Apakah dinding masjid menjadi pembatas antara masjid dan kuburan
Faedah tanya jawab bersama Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Aljawiy حَفِظَهُ اللّٰه :
Pertanyaan :
mana pendapat yang rojih bahwa kuburan yang berada di pekarangan masjid /rumah maka kita tidak boleh sholat di masjid / rumah tersebut, dengan pendapat yang mengatakan bahwa dinding sudah menjadi pembatas antara dia dan kuburan. karena di Indonesia begitu banyak kuburan berada di pekarangan masjid/rumah.
[1/7/2015 18.26]
Di jawab oleh Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Aljawiy حَفِظَهُ اللّٰه berikut ini :
Al Imam Ibnu Baz rohimahulloh berkata:
إن كان القبر خارج المسجد، عن يمينه أو شماله أو أمامه أو خلفه وليس في داخله، فالصلاة صحيحة، لكن لو تيسر إبعاده في المقابر، يكون أولى حتى لا يغلو فيه أحد، إذا كان خارج المسجد خارج بناء المسجد، عن يمين أو شمال أو أمام أو خلف، الأولى والأفضل أن ينقل لا يبقى القبر عند المسجد، لئلا يغلى فيه وينقل للمقابر العامة، ولكن الصلاة صحيحة؛ لأن المسجد سليم من القبور ليس في داخله قبور.
“Jika kuburan itu ada di luar masjid, di kanannya atau kirinya atau depannya atau belakangnya, maka sholatnya sah. Akan tetapi jika mudah untuk menjauhkan masjid dari kuburan maka itu lebih utama agar tidak ada seorangpun yang bersikap melampaui batas kepadanya. Jika kuburan itu ada di luar masjid, di luar bangunan masjid, di kanannya atau lkirinya atau depannya atau belakangnya, maka yang lebih baik dan lebih utama adalah kuburan itu dipindah agar tidak tersisa di sisi masjid, agar tidak disikapi melampuai batas. Dan kuburan tadi dipindahkan ke pekuburan umum. Akan tetapi sholatnya sah, karena masjid tadi selamat dari kuburan, tidak ada kuburan di dalamnya.”
(“Fatawa Nur ‘Alad Darb Ibnu Baz”/disusun oleh Asy Syuwai’ir/2/hal. 225).
Dan para ulama Lajnah Daimah yang dipimpin Asy Syaikh Sholih Alusy Syaikh dan beranggotakan Asy Syaikh Sholih Al Fauzan ditanya:
ما حكم الصلاة في مسجد مجاور لمقبرة، بحيث لا يفصله عنها سوى جدار واحد، أي: جدار المسجد؟
“Apa hukum sholat di masjid yang bertetangga dengan kuburan, yang maka tidak ada yang memisahkan masjid itu dari kuburan tadi selain satu dinding, yaitu dinding masjid?”
Maka para ulama tadi menjawab:
المسجد المفصول عن القبر بطريق أو فضاء من وراء جدار المسجد لا بأس بالصلاة فيه؛ لعدم المحذور، لأن هذا المسجد لم يبن على قبر، أما إذا كان القبر أو المقبرة متصلة بجدار المسجد فإنه لا تصح الصلاة فيه؛ لأنها تكون صلاة عند القبر، وذلك وسيلة من وسائل الشرك.
“Masjid yang terpisah dari kuburan dengan jalanan atau tanah kosong di belakang dinding masjid, tidak apa-apa sholat di dalamnya, karena tidak ada perkara yang dilarang di situ, karena masjid ini tidak dibangun di atas kuburan. Adapun jika kuburan atau pekuburan tadi bersambung dengan dinding masjid, maka sholatnya di dalam masjid itu tidak sah, karena hal itu berarti sholat di kuburan, dan yang demikian itu adalah salah satu dari sarana kesyirikan.”
(selesai dari “Fatawal Lajnatid Daimah”/5/hal. 243).
Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh berkata:
فالصلاة في المسجد الذي أمامه مقبرة خارج جدار المسجد صحيحة، لأنّ النهي عن الصلاة في المسجد الذي فيه مقبرة، كما جاء عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم أنه قال: ((الأرض كلّها مسجد، إلاّ المقبرة والحمّام)).
وفي "صحيح مسلم" من حديث جندب عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم قال: ((ألا وإنّ من كان قبلكم كانوا يتّخذون قبور أنبيائهم وصالحيهم مساجد، ألا فلا تتّخذوا القبور مساجد، إنّي أنْهاكم عن ذلك)).
وحديث: أنّ النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم قال: ((لا تصلّوا إلى القبور، ولا تجلسوا عليها)).
فهذا إذا كانت الصلاة إليها بدون حائط أو جدار. أما إذا وجد الجدار أو الحائط وهي خارج المسجد، فالصلاة صحيحة إن شاء الله.
“Maka sholat di dalam masjid yang di depannya itu ada pekuburan di luar dinding masjid itu sah, karena larangannya adalah untuk sholat di dalam masjid yang di dalamnya ada kuburan, sebagaimana datang dari Abu Sa’id Al Khudriy rodhiyallohu ‘anhu dari Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:
((الأرض كلّها مسجد، إلاّ المقبرة والحمّام)).
“Bumi itu semuanya adalah masjid kecuali pekuburan dan kamar kecil.”
Dan di dalam “Shohih Muslim” dari hadits Jundub dari Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam yang bersabda:
((ألا وإنّ من كان قبلكم كانوا يتّخذون قبور أنبيائهم وصالحيهم مساجد، ألا فلا تتّخذوا القبور مساجد، إنّي أنْهاكم عن ذلك))
“Ketahuilah sesungguhnya orang yang sebelum kalian dulu mereka biasa menjadikan kuburan para Nabi mereka dan orang-orang sholih mereka sebagai masjid-masjid. Ketahuilah, maka janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan sebagai masjid-masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari yang demikian itu.”
Dan di dalam suatu hadits:
((لا تصلّوا إلى القبور، ولا تجلسوا عليها))
“Janganlah kalian sholat kepada kuburan dan janganlah kalian duduk di atasnya.”
Maka hal itu adalah jika sholat kepada kuburan tadi tanpa tembok atau dinding.
Adapun jika didapatkan dinding atau tembok, dan kuburan itu di luar masjid, maka sholatnya itu sah insya Alloh.”
(selesai dari “Tuhfatul Mujib”/hal. 83-84).
والله تعالى أعلم.
والحمد لله رب العالمين.
Di nukil dari faedah tanya jawab
bersama Asy Syaikh Abu Fairuz
Abdurrohman bin Soekojo Al
Indonesiy Aljawiy حَفِظَهُ اللّٰه di
majmu'ah روضة الطالبين
Pada 1437
1/7/2015 M
Komentar
Posting Komentar