Penjelasan Singkat tentang Dakwah Syaikh Yahya Alhajuri حَفِظَهُ اللّهُ bagian 2
PENJELASAN SINGKAT TENTANG DA’WAH SYAIKH AL-HAJURI
YANG BERMANFAAT BAGI ORANG-ORANG BERBAKTI
DAN MENGALAHKAN ORANG YANG JAHAT DAN KEJI
(Bantahan terhadap tulisan Muhammad Al Imam: Al Ikhtishor libayani ma fi Thoriqotil Hajuriy minal Adhror)
Bagian kedua
Oleh:
Asy Syaikh Abu Bilal Al Hadhromiy –Hafidhohulloh–
Alih Bahasa:
Abu Umar Ahmad Rifai bin Mas’ud Al Jawiy Al Indonesiy –ghofarollohu lah–
Judul Asli:
“AL IKHTISHOR LIBAYANI MA FI DA’WATIL HAJURI MINAN NAF’I LIL ABROR WAL KABTI LIL ASYROR”
Terjemah Bebas:
“Penjelasan Singkat Tentang Dakwah Syaikh Hajuri Yang Bermanfaat Bagi Orang-orang Berbakti Dan mengalahkan Orang Yang Jahat dan Keji”
(Bantahan terhadap tulisan Muhammad Al Imam: Al Ikhtishor libayani ma fi Thoriqotil Hajuriy minal Adhror)
Oleh:
Asy Syaikh Abu Bilal Al Hadhromiy –Hafidhohulloh–
Alih Bahasa:
Abu Umar Ahmad Rifai bin Mas’ud Al Jawiy Al Indonesiy –ghofarollohu lah–
بسم الله الرحمن الرحيم
Ketika terjadi fitnah Rofidhoh, orang-orang menunggu apakah yang akan terjadi pada Al Hajuriy dan murid-muridnya. Siapa saja yang menyaksikan sebagaimana yang kami saksikan, melihat seperti apa yang kami lihat, bagaimana syaikhuna -hafidzohulloh- dalam mengatasi permasalahan Rofidhoh, demi Alloh pasti menyaksikan keajaiban yang menakjubkan dari siasat beliau.
Dengarkanlah rekaman suara beliau ketika itu, bagaimana beliau menyelesaikan permasalahan tersebut, bagaimana pula beliau menyiasati orang-orang kotor dan najis tersebut, yaitu Rofidhoh.
Pada waktu itu kita dalam keadaan sangat lemah, tidak ada persiapan pasukan dan tidak ada persiapan materi, bukankah demikian wahai ikhwan? Akan tetapi bersama kita ada yang lebih berarti daripada itu, yang mana itu adalah sebab dari sekian sebab-sebab yang Alloh perintahkan kita untuk mengambilnya,
{وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ} [الأنفال: 60]
“Dan persiapkanlah bagi mereka (musuh) apa yang kalian mampu dari kekuatan dan dari kuda-kuda yang ditambatkan, yang dengan itu kalian menakut-nakuti musuh Alloh dan musuh kalian” (QS. A Anfal:60)
Kita disertai perkara yang lebih besar daripada itu, yaitu kekuatan iman dan keyakinan bahwasanya pertolongan Alloh pasti datang dalam waktu dekat, dan bahwasanya jalan keluar pasti tiba, tidak bisa tidak, karena Alloh telah mengabarkan tentang hal itu:
{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا * إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا} [الشرح: 5- 6]
“Maka sesungguhnya bersama dengan kesulitan ada kemudahan, sungguh bersama dengan kesulitan ada kemudahan” (QS. Asy Syarh: 5-6)
Dan berkata seorang penyair:
عَسَى الكَرْبُ الَّذِيْ أَمْسَيْتُ فِيْهِ يَكُوْنُ وَرَاءَهُ فَرَجٌ قَرِيْبُ
Semoga kesusahan yang aku berada di dalammya
Akan datang setelahnya jalan keluar yang dekat
Maka kemudian datanglah jalan keluar. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana beliau dalam menghadapi permasalahan tersebut. Yang mana itu menunjukkan atas kecerdikan beliau, luasnya pandangan, serta pengalaman beliau dan semangat dalam menjaga dakwah ini, juga dalam menjaga saudara-saudara beliau. Oleh karena itu beliau tidak menyerah sejak pertama kali, “Ya sudahlah karena kita dikepung, kita menyerah saja,” tidak demikian.
Maka bagaimana beliau dalam menghadapi perkara-perkara dan kekerasan itu. Beliau duduk berunding dengan orang-orang yang mengaku sebagai penegak perdamaian. Bagaimana ketika itu beliau berbicara dengan mereka. Mereka menginginkan sesuatu dan memakai kalimat yang bermakna umum dan luas, maka Asy Syaikh membatasi apa yang mereka jadikan umum, “Kami ingin seperti ini dan itu” maka Asy Syaikh menjawab, “Baik, tapi harus begini dan begitu” sehingga kita melihat masalah tersebut diselesaikan beliau dengan baik. Kita juga menyaksikan siasat beliau, dan kecerdikan beliau yang luar biasa. Ini semua berkat taufiq dari Alloh.
Kemudian semakin tersebar dakwah salafiyyah disebabkan kejadian ini, dan Alloh menyingkap kegelapan fitnah tersebut dengan perantaraan orang ini. Fitnah yang telah melanda dakwah salafiyyah ini, yang mana fitnah ini adalah sesuatu yang sudah diatur, bukan semata-mata oleh Rofidhoh, bahkan dari banyak negara yang ingin menekan ahlus sunnah, ingin mencerai-beraikan kebaikan ini, menghinakan dan memusnahkannya sampai akar-akarnya.
Kejadian ini demi Alloh adalah sesuatu yang disengaja oleh musuh-musuh Islam. Oleh karena itu hampir tak terdengar suatu teriakanpun dari semua negara menentang Rofidhoh. Bahkan kebanyakan negara-negara tetangga kita hanya diam saja, termasuk negara kita, tidak ada satupun yang membisikkan sesuatu tentangnya, tidak pula berbicara dengan satu kalimat saja untuk mengingkari kedholiman tersebut. Itu disebabkan adanya tekanan atas mereka, wallohu a’lam.
Bagaimana tidak demikian, sedangkan mereka sebenarnya senang dengan adanya kebaikan ini, baik negeri Yaman sendiri ataupun negara-negara tetangga, akan tetapi mereka mendapat tekanan-tekanan, supaya mereka diam dan tidak berbicara, sampai urusan selesai. Akan tetapi Alloh subhanahu wa ta’ala menghendaki sesuatu.
Yang jelas, bahwa Asy Syaikh dalam perbuatan, siasat dan taktik yang baik dalam menyikapi fitnah tersebut, membuahkan kekuatan bagi ahlus sunnah, beserta kemuliaan dan kemenangan yang luar biasa. Terwujudlah kebaikan yang banyak sekali, di antaranya kita terlepas dari fitnah Rofidhoh.
Ini semua menurut Al Imam (Muhammad Ar Roimiy) adalah salah satu dari adhror (bahaya) bagi dakwah salafiyyah, demikian juga menurut Al Buro’iy (Abdur Aziz), sebagaimana dia tegaskan itu seraya berkata: “Kami telah menasehatinya, tapi dia tidak mau menerima nasehat masyayikh,” sebagaimana antum dengar dari kasetnya, “Betapa banyak nyawa telah melayang dan harta benda musnah,” dan seterusnya.
Sementara itu pihak musuh mengakui akan terwujudnya kebaikan yang banyak bagi ahlus sunnah karena adanya fitnah tersebut. Sehingga ada sebagian dari mereka yang berkata kepada Abu Ali Al Fasiq (seorang komandan tinggi rofidhoh dalam pengepungan terhadap Dammaj), “Yahya tadinya tidak pernah dikenal, kemudian kamu datang, wahai Abu Ali, dan mengangkat derajatnya, sehingga Yahya dikenal di seluruh dunia.” Itu menurut mereka, adapun menurut ahlus sunnah, Asy Syaikh Yahya adalah seorang tokoh yang terkenal di kalangan mereka .
Maka alhamdulillah, telah terwujud kebaikan yang banyak. Adapun mereka para masyayikh, antum sekalian sudah mengetahui bagaimana sikap mereka dalam fitnah ini dan apa yang mereka lakukan. Al Imam berkata dalam salah satu khutbahnya, “Mereka (yang berjihad di Kitaf) adalah para perampok” “Mereka begini dan begitu” dan seterusnya, dan “Rofidhoh adalah orang-orang Islam, kita tidak menghalalkan darah-darah dan harga diri mereka,” dia ucapkan ini pada saat yang tidak perlu untuk diucapkan perkataan seperti ini. Sampaipun kalau misalnya dia meyakini keyakinan yang salah ini, saat seperti ini bukan saat yang tepat untuk mengatakan ucapan-ucapan seperti itu.
Seharusnya tidak ada yang mengucapkan perkataan seperti ini ketika kita sedang ditekan oleh mereka dan kejahatan sedang menimpa kita dari mereka. Tapi ternyata orang ini, karena disebabkan apa yang ada di hatinya, Alloh lebih tahu dengan apa yang disimpan di hati dan di dada-dada manusia, Alloh lebih tahu tentang apa yang ada di hati orang ini.
Dia berbicara dengan kata-kata yang buruk, yang tidak selayaknya bagi dia untuk mengucapkannya. Dia berbicara demi menolong Rofidhoh, walaupun dia mungkin tidak memaksudkan itu, tapi ucapannya ini teranggap sebagai suatu tindakan untuk menolong mereka.
Di sisi lain Al Buro’iy mengatakan, “Aku tidak yakin itu akan berhasil.” Oh, oh, di mana kamu, apakah kamu sudah melihat yang tertulis di Al Lauhil Mahfudz atau bagaimana? Dia juga pernah mengatakan (kepada saudara kita seorang Sunniy bernama Ahmad Hajar yang aktif membela Ahlussunnah terhadap rofidhoh), “Wahai Ahmad, ke mana kamu akan pergi, gunakanlah akalmu, apakah kamu mau pergi ke pernikahan?”
Demi Alloh, dia telah mengolok-olok para pembela kebenaran. Akan tetapi apa yang dia kira tidak akan berhasil itu, ternyata telah berhasil, walillahil hamd, dan terwujud kebaikan yang banyak sekali, terwujud kekuatan dan kemuliaan bagi ahlus sunnah.
Para mujahid datang dari seluruh penjuru negeri, menolong saudara-saudara mereka, dengan mengharap pahala dari Alloh subhanahu wa ta’ala. Maka sebagian mati syahid dan mendapatkan kebaikan yang amat besar. Sebagian yang lain masih hidup, dalam keadaan mulia dan dicintai di kalangan saudara-saudaranya sesama ahlus sunnah, ditambah dengan pahala yang dia dapatkan dengan jihadnya. Ini semua menurut Al Imam adalah suatu bahaya, sebagaimana dalam tulisannya itu.
Adapun menurut kita, sebagaimana kita katakan tadi bahwa judul yang benar adalah “Al Ikhtishor lima fi Da’watil Hajuriy minan Naf’i lil Abror wal Kabti lil Asyror”(Penjelasan singkat tentang Manfaat-manfaat dari dakwah Al Hajuriy bagi orang-orang baik dan penghinaan terhadap orang-orang jahat), karena sesungguhnya Rofidhoh telah terhinakan dengannya dengan kehinaan yang sangat memilukan.
Demikian juga orang-orang yang menanti-nanti kekalahan kita, yang tadinya kita berbaik sangka kepada mereka, ternyata kita mendengar ucapan yang keluar dari mereka menunjukkan atas hal tersebut, di antara ucapan mereka: “Alloh menghukum mereka dengan sebab dosa-dosa mereka”. Yang ini mengatakan demikian dan yang lain ikut mengatakannya dan seterusnya.
Salah seorang dari mereka mengatakan –dan perkataan ini sudah ada yang mengingkari– “Ulama Madinah telah ijma’ demikian juga ulama Makkah dan ulama Yaman atas masalah demikian dan demikian,” padahal sebenarnya para ulama ijma’ dalam menyalahkan mereka itu dalam menyikapi fitnah Rofidhoh.
Tapi apakah kemudian mereka bertaubat? Mereka sama sekali tidak bertaubat, bahkan demi Alloh mereka justru semakin menjadi-jadi dalam fitnah tersebut dan berusaha mencari pembenaran terhadap sikap mereka yang jelek terhadap ahlus sunnah. Maka sebenarnya ijma’ tersebut adalah dalil bagi kami terhadap kalian, bukan sebaliknya.
Asy Syaikh Al Luhaidan, demikian Mufti ‘Amm, juga Asy Syaikh Abdul Muhsin, Asy Syaikh Al Fauzan, Asy Syaikh Robi’, dan ulama Madinah yang lain, mereka semua sepakat bahwa jihad di Kitaf adalah Jihad yang benar, dan bahwasanya wajib untuk memerangi Rofidhoh. Sedangkan mereka (kelompok masyayikh Yaman itu) mengatakan, “Tidak, ini tidak boleh, karena darah Rofidhoh adalah darah yang tak bersalah, kita tidak menghalalkan darah mereka” dan perkataan-perkataan senada yang dikatakan oleh orang yang berjuluk Al Imam ini. Seakan dia bangga dengan julukannya itu.
Demikianlah, sebagian orang kadang tertipu dengan julukannya. Al Imam… imam apakah engkau, wahai hamba Alloh, seorang alim dari para ulama Yaman? Kalian mendapati masyarakat dalam keadaan kosong belum terisi, demi Alloh. Kemudian kalian telah berbuat kebaikan yang banyak, ini adalah benar, demi Alloh, tidak bisa dipungkiri. Dan masyarakat pada waktu itu membutuhkan kebaikan yang ada pada kalian. Kita memohon kepada Alloh agar menulis pahala kebaikan kalian itu dan menjadikannya di timbangan kebaikan kalian.
Akan tetapi tidak boleh bagi kalian untuk merendahkan kebaikan dan dakwah yang penuh dengan barokah ini, yang telah menyebar ke ujung timur dan barat. Tidak ada satu kota atau tempat atau pedalamanpun kecuali antum dapati di sana ada ahlus sunnah. Dan kalian akan dapati di sana ada orang-orang yang telah belajar di tempat ini. Di sana ada mustafid (yang telah mendapatkan ilmu) dan mustafad (orang yang bisa diambil darinya ilmu) dari sini.
Jadi, ini adalah kebaikan yang tidak boleh untuk diingkari, dan tidak boleh bagi kalian untuk berusaha menjauhkan manusia darinya. Hal yang seperti itu akan mendatangkan bahaya bagi kalian.
Adapun kebaikan ini, walhamdulillah, terus berjalan. Asy Syaikh –rohimahulloh– dahulu di antara ucapan beliau kepada kita, “Kita tidak menghawatirkan dakwah ini dari serangan musuh, akan tetapi kita menghawatirkan datangnya bahaya dari kita sendiri. Dakwah ini berjalan dan kita mengikuti di belakangnya seperti ini, layaknya seorang yang buta.” Demikian beliau mengulang-ulang perkataan tersebut, sebagai pengakuan beliau terhadap besarnya keutamaan yang diberikan Alloh subhanahu wa ta’ala kepada beliau. Dan bahwasanya ini adalah sesuatu yang telah dikehendaki oleh Alloh subhanahu wa ta’ala.
Beliau terus-menerus mengulang perkataan yang agung ini, bahwasanya kebaikan ini bukanlah dari usaha kita, tidak pula karena kekuatan kita. Tidak pula karena kefashihan kita, tidak pula karena keberanian kita. Inilah yang menyebabkanterwujudnya kebaikan yang banyak. Dan demikian pula yang kita lihat sekarang ini pada diri Asy Syaikh (Yahya) –hafidzohulloh ta’ala- bahwasanya beliau menempuh langkah ini. Semua yang kita saksikan dari beliau baik ketika terjadi fitnah atau tidak, selalu mengembalikan segala perkara kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, dan bahwasanya ini adalah sesuatu yang dikehendaki oleh Alloh subhanahu wa ta’ala. Dan memang demikian, demi Alloh. Maka sudah sepantasnya bagi setiap penuntut ilmu untuk mengembalikan semua perkara kepada Alloh dan tidak membanggakan diri.
Adapun mereka, para masyayikh kita –kalau memang bisa disebut demikian– yang mengaku-aku bahwa mereka mempunyai ilmu dan pengalaman dalam berdakwah, antum mendapati kebanyakan ucapan mereka adalah “Para Masyayikh berkata…” “Para Masyayikh melakukan ini…” “Para Masyayikh berkumpul,” “Para Masyayikh mengeluarkan bayan,” “Para Masyayikh menetapkan,” “Para Masyayikh…” dan “Para Masyayikh…” Seakan-akan bila antum mendegarkan ucapan seperti itu, tergambar di benak antum bahwa ulama ummat telah mengeluarkan ijma’. Wahai akhi… bertaqwalah kepada Alloh.
Sebenarnya kita, demi Alloh, tidak ingin membicarakan seorangpun dari mereka, kita tidak ingin mengatakan bahwa fulan bukan seorang alim, kita tidak menginginkan yang seperti ini sama sekali, demi Alloh. Akan tetapi demikianlah kenyataan yang mau tak mau harus dijelaskan.
Tidak sepantasnya seseorang memakai baju kedustaan, karena ini akan membawa bahaya bagi dirinya. Sebagaimana dikatakan oleh Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wa sallam– :
المُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلابِسِ ثَوْبَيْ زُوْرً
Yang bergaya dengan sesuatu yang tidak diberikan Alloh kepadanya, perumpaannya seperti seorang yang memakai dua baju kebohongan.”
Kebanyakan dari mereka (masyayikh) bergaya dengan sesuatu yang tidak Alloh berikan, wal’iyadzu billah, ini tidak boleh. Alloh tidak akan mengangkat kalian kecuali dengan tawadhu’, Alloh tidak mengangkat derajat seseorang kecuali karena Alloh tahu akan kebaikan yang ada pada dirinya.
Ini (tersebarnya dakwah) juga salah satu dari manfaat, bukan madhorot sebagaimana yang dia sangka.
Dan salah satu hal yang disebutkan dalam risalah tersebut wahai ikhwan, yang dia sangka itu adalah suatu hal yang berbahaya; bahwasanya Asy Syaikh Yahya ketika Muhammad bin Hadi berbicara, demikian juga ‘Ubaid Al Jabiriy, beliau mengeluarkan bantahan untuk keduanya, sehingga menyebabkan bertambahnya “bahaya” yang mengancam dakwah.
Wahai ikhwan, apakah boleh baginya untuk mengatakan perkataan seperti ini? Asy Syaikh Robi’ telah membid’ahkan kita –semoga Alloh menjaga dan memperbaiki keadaan beliau– dengan perkataan bahwasanya tidak diketahui ada sikap ghuluw yang melebihi ghuluw murid-murid Al Hajuriy, bukankah demikian? Tidak pada Rofidhoh, tidak pula pada khowarij dan kelompok-kelompok sesat yang lain. Beliau berkata, “Pada murid-muridnya ada sikap ghuluw yang tidak ada bandingannya” kalimat ini sendiri demi Alloh adalah ghuluw yang melampaui batas, dan tidak boleh untuk diucapkan. Bahkan wajib atas Asy Syaikh Robi’ untuk bertaubat kepada Alloh dari perkatan ini. wajib atas orang yang besar untuk diminta bertaubat. Baik Asy Syaikh Robi’ atau ulama dan orang-orang sholih yang lain, apabila mereka melakukan sesuatu yang salah dan keliru, wajib atas mereka untuk kembali kepada Alloh, wajib untuk bertaubat dari kesalahan tersebut.
Lain halnya dengan orang ini, dia menjadikan apa yang ada pada ucapan Asy Syaikh Robi’ sebagai sesuatu yang benar maknanya, katanya, “Telah berbicara Asy Syaikh Robi’ tentang murid-murid belau sendiri dengan perkataan demikian dan demikian. Berbicara tentang Al Hajuriy bahwa dia seperti ini dan itu,” demi Alloh ini adalah perkataan yang harom, tidak boleh untuk menyetujui kesalahan ini. itu akan membahayakanmu, karena kamu tahu bahwa itu salah akan tetapi karena perkataan itu menyerang Al Hajuriy maka kamu menyetujuinya.
Begitu juga orang dari Ibb (Al Buro’iy) berkata, “Orang alim paham terhadap apa yang dia ucapkan.” Intinya mereka mengatakan bahwa Asy Syaikh Robi’ telah berkata dan beliau paham terhadap apa yang beliau ucapkan, sudah berusaha bersabar dan seterusnya.
Wahai ikhwan ucapan yang beliau ucapkan tersebut benar atau salah? Tidak diragukan bahwa perkataan yang diucapkan oleh Asy Syaikh Robi’ itu salah, tidak benar. Dan tidak boleh untuk menyetujui perkataan beliau tersebut.
Kemudian ketika Asy Syaikh (Yahya) mengeluarkan bantahan bagi beliau, mereka berkata, “Fitnah bertambah runyam.” Apakah boleh berkata demikian wahai ikhwan? Bahkan sebaliknya setelah Asy Syaikh mengeluarkan bantahan, terjadi kebaikan yang banyak bagi Asy Syaikh Robi’, barangkali beliau mengoreksi lagi apa yang telah beliau ucapkan, memperhitungkan amalan, karena beliau pasti akan berpindah dari alam dunia ini ke akhirat. Bila dibiarkan saja dan didiamkan, baik dari yang didholimi ataupun orang yang seharusnya menolong beliau, sedangkan Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam– telah berkata:
أُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا
“Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat dholim atau didholimi.”
bisa jadi Asy Syaikh (Robi’) menyangka bahwa apa yang beliau ucapkan ini benar. Akan tetapi ketika terjadi bantahan dan dikirimkan sampai kepada beliau, barangkali kemudian beliau mempertimbangkan apakah yang beliau ucapkan itu benar atau salah? Mungkin beliau merenungkan diri sejenak.
Tidak disangsikan bahwa pasti beliau akan kembali kepada yang benar, karena beliau adalah orang yang mencintai kebaikan, orang yang berpegang teguh kepada agama –menurut persangkaan kita dan cukuplah Alloh yang menilai– kalau tidak maka beliau yang akan terkena bahayanya, bila beliau pura-pura tidak tahu terhadap kenyataan yang sebenarnya.
Sedangkan ahlul ilmi, mereka adalah orang yang paling berhak untuk tidak lupa bahwasanya nanti akan berpindah ke alam baka, amalan akan diperhitungkan di depan Alloh subhanahu wa ta’ala. Alloh mensifati ahlul ilmi dengan sifat-sifat yang agung, bahwasanya mereka adalah orang yang paling cepat untuk kembali, mereka adalah orang-orang yang berakal dan berpengetahuan dan seterusnya.
Maka Asy Syaikh Robi’ ketika mendegar bantahan yang tinggi nilainya dan bagus tersebut dari syaikhuna Yahya -hafidzohulloh- akan mempertimbangkan kembali permasalahan itu. Akan tetapi ketika beliau mendapatkan penguat dari kalian di atas kebatilan, dikatakan, “Telah berkata sang pembawa bendera al jarh wat ta’dil, berkata tentang Al Hajuri seperti ini dan itu,” ini akan menggiring beliau kepada hal yang buruk, wal’iyadzubillah. Dan beliau akan mendapatkan dampak negatifnya, sedangkan Nabi kalian telah mengatakan:
أُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا
“Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat dholim atau didholimi.”
Kalian tahu apa maksud kata “berbuat dholim”, dan bagaimana menolong orang yang berbuat dholim, yaitu mencegah dari perbuatan dholimnya.
Maka hal yang seharusnya kalian perbuat adalah kalian duduk dengan Asy Syaikh Robi’, menjelaskan bahwa perkataan beliau itu tidak benar dan tidak boleh untuk diucapkan, yang karenanya permasalahan menjadi semakin membengkak dan kejelekan bertumpuk atas dakwah salafiyyah. Perkataan Anda dijadikan senjata oleh musuh-musuh dakwah salafiyyah. Inilah yang wajib atas kalian, bukan kemudian senang dengan adanya perkataan tersebut, bila kalian memang bersemangat untuk menjaga dakwah salafiyyah dan ingin menjauhkan dakwah ini dari mara bahaya sebagaimana yang kalian dakwakan.
Akan tetapi tidak demikian, sebaliknya mereka menunggu-nunggu kejelekan yang akan menimpa Asy Syaikh, wal’iyadzubillah. Dan mereka bersikap seperti singa terhadap kebaikan ini dan terhadap para penuntut ilmu yang menghadapkan diri terhadap kebaikan ini, terhadap ketaatan dan menghadiri halaqoh-halaqoh ilmu.
Demi Alloh, sebagian dari para “masyayikh” itu tidak mampu untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran yang diajarkan oleh saudara-saudara antum di sini. Maka sepantasnya bagi kalian (para masyayikh) untuk bangga terhadap kebaikan ini dan memberi dorongan semangat. Adanya kebaikan ini adalah kebaikan bagi kalian, karena dakwah ini satu. Akan tetapi kalau kalian, sebagaimana yang kalian nyatakan bahwa kalian ingin melepaskan diri dari kami, tapi dengan menuduhkan keinginan itu terhadap Asy Syaikh Yahya, maka ini demi Alloh akan membahayakan kalian, dan membahayakan dakwah kalian.
Demikianlah kenyataannya,
أَسَدٌ عَلَيَّ وَفِي الْحُرُوبِ نَعَامَةٌ … فَتْخَاءُ تَنْفِرُ مِنْ صَفِيرِ الصَّافِرِ
Dia bersikap seperti singa terhadapku, tapi saat perang seperti burung unta
Yang lemah, kabur hanya karena siulan orang yang bersiul
Inilah kenyataan yang kita lihat dan tidak bisa diingkari sama sekali. Maka hendaknya mereka mengasihani diri mereka sendiri.
Adapun dakwah, tidak akan ada yang mampu untuk membahayakannya, selama-lamanya, baik kalian atau selain kalian. Selama kita masih tetap dalam kebaikan ini, tidak akan datang bahaya bagi kami dari arah kalian, tidak pula dari yang melebihi kalian, baik itu Rofidhoh, Amerika atau musuh-musuh Islam yang lain. Selama kita masih berada di bawah perlindungan Alloh subhanahu wa ta’ala dan penjagaanNya, Allohlah yang akan menjaga dakwah ini beserta orang-orang yang membelanya, yang kita menilai mereka adalah wali-wali Alloh –menurut persangkaan kita dan cukuplah Alloh yang menilai–.
Demikian sekelumit manfaat (dari dakwah Asy Syaikh Yahya), sedangkan yang belum disebutkan masih banyak lagi. Akan tetapi karena waktu yang terbatas sebagaimana antum maklumi.
Inilah manfaat-manfaat yang terwujud dengan sebab syaikh yang diberkahi ini. Semoga Alloh memberi keteguhan kepada kita dan kepada beliau, menjaga kita dari depan dan belakang kita, Dialah yang menguasai dan mampu akan hal itu dan segala puji hanya untuk Alloh.
selesai
Sumber :
https://ashhabulhadits.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar