APAKAH BATAL WUDHU' JIKA MENYENTUH WANITA ?

🍃 Hukum menyentuh wanita  apakah membatalkan wudhu ??

📙 Soal dari Ummu yusuf Magetan di group wa nashihatulinnisa
assalamu'alaikum umm
afwan mau tanya
apakah termasuk pembatal wudhu bila bersentuhan dgn suami atau nonmahrom dan menyentuh pusar dan paha dgn tangan?
➖➖➖➖➖➖
💧Menyentuh wanita para ulama berselisih dalam  membatalkan wudhu atau tidak :

1⃣ إنه ينقض مطلقًا،بكل حال سواء كان اللمس بشهوة ام لا وسواء قصد ذلك أم سهوا أو اتفاقا.

Itu membatalkan wudhu secara mutlak, pada setiap keadaan, sama saja menyentuh dengan syahwat , atau tidak, sama saja,  dimaksudkan atau lupa atau karena sepakat, dan ini mazdahb imam Asy' Syafi'i Rohimahullooh.

📝 berdalilkan  dengan

🔵firman Allah ta’ala:

( أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء) النساء/43

“Atau kamu telah menyentuh perempuan.” QS. An-Nisa’: 43
Jadi asal dari kata ‘Lams’ pada ayat adalah menyentuh dengan tangan. (Tapi ini penafsiran yang lemah,akan datang bantahannya dari Syaikh Al Utsaimin)

🔵Juga  ‘Lamas’ dalam hadits  diartikan:  menyentuh dengan tangan. 
Nabi shollallaahu alaihi wasallam bersabdasabda

وَالْيَدُ زِنَاهَا اللَّمْسُ 

“Tangan zinanya adalah menyentuh.” HR. Ahmad,  dishohihkan  oleh Albani dalam Silsilah shohihah (8204).

Dan pendapat di atas dibantah oleh syaikhul Islam

🖍Syaikhul Islam Rahimahullah berkata :

إذا مس المرأة لغير شهوة فهذا مما علم بالضرورة  أن الشارع لم يوجب منه وضوءا ولا يستحب الوضوء منه

Jika menyentuh wanita tanpa  syahwat, ini termasuk dari perkara yang diketahui secara pasti , bahwa pembuat syariat (Allooh) tidak mewajibkan wudhu dan tidak pula dianjurkan berwudhu.

📚‘Ikhtiyarat, hal. 18,

2⃣ أنه لا ينقض مطلقًا، سواء كان بشهوة ام بغير شهوة , إلا إذا خرج منه شىء
Itu tidak membatalkan wudhu secara mutlak, sama saja menyentuh dengan syahwat atau tidak, kecuali jika keluar sesuatu dari  kemaluannya (berupa air madzi)dan ini mazdahb  abu Hanifah

📝 Dengan beberapa pendalilan

🔵Dari Aisyah Radhiyallahu anhu berkata,

 كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَايَ فِي قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا  

“Dulu aku tidur dihada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam sementara kakiku di arah kiblatnya. Jika beliau bersujud ,  beliau menyentuhku. Sehingga kakiku saya tekuk. Jika  beliau berdiri, sayapun kembali hamparkan keduanya.”( HR. Bukhori,) 

dalam riwayat  Nasa’i dengan sanad yang shohih.

حتى إذا أراد أن يوتر مسني برجله
“Sampai ketika beliau ingin witir, beliau menyentuh dengan kakinya.” Dishohihkan  oleh Albani dalam Sunan Nasa’i.

🔵Dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia  berkata,

فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنْ الْفِرَاشِ فَالْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِي عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ وَهُمَا مَنْصُوبَتَانِ وَهُوَ يَقُولُ (اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ  

“Saya pernah  kehilangan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam pada suatu malam dari tempat tidur, sehingga tanganku menyentuh kaki bagian dalamnya ketika beliau di masjid. Dan kedua kakinya dalam kondisi ditancapkan, dan ia berdoa,

“Ya Allah, saya berlindung dengan keridhoanMu dari kemurkahanMu. Dan ampunanMu dari siksaMu. (HR. Muslim,)

🔎 Dalam hadits di atas , menunjukkan bahwa Rasulullah menyentuh Aisyah, sementara beliau sholat , seandainya menyentuh wanita itu membatalkan wudhu, tentunya Rasulullooh berwudhu lagi.

3⃣ ينقض مع الشهوة، يعني: إذا لمسها بتلذذ وشهوة , والا فلا

Itu membatalkan wudhu jika disertai syahwat , artinya jika ia menyentuhnya dengan berlezatan, dan syahwat maka membatalkan wudhu, dan jika tidak syahwat , maka tidak membatalkan wudhu dan ini adalah madzab hanabilah

📝 Jadi mereka berdalilkan dengan menggabungkan pendalilan dari pendapat pertama dan kedua.

🔵Adapun firman Allah ta’ala:

( أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء) النساء/43

“Atau kamu telah menyentuh perempuan.” QS. An-Nisa’: 43.

Maksud dari kata "lamas"adalah jima' bukan " menyentuh dengan tangan", sebagaimana yang ditafsirkan Ibnu Abbas.

🖋 Asy Syaikh Al Allamah Al Utsaimin Rohimahullooh menyebutkan :

" أن الله تعالى قال : ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ ) المائدة/6 ، فهذه طهارة بالماء أصليّة صغرى. ثم قال : ( وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مِّنكُم مِّن الْغَآئِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا) فقوله : ( فَتَيَمَّمُواْ ) هذا البدل ، وقوله : (أَوْ جَاء أَحَدٌ مِّنكُم مِّن الْغَآئِطِ ) هذا بيان سبب الصغرى ، قوله : ( أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء ) هذا بيان سبب الكبرى .
ولو حملناه على المس الذي هو الجسُّ باليد ، كانت الآية الكريمة ذكر الله فيها سببين للطهارة الصغرى ، وسكت الله عن سبب الطهارة الكبرى ، مع أنه قال : ( وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُواْ ) وهذا خلاف البلاغة القرآنية .
وعليه ، فتكون الآية دالة على أن المراد بقوله : ( أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء ) أي : " جامعتم " ليكون الله تعالى ذكر السببين الموجبين للطهارة " 

Allah ta’ala telah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ المائدة/ 6

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” QS. AL-Maidah: 6.

Ini adalah bersuci kecil dengan air asli . kemudian Allooh lanjutkan :

وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مِّنكُم مِّن الْغَآئِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا

“Dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air  atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih).” QS. AL-Maidah: 6.

Ayat  ‘فَتَيَمَّمُواْ’ adalah pengganti.

Ayat

أَوْ جَاء احدٌ مِّنكُم مِّن الْغَآئِطِ
atau salah seorang dari kalian kembali dari tempat buang  air .
Ini penjelasan sebab akan  (thaharah  kecil) dengan berwudhu

Dan ayat

أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء
atau menyentuh perempuan). Ini adalah penjelasan sebab (bersuci) akan  thaharah  besar dengan mandi.

Sebab jika kita artikan kata ‘Allamas’ itu menyentuh dengan tangan. Maka dalam ayat tersebut,  Allah menyebutkan dua sebab untuk bersuci atau bertharah kecil(yang mengharuskan wudhu). Dan Allah mendiamkan sebab akan  bersuci besar.

Padahal Allah berfirman

وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُواْ

dan jika kamu junub maka mandilah .

Dan ini menyelisihi ilmu balagoh Qur’an. Sehingga ayat tadi menunjukkan bahwa maksud

أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء
atau menyentuh  perempuan ) adalah kalian berhubungan badan’ (jima') agar Allah menyebutkan dua sebab yang mengharuskan bersuci atau berthoharoh”

📚Syarh  Mumti’,1/240

🖍 Berkata Imam Ibnu Baz Rohimahullooh .

والصواب في هذه المسألة -وهو الذي يقوم عليه الدليل- هو: أن مس المرأة لا ينقض الوضوء مطلقًا، سواء كان عن شهوة أم لا، إذا لم يخرج منه شيء؛ لأنه ﷺ قبل بعض نسائه ثم صلى ولم يتوضأ، ولأن الأصل: سلامة الطهارة، وبراءة الذمة من وضوء آخر، فلا يجب الوضوء إلا بدليل سليم لا معارض له؛ ولأن النساء موجودات في كل بيت غالبًا، والبلوى تعم بمسهن من أزواجهن وغير أزواجهن من المحارم، فلو كان المس ينقض الوضوء لبينه النبي ﷺ بيانًا واضحًا، وأما قوله تعالى: أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ [المائدة: 6] وفي قراءة أخرى: أَوْ لمَسْتُمُ النِّسَاءَ فالمراد به: الجماع، فكنى الله بذلك عن الجماع، كما كنى الله عنه سبحانه بالمس في آية أخرى، هكذا قال ابن عباس رضي الله عنهما وجماعة من أهل العلم، وهو الصواب

Yang benar dalam masalah ini adalah apa yang dalil tegak diatasnya, yaitu bahwa menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu secara mutlak, sama saja dengan syahwat atau tidak ,selama tidak keluar darinya sesuatu(sepeti madzi), sebab nabi shollallaahu alaihi wa sallam mencium sebagian dari  Istrinya kemudian beliau sholat dan tidak berwudhu.

Dan hukum asal, selamatnya akan thoharah seseorang dan lepasnya tanggungannya ia untuk berwudhu lagi. Maka tidak wajib berwudhu kecuali dengan dalil yang selamat tidak ada  pertentangan terhadapnya.Sebab wanita kebanyakan ada di setiap rumah, dan hal ini tersebar umum dengan bersentuhan kaum wanita dari istri mereka dan selain mereka dari mahram mereka, dan seandainya menyentuh itu membatalkan wudhu tentunya Nabi Shollallaahu 'alaihi wassallam akan menjelaskan dengan penjelasan yang terang. Adapun firman Allooh  :

 أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ 

Atau kamu telah menyentuh perempuan .

Dalam qiraah yang lain
أَوْ لمَسْتُمُ النِّسَاء

Yang dimaksudkannya dengan "lamas adalah jima' .maka Allooh memberikan kinayah dengan menyentuh dari jima, sebagaimana Allooh mengkinayahkan jima'(bersetubuh)dengan menyentuh pada ayat lain, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas Rodhialloohu Anhuma dan sekelompok dari kalangan ahli ilmu, dan inilah yang benar

📚 Majmu fatawa ibnu baz 10/135.

🔎 Sehingga pendapat yang kedua  adalah Pendapat yang kuat, bahwa menyentuh wanita baik yang mahram maupun bukan ,  tidak membatalkan wudhu secara mutlak, sama saja dengan syahwat atau tidak, sama saja wanita yang menyentuh  lelaki,  dan ini yang dipilih oleh syaihkul Islam dalam Majmu fatawa 12/223, Syaikh bin baz dan Syaikh Al Utsaimin Rohimahullooh dalam fatwa beliau. Dan Pendapat ini yang juga dikuatkan oleh Syaikh kami Al faqih Muhammad bin Hizam hafidzahullooh

🖍 Berkata Syaikh kami Al faqih Al Muhaddits Muhammad bin Hizam hafidzahullooh :

الصحيح في هذه المسألة أنه لا ينقض الوضوء إلا إذا خرج منه المذي أما إذا لم يخرج فلا يبطل وضوءه ولكن لو توضأ فهو أحوط لأنه مظنة لأن يخرج منه المذي.

Yang benar dalam masalah ini menyentuh wanita dengan syahwat tidak membatalkan wudhu, kecuali jika keluar darinya sesuatu berupa madzi. Adapun jika tidak keluar madzi , maka wudhunya tidak batal, akan tetapi seandainya ia berwudhu, maka itu lebih berhati hati , sebab disitu ada prasangkaan keluar madzi .

📚 Sumber ______________
للاشتراك في قناة :-
فتاوى الشيخ الفقيه محمد بن حزام
على التلجرام :-  @ibnhezam

✍🏻 Disusun oleh

Abu Hanan As-Suhaily Utsman as Sandakany

27 Sya'ban   1440 - 2 Mei   2019

Ikuti NashihatuLinnisa' di TELEGRAM 
https://t.me/Nashihatulinnisa

‎🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Belajar Di Jami'ah Islamiyyah Madinah

Menanggapi akan makruh nya istri memakai celana dalam

Berqurban Sesuai Dengan Sunnah Rosulullooh ﷺ