dari beberapa sisi :
Darah yang diminum oleh abdullaah bin zubair dan malik bin sinan. itu
merupakan kekhususan terhadap diri Rasulillaah untuk tabarruk dengan
darahnya, dan jika alasan bahwa beliau tidak melarang akan ada seorang
sahabat yang melakukan sesuatu perkara dan Rasulullloh diam, itu
berarti iqror dan persetujuan dari beliau akan bolehnya hal tersebut
karena itu terjadi pada zaman nabi. Adapun pada zaman sekarang, bukan
zaman wahyu untuk menjadikan alasan bahwa maulid nabi itu boleh
dirayakan, karena dengan alasan nabi tidak melarangnya, maka dari
ucapan mereka ini berarti ada persetujuan dari beliau shollaalloohu
‘alaihi wasallam. Sementara acara maulid nabi itu baru muncul setelah
akhir abad ke 4 Hijriyyah dari kalangan syiah rofidhah. Dan kenyataan
dallil dalil umum yang banyak melarang akan acara maulid nabi .
_____________________
@Ucapan bagi yang membolehkan maulid :Beliau bersabda "barangsiapa
didalam darahnya mengalir darahku ia tidak akan di sentuh api neraka"
_____________________
@Sanggahan dari penanya :Adapun perkataan nabi ketika Abdullooh bin
Zubair minum darah nabi dihadapan para haji , maka nabi berkata
padanya:
.لا تمسك النار
Api neraka tidak akan menyentuhmu.Diriwayatkan oleh daraqutni 1/228
dan ibnu asaakir dalam tarikh dimasqi 28/162 dari jalan Muhammad bin
humaid,ia berkata menceritakan pada kami Ali bin mujahid ,telah
menceritakan pada kami robah an_nubi ....
Berkata Al hafidz ibnu Hajar dalam talkhis Al habir 1/31 : Ali bin
mujahid dhoif.ia didustakan oleh Yahya bin adh_Dhoris ,dan Yahya bin
ma'in sebagaimana dalam Mizan .
Juga robaah annauby berkata Al hafidz tentangnya ,tidak diketahui
siapa dia dan ada yang mengatakan layyin , lihat lisan Al Mizan 2/443.
Dan Muhammad bin humaid juga seorang rawi yang lemah disebutkan dalam taqrib.
Jadi hadits ; bagi siapa yang meminum darah Rasululillah tidak akan
disentuh api neraka tidak bisa dijadikkan hujjah.
_____________________
@Ucapan bagi yang membolehkan maulid : Apalagi para anak turun cucu
beliau para habaib.
__________________________________________________________________________
@Sanggahan dari penyusun :Dari perkataan mereka diatas menunjukkan
para habib itu ma'sum (terjaga) dengan alasan bahwa sahabat yang minum
darah nabi tidak akan disentuh api neraka,apalagi para habaaib yang
merupakan keturunan dari rasululllooh, tentu terjaga dari dosa
sehingga ucapan dan tindakan mereka itu benar walaupun menyelisihi
syairat termasuk acara maulid nabi.
Seakan akan ucapan mereka ini mewajibkan mengembalikan perselisihan
kepada Ahlu bait , keturunan dari keluarga Rasulullah (yang menurut
mereka adalah para habib), ini mengharuskan ucapaan mereka akan
sucinya mereka (terjaga dari dosa ) tidak mungkin salah ucapan
mereka, mereka teranggap sebagai sumber dari sumber sumber syariat
setelah kitabullah.
Dan hujjah kalian ini tertolak dengan dua sebab :
1.secara syar'i , bahwasanya Allooh telah memerintahkan kita untuk
kembali pada Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah ketika terjadi
perselisihan.
Allooh telah berfirman
فإن تنازعتم في شيء فردوه الي الله والرسول
Jika kalian berselisih pada suatu perkara maka kembalikanlah pada
Allooh dah Rasul-nya..
Sebab suatu perkara yang diketahui bersama bahwa setiap muslim itu
diterima dan ditolak ucapannya kecuali Rasulullooh.
Dan telah terjadi perselisihan diantara para sahabat dalam banyak
permasalahan, dan bukan pendapat Ali bin Abi Thalib, bukan pula Abbas
, dan bukan pula Aqil bin Abi Tholib Rodhialloohu Anhum (yang
merupakan keluarga dari nabi ، Ahlul bait ) Sebagai hakim atas
selainnya.Bagaimana lagi dengan habib yang kalian anggap sebagai orang
yang ma'sum, yang nota bene pendapat mereka akan peringatan maulid itu
benar dan menjadi hakim atas selainnya.
Berkata syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullooh
الحق لا يدور مع الشخص غير النبي _ ولو دار الحق مع علي حيثما دار لوحب
أن يكون معصوما كالنبي، وهم يعني الرافضة من جهلهم يدعون ذلك، ولكن من
علم أنه لم يكن اولى بالعصمة من أبي بكر وعمر وعثمان وغيرهم وليس فيهم من
هو معصوم ، علم كذبهم.
Al Haq itu tidak berputar bersama dengan seseorang kecuali Nabi
shollallaahu alaihi wa sallam, seandainya Al Haq itu berputar bersama
Ali dimanapun Ali berada, maka ini mewajibkan aku itu ma'sum (terjaga
dari dosa) sepeti nabi , dan mereka orang orang rofidhoh dengan
kejahilan mereka mengaku akan hal tersebut (ali itu ma'sum) , akan
tetapi siapa yang mengetahui bahwa Ali bukanlah yang lebih utama
dengan kema'suman dari pada abu bakar ,Umar, Utsman dan selain mereka,
dan bersamaan dengan itu tidak ada diri mereka, siapa yang ma'sum
diantara mereka , maka diketahuilah akan kedustaan mereka.
Lihat minhajus sunnah 4/241.
Apalagi kalau hanya ucapan para habib yang membolehkan maulid ,dan
kita sekedar tunduk dan patuh menerima ucapan mereka, karena mereka
itulah Ahlu bait dari keturunan Rasulullah, .
2.secara akal dan kenyataan, bahwa yang mengaku ahlul bait sekarang
pada hari ini, mereka berbeda beda, diantara mereka ada yang dari
kalangan ahli Sunnah, diantara mereka ada yang dari kalangan
sufiyyah(dari kebanyakan habib sekarang), diantara mereka ada yang
Zaidiyah, dan diantara mereka ada yang rofidhoh itsna Asy'ari yah ,
dan selain dari mereka.
Dan harusnya sikap yang benar dalam ucapaan para habib .
Berkata imam Syaukani Rohimahullooh
أقوال العلماء يستدل لها لا بها
Ucapannya ulama dicarikan dalil bukan jadi dalil ..
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid nabi :Apalagi hanya perayaan maulud yg
di dlmnya merupakan rangkaian ibadah,
___________________
@Sanggahan dari penyusun :Semua dalil yang mereka pakai hanya sekedar
istihsanaat atau anggapan baik menurut pandangan manusia.
Inilah pula yang dipahami oleh para sahabat generasi terbaik umat ini.
Mereka menganggap bahwa setiap bid’ah itu sesat walaupun sebagian
orang menganggapnya baik. Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma
berkata,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
“Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Nashr dalam kitab As Sunnah dengan
sanad shahih dari Ibnu ‘Umar. Lihat Ahkamul Janaiz, Syaikh Al Albani,
hal. 258, beliau mengatakan hadits ini mauquf, shahih).
Para sahabat tidak pernah merayakan maulid nabi padahal mereka yang
paling cinta terhadap Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, karena
mereka memahami arti cinta yang sebenarnya adalah meneladani beliau,
mencontohi sunnah Rasulullaah, bukan malah melakukan yang beliau benci
yaitu berbuat bid’ah dalam agama tanpa petunjuk beliau dan para
sahabat adalah orang yang paling kuat keimananya setelah Rasulillah,
dan paling faqih dan paling memahami dalil serta paling semangat
terhadap kebaikan dibandingkan dengan kita, jika maulid nabi itu
adalah suatu kebaikan maka tentunya mereka akan mendahului kita dalam
kebaikan tersebut.
Dan jawaban yang paling tepat atas sangkaan mereka itu, bahwa maulid
nabi adalah perkara yang baik , merupakan ibadah, ketaatan adalah
ucapan seorang pembesar tabi’in yang mulia, Sa’id bin Al-Musayyib
rahimahullah.
Al-Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi’i rahimahullah meriwayatkan dengan
sanad yang shahih sampai kepada Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah,
أنه رأى رجلا يصلي بعد طلوع الفجر أكثر من ركعتين يكثر فيها الركوع
والسجود فنهاه فقال : يا أبا محمد ! أيعذبني الله على الصلاة ؟ ! قال :
لا ولكن يعذبك على خلاف السنة
? “Bahwasannya beliau melihat seseorang melakukan sholat setelah
terbit fajar lebih dari dua raka’at, ia memperbanyak rukuk dan sujud,
beliau pun melarangnya, maka orang itu berkata: wahai Abu Muhammad,
apakah Allah ta’ala akan mengazabku karena melakukan sholat? Beliau
menjawab: Tidak, tetapi Allah Ta’ala akan mengazabmu karena
menyelisihi sunnah.”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mengomentari,
وهذا من بدائع أجوبة سعيد بن المسيب رحمه الله تعالى وهو سلاح قوي على
المبتدعة الذين يستحسنون كثيرا من البدع باسم انها ذكر وصلاة ثم ينكرون
على أهل السنة إنكار ذلك عليهم ويتهمونهم بأنهم ينكرون الذكر والصلاة ! !
وهم في الحقيقة إنما ينكرون خلافهم للسنة في الذكر والصلاة ونحو ذلك
Ini diantara bentuk cerdasnya jawaban-jawaban Sa’id bin Al-Musayyib
rahimahullah, dan jawaban ini merupakan senjata yang kuat untuk
menghadapi para pelaku bid’ah yang menganggap baik (hasanah) terhadap
banyak sekali perbuatan bid’ah, dengan dalih amalan itu merupakan
dzikir dan sholat. Lalu mereka mengingkari Ahlus Sunnah yang melarang
bid’ah mereka, dan mereka menuduh Ahlus Sunnah melarang dzikir dan
sholat, padahal hakikatnya yang diingkari adalah penyelisihan mereka
terhadap sunnah dalam dzikir dan doa tersebut, dan amalan-amalan yang
semisalnya.” [Irwaul Ghalil, 2/236].
_____________________
@ucapan yang membolehkan Maulid ;
Abu abdillah muhammad bin ismail bin ibrahim al-bukhari (shahih
bukhari) mengatakan
Semua hadits yg aku tulis ini semua shahih tapi masih banyak lagi yg
shahih yg tidak aku tulis.
Karena suasana huru hara pada zaman itu.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun ;Tidak diragukan, bahwa masih banyak
hadis-hadis sahih yang lain yang tidak disebutkan oleh Imam Bukhari
dalam kitab sahihnya, sebagaimana diungkapkan sendiri oleh Imam
Bukhari: “Saya menghafal seratus ribu hadis sahih”. Sebagaimana hal
ini telah ditegaskan pula oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Muqaddimah
Fath al-Bary. Beliau juga berkata:
“لم أخرج هذا الكتاب إلا صحيحا وما تركت من الصحيح أكثر”.
Tidaklah saya cantumkan dalam kitab ini kecuali hadis-hadis sahih
saja. Sementara itu, hadis-hadis sahih yang lain yang tidak saya
cantumkan, lebih banyak lagi”
“ما أدخلت في كتابي الجامع إلا ما صح وتركت من الصحيح حتى لا يطول”.
“Saya tidak memasukkan suatu hadis dalam kitab saya Al-Jami’ kecuali
hadis itu sahih”. Saya tidak cantumkan hadis sahih yang lain agar
tidak panjang pembahasannya (kitab menjadi terlalu tebal)”
Lihat:Hadyu. Tahqiq Syaikh Abdul Qadir Syaibah al-Hamd, hlm. 11,
Khalil Ibrahim Mulakhatar, Makanah Shohihain, hlm. 34.
Jadi alasan imam bukhori tidak memasukkan hadits yang lain dalam
shohih bukhori, agar tidak panjang pembahasannya, maka timbul
pertanyaan buat mereka , dengan asumsi : alasan imam bukhori banyak
tidak memasukkan hadits dalam shohihnya karena huru hara pada zaman
itu, di buku mana kami bisa mengutipnya sebagai sumber referensi???
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid : Jadi pada siapa? Selebihnya ada pada
para haibaib.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun :Perlu diketahui bahwa Karya beliau yang
paling masyhur adalah Shahih Bukhari. Judul lengkap kitab ini adalah
al-Jami’ al-Musnad al-Shahih al-Mukhtashar min Umur Rasulillah wa
Sunnatihi wa Ayyamihi.
Beberapa kitab karya Imam Bukhari lainnya adalah sebagai berikut:
Qadhaya al-Shahabah, Raf’al Yadain, al-Tafsir al-Kabir, al-Musnad al-
Kabir, Tarikh Shaghir, Tarikh Ausath, Tarikh Kabir, al-Adab al-Mufrad,
Birrul Walidain, al-Dhu’afa’, al-Jami’ al-Kabir, al-Asyribah, Asma’
al-Shahabah, al- Wuhdan, al-Mabsuth, al-‘Ilal, al-Kuna, al-Fawa’id.
Dan menurut Muhibbudin al-Khathib, sebagaimana dikutip Muham- mad
‘Ajjaj al-Khathib, perhitungan paling akurat terhadap hadits shahih
Bukhari adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammad Fuad Abdul
Baqi. Menurutnya, jumlah hadits dalam Shahih Bukhari disertai
pengulangan sebanyak 7563, selain ta’liq, muttabi’, mauquf dan
munqathi’. Sedangkan jika tanpa pengulangan jumlah keseluruhan
haditsnya sebanyak 2607.
Muncul pertanyaan ,maka pada kitab manakah yang mencakup hadits
hadits yang dihafalkan oleh imam bukhori dari 100.000 hadits yang
belum dimasukkan ke dalam shohih bukhori ???
yang mereka menyangka bahwa sisa hadits tersebut ada pada habib habib
mereka yang menghafalkannya, dan ini bertentangan dengan pernyataan
mereka sendiri, bahwa habib mereka menghafal ribuan hadits dengan
sanadnya, sementara yang masih tersisa dari hafalan hadits oleh imam
bukhori sekitar sembilan puluh ribuan.
_____________________
@ucapan yang membolehkan maulid :Mereka mempelajari turun temurun
menghapal hadits lengkap dengan sanadnya sampai kepada rasulullah saw.
____________________
@sanggahan dari penyusun :jangan dengan asumsi bahwa habib habib yang
menghafalkan ribuan hadits dengan sanadnya sebagai hujjah akan
pembenaran acara maulid nabi. Bukan dari mereka saja yang mempelajari
dan menghafalkan hadits dengan sanadnya, bahkan dari selain mereka
dari para imam ahlu hadits dan para penuntut ilmu hadits yang
menghafalakn hadits dengan sanadnya berpendapat akan bid’ahnya
peringatan maulid nabi. Tapi yang menjadi bagi kita adalah alquran dan
hadits sesuai dengan pemahaman salafush-sholih
_____________________
Ucapan dari yang membolehkan maulid : Salah satunya habib abdul qodir
bin ahmad bilfaqih al-alawy yang menghapal ribuan hadits lengkap
dengan sanad sampai kepada rasulullah saw.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun :Siapa itu habib abdul qdir bin ahmad bifaqih
al-alawi, apakah beliau seorang ulama yang diakui dan diberikan
tazkiyyah akan keilmuannya oleh para ahlu hadits dari imam ahlu sunnah
sebagai pakar hadits, sebutkan ulama ahli hadits yang sezaman dengan
beliau, bahwa mereka memberikan tazkiyyah dan mengakui keilmuannya.?
dan sebatas pengetahuan dari penyusun : bahwa beliau adalah seorang
sufi yang hidup pad abad ke 13 Hijriyyah.
_____________________
Ucapan dari yang membolehkan maulid : Jgn mudah menyalahkan sesama
saudara dan jgn sampai menuduh bidah.
Dengan kita mncap seeorang bidah berarti dia sesat tempatnya di
neraka. Sama saja kita mencabut hak keislamannya.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun : Ucapan mereka justru beranggapan bahwa orang
yang mengatakan maulid nabi adalah perkara bidah, berarti padanya ada pemikiran
takfiriyah yang doyannya mengkafirkan orang dan ada pemikiran khawarij padanya
Yaitu mengkafirkan pelaku dosa besar, dan memvonis mereka sebagai penghuni neraka.wal iyadzu billah dari pemahaman takfiriyah dan khawarij.
Kesimpulannya bahwa bidah seluruhnya sesat dan pelakunya diancam dengan api neraka, dan bidah yang kecil akan menyeretnya kepada bidah yang
besar, ini secara keumuman, dan tanpa diragukan lagi, hanya sekedar amalan seseorang bukan merupakan dari agama atau menyelishi sebagian
dari nash syar’i, maka ini tidak mengharuskan dia kufur, dan tidak
boleh mengkafirkaan pelakunya sekedar itu, sampai perbuatannya atau
ucapannya yang bukan merupakan dari perkara agama adalah kekafiran
yang nyata menurut timbangan syariat, bukan sekedar pendapat atau hawa nafsu, dan sempurna syarat syarat pengkafiran dan terangkat penghalang
penghalang dari kekafiran.
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid : Jika ia yg di cap tidak benar
melakukan bidah bahkan ada dalilnya
Hati2 cap iti langsung akan berbalik kepada si pemberi cap.
_____________________
@sanggahan dari penyusun :Dan di sini susahnya seseorang yang tidak mau menempuh jalan shalaful ummah,
maka akan terjatuh dalam berbagai macam bidah.
Berkata syaikhul islam ibnu taimiyah rohimahullooh :
" ومعلوم أن كل من سلك إلى الله جل وعز علما وعملا بطريق ليست مشروعة موافقة للكتاب والسنة وما كان عليه سلف الأمة وأئمتها فلا بد أن يقع في بدعة قولية أو عملية "
Dari suatu hal yang diketahui bahwa setiap yang menuju kepada Allah
secara keilmuan dan amalan dengan jalan yang tidak disyariatkan, yang
tidak sesuai dengan kitab dan sunnah dan apa yang salaful ummah dan
para imam berada diatasnya, maka pasti akan terjatuh dalam bidah
berupa ucapan dan amalan. Lihat syarh al-ashfahaaniyah hal 214.
Dan jangan kita menjadikan hujjah bahwa peringatan maulid nabi itu
boleh, dengan alasan "telah terjadi perselisihan ulama,bebas memilih
dan " akhirnya mengambil pendapat yang lemah yang tidak didukung
oleh dalil dan sisi Pendalilan, dan ia akan terjatuh dalam perkara
bid’ah.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Abdil Barrrahimahullah ta’ala
الاختلاف ليس بحجة عند أحد علمته من فقهاء الأمة.
جامع بيان العلم وفضله 2/922
Perbedaan pendapat (khilaf) bukanlah hujjah menurut satu orang pun
yang aku ketahui dari para fuqaha umat ini.lihat Jami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlihi 2/922.
Dan jika anggapan mereka bahwa maulid nabi terdapat perselisihan
pendapat ,maka ambillah apa yang sholafus Sholeh berada di atasnya
,dari kalangan sahabat, tabiin dan taabi’u attaabiin, tiga generasi
yang terbaik dan dijamin oleh Rasulullaah, apakah mereka melakukan
peringatan maulid nabi??????
Berkata Asy-syeikh Al allamah Shaleh Al Fauzan hafizhahullah
ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻹﺧﺘﻼﻑ، ﻭﺭﺃﻳﺖ ﻛﺜﺮﺓ ﺍﻷﻗﻮﺍﻝ؛ ﻓﻌﻠﻴﻚ ﺃﻥ ﺗﻨﻈﺮ ﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻭﺗﻤﺴﻚ ﺑﻪ ﻷﻧﻪ ﺍﻟﺤﻖ.
Jika kamu melihat perselisihan dan kamu melihat banyaknya
pendapat-pendapat (pada suatu permasalahan) maka hendaklah kamu
melihat kepada apa yang salafus saleh berada di atasnya dan peganglah
dengan erat sebab itu adalah kebenaran.lihat Syarh as-sunnah 292
ختاما أعتذر عن قصوري في فهم المسائل, أسأل الله التوفيق والسداد
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Di susun oleh :
Abu hanan As-Suahily Utsman As-Sandakany
12 Robi’ul awal 1440 – 20 November 2018
🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾
Sumber :
https://t.me/Nashihatulinnisa
Komentar
Posting Komentar