Segera Ruju' dari Kesalahan

🍃 *Kembalilah kepada al Haq (kebenaran) tatkala kamu mengetahui dirimu dalam kesalahan*

👉🏻Diantara bentuk berbuat adil adalah menerima dan menyetujui kebenaran
dari siapapun termasuk dari pihak lawan.

Allah Ta’ala berfirman :  
     
‎يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُو أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8).

👉🏻Menerima kebenaran merupakan dari sifat seorang mukmin.
Allah Ta’ala telah berfirman :

‎وَمَا لَنَا لاَ نُؤْمِنُ بِاللّهِ وَمَا جَاءنَا مِنَ الْحَقِّ وَنَطْمَعُ أَن يُدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصَّالِحِين

“Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran
yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami
memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh”. (QS.
Al-Maidah: 84).

👉🏻Dan kembali kepada kebenaran adalah merupakan bentuk tawadhu seseorang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dari sahabat abu
hurairah dalam shohih muslim

‎وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إَلاَّ رَفَعَهُ اللهُ

“Tidaklah seseorang tawadhu (tunduk) kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
kecuali Allah subhanahu wa ta’ala akan mengangkatnya(derajatnya).”

🖊Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata tentang makna tawadhu

‎تخضع للحق تنقاد له وتقبله ممن قاله ولو سمعته من أجهل الناس قبلته

“adalah kamu tunduk terhadap kebenaran dan menaatinya, dan kamu
menerimanya dari siapa pun yang mengucapkan kebenaran tersebut,
Walaupun kebenaran itu dari orang yang paling bodoh sekalipun, kamu
harus menerimanya.”
📚Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, hlm. 226.

🖊Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

‎ان من أعظم التواضع  أن تواضع للعبد لصولة الحق,فيتلقى سلطان الحق بالخضوع له والذل ,والانقياد والدخول تحت رقه,بحيث يكون الحق متصرفا فيه تصرف المالك في مملوكه,فبهذا يحصل للعبد خلق التواضع

“dan dari sebesar-besar tawadhu adalah  seseorang hamba tawadhu
terhadap serangan al haq, sehingga hamba menerima pengaruh dari
kebenaran tersebut dengan tunduk, taat, merendahkan diri, dan masuk di
bawah perbudakannya, dari sisi kebenaran itulah yang senantiasa
menjadi pengaturnya, sebagaimana tuan mengatur budaknya. Hamba yang
seperti inilah yang akan mendapatkan akhlak tawadhu.”

📚Madarijus
Salikin, 2/346.

👍🏻Dan ketahuilah bahwa dengan seorang kembali kepada al haq di situlah
keberkahan baginya dengan kebaikan dan keberuntungan yang akan ia dapatkan. Karena al-haq itu datangnya dari Allah.

🖊Berkata Al-Fairuz Abadi:  
     
‎والبركة معناها ثبوت الخير الإِلهى فى الشئِ, …. والمبارك ما فيه ذلك الخير

Makna barokah adalah: Menetapnya kebaikan ilahi pada sesuatu,… dan
Mubarok (yang diberkahi) adalah apa-apa yang terdapat padanya kebaikan
ilahi tersebut.

📚Bashoiru dzawit Tamyiz 2/209 .

Allah Ta’ala telah berfirman

‎وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمْ الْمُتَّقُونَ.

“Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah
orang-orang yang bertakwa”. (QS. Az-Zumar: 33).

Allah Ta’ala berfirman :

‎فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ
‎مُسْتَقِيمٍ.

“Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213).

🖊Imam Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata menjelaskan ayat di atas :

‎فمن هداه الله سبحانه إلى الأخذ بالحق حيث كان ومع من كان ولو كان مع من يبغضه ويعاديه ورد الباطل مع من كان ولو كان مع من يحبه ويواليه فهو ممن هدى لما اختلف فيه من الحق. فهذا أعلم

الناس وأهداهم سبيلا وأقومهم قيلا

“Maka siapa saja yang Allah Subhanahu wa ta'ala  berikan hidayah kepadanya untuk
mengambil kebenaran dimanapun kebenaran itu berada dan bersama
siapapun kebenaran itu berada, walaupun kebenaran itu bersama dengan orang yang dia benci dan dia musuhi. Dan untuk menolak kebatilan
bersama siapapun kebatilan tersebut, walaupun kebatilan itu bersama dengan orang yang dia cintai dan dia tolong, maka orang seperti inilah yang tergolong ke dalam orang-orang yang diberi hidayah menuju
kebenaran dalam setiap masalah yang diperselisihkan. Inilah orang yang
paling berilmu, paling benar jalannya, dan paling kuat ucapannya.”

📚Ash-Shawa’iq Al-Mursalah: 2/516.

Dan lihatlah para ulama terdahulu mereka jika ada yang menunjukkan al
haq padanya maka mereka  berterimah kasih dan membalas kebaikannya.

🖊Imam abu abkr al- aajuri rohimahulloh berkata :

‎وإن أفتى بمسألة فعلم أنه أخطأ لم يستنكف أن يرجع عنها . وإن قال قولا
‎فرده عليه غيره - ممن هو أعلم منه أو مثله أو دونه - فعلم أن القول كذلك, رجع عن قوله , وحمده على ذلك وجزاه خيرا .

“Dan jika ia berfatwa terhadap suatu masalah, kemudian ia mengetahui
bahwasannya ia salah, iapun tidak sombong dan congkak untuk kembali
kepada a-lhaq dari masalah tersebut.dan jika ia mengucapkan suatu
pendapat, dan selainnya membantahnya dari orang yang lebih alim
darinya atau semisalnya atau dibawahnya, kemudian ia mengetahui bahwa pendapat yang benar seperti demikian(dari yang membantahnya) maka
iapun kembali taraaju’(kembali kepada Al haq dari pendapatnya)dan
memujinya atas hal tersebut dan membalasnya dengan kebaikan.
📚Ahklaq
al-ulama 37.

🖊Berkata imam ibnu rajab rohimahullooh :

‎وكلهم معترفون بأن الإحاطة بالعلم كله من غير شذوذ شيء منه ليس هو مرتبة أحد منهم ، ولا ادعاه أحد منهم من المتقدمين والمتأخرين ، فلهذا كان أئمة السلف المجمع على علمهم وفضلهم يقبلون الحق ممن أورده عليهم وإن كان صغيرا ويوصون أتباعهم وأصحابهم بقبول الحق إذا ظهر في غير قولهم

Semua ulama mengakui bahwa meliputi seluruh ilmu tanpa ada keganjilan
sedikitpun dari ilmu tersebut, maka itu bukan jenjangnya seseorangpun
dari mereka, dan tidak ada seorang pun yang mengaku dari kalangan
ulama terdahulu maupun yang terakhir(pada zaman beliau), karena itulah
para imam salaf yang disepakati atas keilmuan dan keutamaan mereka,
mereka menerima al haq dari siapapun yang mendatangkannya atas mereka, walaupun dia orang yang kecil(dalam ilmu dan umurnya serta
kedudukannya tambahan pent), dan mereka para ulama salaf menasehati
pengikut mereka dan sahabat sahabat mereka untuk menerima al haq jika
nampak pada selain ucapan mereka.
📚al farq baina an-nashihah wa ta’yiir
hal 20

🖊Berkata syaikhul islam ibnu taimiyyah rohimahullooh :

‎فهذا عمر رضى الله عنه خطب الناس , فقال : لا يزيد رجل على صداق أزواج النبي صلى الله عليه وسلم وبناته الا رددته.فقال امرأة :يا أمير المؤمنين! لا تحرمنا شيئا أعطانا الله اياه, ثم قرأت هذه الأية" وآتيتم
‎إحداهن قنطارا " فرحع عمر الى قولها , وقد كان حافظا للاية ولكن نسيها

Dan ini umar rodhialloohu anhu berkhutbah kepada manusia, ia berkata
:tidaklah seorang lelaki menambah atas mahar istri istri rasulillaah
dan anak-anak perempuannya  kecuali saya akan menolaknya. Maka seorang wanita berkata ya amirul mu’minin ! jangan kamu haramkan atas kami
sesuatu, apa yang Allooh telah memberikan kepada kami(berupa mahar),
kemudian wanita tersebut membaca ayat.

‎  وآتيتم إحداهن قنطارا

“dan kalian berikan kepada salah seorang calon istri diantara mereka
mahar(harta) yang  banyak “
Maka umar pun taraju’(kembali kepada al haq) yaitu pada  perkataan
wanita tersebut, dan padahal beliau umar bin khattab dulu menghafalkan
ayat tersebut akan tetapi beliau lupa.

📚majmu fatawa 20/223-224.

Dan juga kisah beliau umar rodhialloohu anhu tentang
rujuknya(kembalinya) beliau tentang sunnahnya minta idzin dalam
(shohih bukhori  dan muslim), dan juga rujuknya beliau untuk mengambil
upeti dari orang orang majus(dalam shohih bukhori), dan banyak lagi
dari kisah para ulama terdahulu dan sekarang yang mereka  rujuk
kembali pada al haq.

🖊berkata Khalid bin Ma’dan rahimahullah

‎من التمس المحامد في مخالفة الحق,رد الله تلك المحامد عليه ذما, ومن اجترأ على الملاوم في موافقة الحق,رد الله تلك الملاوم عليه حمدا

“Barangsiapa mencari pujian pujian dengan menyelisihi kebenaran,
niscaya Allah subhanahu wa ta’ala membalik pujian itu menjadi celaan
atasnya. Namun, barangsiapa berani menghadapi cacian dalam mencocoki atau menyetujui kebenaran, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala membalik cacian itu menjadi pujian atasnya.”

📚 syiar A’lamin Nubala 4/536)

🖊Telah disebutkan  atsar dari Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau radhiallahu ‘anhu menulis surat kepada Abu Musa
al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu,

‎ولا يمنعك من قضاء قضيت به اليوم فراجعت فيه نفسك، وهديت فيه لرشدك، أن تراجع فيه الحق – أي ترجع إلى الحق – فإن الحق قديم، ولا يبطل الحق شيء، وإن مراجعة الحق خير من التمادي في الباطل"

“Janganlah menghalangimu dari suatu keputusan yang kamu telah putuskan
pada hari ini, dirimu untuk kembali mengoreksinya. Setelah kamu diberi
petunjuk tentang pendapat yang benar dalam permasalahan tersebut,
untuk kembali pada al haq.
Sebab  ٍKebenaran itu sebenarnya sudah terdahulu dan tidak bisa
dibatalkan oleh sesuatu pun. “Dan sungguh kembali kepada kebenaran itu
lebih baik daripada bersikeras, terus menerus  di dalam
kebatilan.”
📚lihat as-Sunanul Kubra karya al-Imam al-Baihaqi (10/119).

🖊Berkata imam ibnul qayyim rohimahullooh :

‎وهذا كتاب جليل تلقاه العلماء بالقبول

Surat yang ditulis Umar radhiallahu ‘anhu untuk Abu Musa ini telah
diterima sepenuhnya oleh umat,
📚 I’lamul Muwaqqi’in (1/86).

🖊Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

‎، وَمَنْ جَاءَكَ بِالْحَقِّ فَاقْبَلْ مِنْهُ ، وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا بَغِيضًا ، وَمَنْ جَاءَكَ بِالْبَاطِلِ فَارْدُدْ عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ حَبِيبًا قَرِيبًا

“Barangsiapa yang datang kepadamu membawa kebenaran, terimalah
walaupun dia orang yang jauh dan engkau benci. Barangsiapa yang datang
kepadamu membawa kebatilan, tolaklah walaupun dia orang yang dekat dan
engkau cintai.”
📚al-Kabir lith-Thabarani, 9/106

🖊Berkata imam asy-syafi’i rohimahullooh

‎كل مسألة تكلمت فيها بخلاف الكتاب والسنة فإني راجع عن كلامي في حياتي وبعد مماتي

Setiap permasalahan yang saya berbicara didalamnya menyelisihi al
kitab dan as-sunnah, maka sungguh aku tarooju’(kembali kepada al haq) dari ucapanku dimasa hidupku dan setelah kematianku.

📚Aqwal al imam
asy-syafi’i majmuatun fi mukhtasar hal 57

‎اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا لاتباعه
‎وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا لاجتِنَابِه

Ya Allah, tampakkanlah kebenaran itu sebagai kebenaran dan berilah
kami rezeki untuk mengikutinya.
Tampakkanlah kebatilan itu sebagai kebatilan dan berilah kami rezeki
untuk menjauhinya. Amin.

✍Disusun oleh
Abu Hanan As Suhaily Utsman As Sandakany

10 Muharram 1440 - 20 September 2018

🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾

Sumber :
https://t.me/Nashihatulinnisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Belajar Di Jami'ah Islamiyyah Madinah

Menanggapi akan makruh nya istri memakai celana dalam

YANG ROJIH DALAM TUNTUNAN SHOLAT