Berhujjah dengan khilaf Ulama untuk membenarkan pendapat nya

🍃 Bolehkah berhujjah dengan khilaf yang terjadi  di kalangan ulama untuk membenarkan pendapat yang ia pegang, walaupun ia tahu pendapatnya lemah dan bertentangan dengan dalil yang kuat ???

‎┈┉┅━❀🍃🌹🍃❀━┅┉┈

Ketahuilah perbedaan pendapat bukanlah suatu hujjah untuk membenarkan pendapat yang kita pegang dari seorang ulama, sementara pendapat itu lemah dan bertentangan dengan dalil yang ada .

Dan hendaklah  senantiasa kita  menuntut akan  keberadaan dalil , tatkala ada perselisihan, dan bukanlah justru kita  berhujjah bahwa , ini kan terjadi perselisihan dan silang pendapat dikalangan ulama .

🔎Diantara dalil bahwa mengedepankan dalil dan mencari dalil adalah ketika seorang lelaki dari penduduk Syaam bertanya kepada  Abdullah bin ‘Umar tentang masalah tamattu’ dengan melaksanakan ‘umrah dahulu, baru kemudian haji.

👉🏻Maka ‘Abdullah bin ‘Umar berkata :

 هِيَ حَلَالٌ،

“Hal itu halal”.

Orang itu berkata :

إنَّ أَبَاكَ قَدْ نَهَى عَنْهَا

Sesungguhnya ayahmu (Umar bin Khattab) telah melarang haji tamattu' .

👉🏻Abdullah bin ‘Umar berkata :

أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ أَبِي نَهَى عَنْهَا وَصَنَعَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَأَمْرَ أَبِي يُتَّبَعُ أَمْ أَمْرَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم

Bagaimana pendapatmu ,jika  ayahku melarangnya, padahal Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melakukannya. Apakah perkara ayahku yang diikuti ataukah Perkara Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?

Laki-laki itu menjawab :

بَلْ أَمْرَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Tentu saja perkara Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang kita ikuti.

👉🏻Ibnu ‘Umar berkata :

لَقَدْ صَنَعَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Sungguh betul betul  Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melakukannya yaitu haji tamattu'.

📚Diriwayatkan oleh  imam At-Tirmidzi

🖊 Berkata  Al _ khottaby  Rohimahullooh :

وليس الإختلاف حجة ، وبيان السنة حجة على المختلفين من الأولين والآخرين

perbedaan pendapat bukanlah suatu hujjah , akan tetapi penjelasan sunnah adalah hujjah atas orang orang yang berselisih pendapat dari kalangan orang terdahulu dan sekarang .

📚 A'laamu Al hadits 3/2092.

🖊 Berkata imam Asy_Syatibi Rohimahullooh:

فربما وقع افتاء في المسألة بالمنع، فيقال: لم تمنع؛ والمسألة مختلف فيه؟! فيجعل الخلاف حجة في الجواز لمجرد كونها مختلفاً فيها، لا لدليل عليه يدل على صحة مذهب الجواز، ولا لتقليد من هو أولى بالتقليد من القائل بالمنع، وهو عين الخطأ على الشريعة، حيث جعل ما ليس بمعتمد معتمداً، وما ليس بحجة حجة

Maka kadang terjadi fatwa dalam satu permasalahan dengan pelarangan, lalu dikatakan : Mengapa kamu  melarang, dan ini adalah permasalahan yang diperselisihkan ?’

Maka ia menjadikan perselisihan pendapat sebagai hujjah akan  pembolehan karena  sekedar keberadaan permasalahan yang diperselisihkan didalamnya, 

👉🏻bukan karena dalil yang menunjukkan akan benarnya Madzhab yang membolehkan,

👉🏻dan bukan  pula karena taqlid pada orang yang lebih pantas untuk ditaqlidi(diikuti) pendapatnya dari orang yang melarangnya.

🚫Dan ini  merupakan kesalahan  dalam syari’at , dari sisi  :

👉🏻menjadikan sesuatu yang bukan sebagai sandaran sebagai sandaran,

👉🏻 dan menjadikan sesuatu yang bukan hujjah sebagai hujjah.

📚Al-Muwaafaqaat, 4/141.

🖊 Berkata Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah :

وليس لأحد أن يحتج بقول أحد في مسائل النزاع، وإنما الحجة: النص، والإجماع، ودليل مستنبط من ذلك تقرر مقدماته بالأدلة الشرعية، لا بأقوال بعض العلماء؛ فإن أقوال العلماء يحتج لها بالأدلة الشرعية، لا يحتج بها على الأدلة الشرعية

Dan tidak boleh bagi seseorang untuk berhujjah dengan perkataan seseorang dalam permasalahan yang diperselisihkan.

Akan tetapi  Hujjah itu hanyalah nash (Al Qur'an dan hadits), ijma’, dan dalil yang dihasilkan dari perkara demikian ,yang  pendahuluannya di tetapkan dengan dalil-dalil syar’iy, bukan dengan perkataan sebagian ulama.

Karena perkataan sebagian ulama itu  dicarikan hujjah dengan dalil-dalil syar’i,  bukan dijadikan hujjah atas dalil yang syar'i.

📚 Majmu fatawa 26/202-203.

🖊 Berkata Ibnu  Abdil-Barr rahimahullah :

الاخْتِلافُ لَيْسَ بِحُجَّةٍ عِنْدَ أَحَدٍ عَلِمْتُهُ مِنْ فُقَهَاءِ الأُمَّةِ، إِلا مَنْ لا بَصَرَ لَهُ، وَلا مَعْرِفَةَ عِنْدَهُ، وَلا حُجَّةَ فِي قَوْلِهِ

Perselisihan  pendapat  bukanlah hujjah disisi seseorang yang aku tahu dari kalangan  fuqahaa  umat ini kecuali orang yang tidak mempunyai ilmu dan pengetahuan serta orang yang tidak ada hujjah dalam perkataannya.

📚Jaami’ul-Bayaan, hal. 922.

💬 Sebagai suatu kesimpulan , ketika terjadi perbedaan fatwa ulama dalam suatu permasalahan, janganlah kita beranggapan ini kan masalah yang diperselisihkan ulama dari dulu maupun sekarang, janganlah kita saling memaksa, dan hendaknya saling menghargailah pendapat, dan pendapat yang saya pegang dari seorang  alim ulama , tentunya punya juga dalil. Tapi hendaknya kita berusaha melihat dalil dalil yang dipakai ulama  berhujjah, mana yang lebih kuat dari pendalilannya, bukan karena fatwa itu sesuai dengan hawa nafsu kita, itu yang dijalankan.

نسأل الله التوفيق والسداد

✍ Disusun oleh
Abu Hanan As-Suhaily Utsman as Sandakany

25  Jumadil Tsani  1440 - 3 Maret  2019

Sumber :
https://t.me/Nashihatulinnisa

‎🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Belajar Di Jami'ah Islamiyyah Madinah

Menanggapi akan makruh nya istri memakai celana dalam

YANG ROJIH DALAM TUNTUNAN SHOLAT