TATA CARA UMRAH SESUAI ALQUR'AN DAN ASSUNNAH
TATA CARA UMRAH
SESUAI AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad Al-Khidhir.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
*IHRAM*
1. Jika seseorang menginginkan untuk umrah maka hendaklah dia mandi seperti mandi jenabah, dalilnya adalah hadits 'Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'Anhuma:
مِنَ السُّنَّةِ أَنْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُحْرِمَ.
"Termasuk sunnah hendaklah seseorang mandi ketika akan ihram." Riwayat Al-Bazzar.
2. Setelah mandi, hendaklah bagi laki-laki mengoleskan minyak wangi ke rambut dan jenggotnya, berkata 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha:
كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لإِحْرَامِهِ حِينَ يُحْرِمُ.
"Dahulu aku mengoleskan minyak wangi kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ketika beliau akan ihram."
Dalam suatu lafazh:
حَتَّى أَجِدَ وَبِيصَ الطِّيبِ فِي رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ.
"Sampai aku mendapati kemilau wewangian tersebut di kepala dan jeggot beliau.” Riwayat Al-Bukhariy dan Muslim.
3. Kemudian memakai pakaian ihram, bagi laki-laki berupa dua lembar kain ihram sebagai sarung dan selendang, dalilnya adalah hadits 'Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'Anhuma:
وَلْيُحْرِمْ أَحَدُكُمْ فِي إِزَارٍ وَرِدَاءٍ وَنَعْلَيْنِ.
"Hendaklah salah seorang di antara kalian berihram dengan mengenakan sarung, selendang dan dua sandal." Riwayat Ahmad.
Adapun bagi wanita hendaklah memakai pakaian yang disyari’atkan yang menutupi seluruh tubuhnya.
4. Kemudian menegakkan shalat kecuali bagi wanita yang haid atau nifas, jika bertepatan dengan waktu shalat wajib maka dia shalat wajib, jika bertepatan dengan waktu shalat sunnah maka hendaklah dia shalat sunnah, jika tidak maka hendaklah dia shalat dua raka'at dengan niat shalat sunnah setelah berwudhu karena dia telah mandi jenabah yang tentu di dalamnya berwudhu.
5. Kemudian mengucapkan:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً.
"Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah."
Lalu dilanjutkan dengan membaca talbiah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَك لَبَّيْكَ، إنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَك وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَك.
"Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu." Riwayat Al-Bukhariy dan Muslim.
Bagi laki-laki membaca dengan mengeraskan suara dan bagi perempuan memelankannya, terus dibaca hingga akan masuk masjid Haram, dalilnya adalah hadits Riwayat Al-Bukhariy dan Muslim:
كَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا إِذَا دَخَلَ أَدْنَى الْحَرَمِ أَمْسَكَ عَنِ التَّلْبِيَةِ.
"Dahulu Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'Anhuma ketika hampir masuk masjid Haram maka beliau berhenti dari bertalbiyah."
6. Ketika akan masuk masjid Haram hendaklah mendahulukan kaki kanan lalu mengucapkan:
اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ.
"Ya Allah bukakanlah kepadaku pintu-pintu rahmat-Mu." Riwayat Muslim.
*THAWAF*
1. Ketika akan memulai thawaf hendaklah idhthiba', yaitu menjadikan pertengahan kain selendang berada di bawah ketiak kanan dan kedua ujung kain selendang berada di atas pundak yang kiri sehingga pundak sebelah kanan terbuka, dalilnya adalah hadits Ya'la bin Umayyah Radhiyallahu 'Anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ مُضْطَبِعًا.
“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam thawaf dalam keadaan beridhthiba'." Riwayat At-Tirmidziy.
2. Menuju ke Hajar Aswad lalu menempelkan telapak tangan kanan padanya dan menciumnya, berkata 'Umar Ibnul Khaththab Radhiyallahu 'Anhu:
إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ.
"Sesungguhnya aku mengetahui bahwasanya kamu adalah batu yang tidak memberi madharat dan tidak pula memberi manfaat, kalaulah aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menciummu maka aku tidak akan menciummu." Riwayat Al-Bukhariy dan Muslim.
Jika tidak memungkinkan untuk menciumnya, maka cukup dengan menempelkan tangan kepadanya, lalu mencium tangan yang nempel padanya, berkata Nafi':
رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَسْتَلِمُ الْحَجَرَ بِيَدِهِ ثُمَّ قَبَّلَ يَدَهُ وَقَالَ: مَا تَرَكْتُهُ مُنْذُ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ.
"Aku melihat Ibnu 'Umar menempelkan tangannya ke Hajar Aswad kemudian beliau mencium tangannya, beliau berkata: "Aku tidak meninggalkannya sejak aku melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melakukannya." Riwayat Muslim.
Jika tidak memungkinkan untuk menempelkan tangan kanan padanya maka cukup menempelkan tongkat padanya, berkata Abuth Thufail Radhiyallahu 'Anhu:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ وَيَسْتَلِمُ الرُّكْنَ بِمِحْجَنٍ مَعَهُ وَيُقَبِّلُ الْمِحْجَنَ.
"Aku melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam thawaf di Ka'bah, beliau menempelkannya dengan tongkat yang ada padanya lalu beliau menciumnya." Riwayat Muslim.
Jika tidak bisa juga menempelkan dengan tongkat, karena tidak memegang tongkat maka cukup dengan memberi isyarat kepadanya dengan tanpa mencium sesuatu yang diisyaratkan dengannya, berkata Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhuma:
طَافَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبَيْتِ عَلَى بَعِيرٍ، كُلَّمَا أَتَى عَلَى الرُّكْنِ أَشَارَ إِلَيْهِ.
"Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam thawaf di Ka'bah beliau di atas onta, setiap kali beliau melewati Hajar maka beliau memberi isyarat kepadanya." Riwayat Al-Bukhariy.
Ini dilakukan pada setiap kali putaran ketika thawaf, dan hendaklah bertakbir pada setiap kali menempelkan tangan padanya atau setiap kali memberi isyarat kepadanya.
3. Pada setiap kali putaran thawaf hendaklah menempelkan tangan ke rukun Yamaniy, dengan tanpa menciumnya.
4. Orang yang thawaf hendaklah berdzikir, berdoa atau membaca Al-Qur’an dan jangan sampai berdesak-desakan dengan orang lain.
5. Setelah melakukan thawaf dengan tujuh kali putaran, lalu menutup kedua pundak dengan kain selendang, lalu menuju ke makam Ibrahim sambil membaca:
وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى.
“Dan jadikanlah di antara maqam Ibrahim itu sebagai tempat shalat." (Al Baqarah: 125).
6. Kemudian shalat di belakang maqam Ibrahim dengan shalat dua raka'at yang ringan, pada rakaat pertama setelah membaca surat Al-Fatihah adalah membaca surat Al-Kafirun dan pada raka’at kedua setelah membaca Al Fatihah adalah membaca surat Al-Ikhlas.
7. Setelah selesai menegakkan shalat dua raka'at, hendaklah ke Hajar Aswad lalu menyentuhkan tangan kanan kepadanya jika itu memungkinkan, jika tidak maka cukup mengisyaratkan kepadanya.
8. Setelah itu pergi meminum air zam-zam.
*SA'I*
1. Setelah itu menuju ke tempat sa'i, ketika sudah mendekati bukit Shafa, hendaklah membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ.
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah termasuk dari syi'ar-syi'ar Allah." (Al Baqarah: 158).
Lalu mengucapan:
أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ.
"Aku memulai dengan apa yang telah Allah mulai."
2. Kemudian naik ke bukit Shafa, lalu menghadap ke arah Ka’bah hingga melihatnya jika memungkinkan, lalu mengangkat kedua tangan sebagaimana ketika berdoa lalu membaca:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
"Tidak ada sesembahan dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia adalah Qadir (Maha Kuasa) atas segala sesuatu. Tidak ada sesembahan dengan benar kecuali hanya Allah semata. Dialah yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan tentara sekutu dengan sendirian.”
Dibaca tiga kali, dan di antara setiap bacaannya diikutkan dengan berdoa dengan doa yang diinginkan. Riwayat Muslim.
3. Kemudian turun dari bukit Shafa menuju ke bukit Marwah dengan berjalan kaki, tatkala sampai di tanda lampu hijau yang pertama maka hendaklah bagi laki-laki berlari kecil dengan cepat dan bersungguh-sungguh sesuai kemampuan, yang tentunya dengan tidak mengganggu.
Ketika sudah sampai ke tanda lampu hijau yang kedua hendaklah berjalan seperti biasanya sampai ke bukit Marwah, ketika sudah sampai ke bukit Marwah maka hendaklah mengangkat kedua dua tangan sebagaimana yang dilakukan dan dibaca ketika di bukit Shafa.
4. Kemudian turun dari bukit Marwah lalu menuju ke bukit Shafa dengan berjalan di tempat yang ditentukan untuk berjalan dan berlari bagi laki-laki di tempat yang ditentukan untuk berlari, lalu naik ke bukit Shafa kemudian melakukan seperti semula hingga sempurna dengan tujuh kali putaran, yang berakhir di bukit Marwah, dengan rinciannya yaitu pergi ke bukit Shafa terhitung sekali putaran dan kembalinya dari bukit Shafa menuju bukit Marwah terhitung juga sekali.
5. Di dalam sa'i ini tidak ada dzikir tertentu, oleh karena itu hendaklah berdzikir atau berdoa dengan doa yang diinginkan.
6. Setelah selesai dari melakukan sa'i maka selanjutnya mencukur rambut kepala bagi laki-laki, Nabi Shallallahu Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah berdoa:
اللَّهُمَّ ارْحَمِ المُحَلِّقِينَ.
"Ya Allah rahmatilah orang-orang yang mencukur rambut kepala mereka." Riwayat Al-Bukhariy dan Muslim.
Dan memendekkan rambut kepala bagi perempuan, berkata Nabi Shallallahu Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
لَيْسَ عَلَى النِّسَاءِ الْحَلْقُ، إِنَّمَا عَلَى النِّسَاءِ التَّقْصِيرُ.
“Tidaklah mencukur rambut kepala bagi para wanita, hanyalah bagi mereka adalah memendekkan.” Riwayat Abu Dawud.
Setelah mencukur rambut kepala bagi laki-laki dan memangkas bagi perempuan maka selesailah umrah sehingga boleh untuk mengerjakan perkara-perkara yang tadinya tidak boleh dilakukan di saat sedang ihram, Wallahu A'lam.
Demikianlah ringkasan tata cara umrah yang merupakan hasil kajian kami pada hari Kamis pagi tanggal 30 Jumadil Akhir 1440 di Maktabah Al-Khidhir Kemang Pratama 3 Bekasi.
Sumber :
⛵️ http://t.me/majaalisalkhidhir
Komentar
Posting Komentar