Cara bertaubat dari mencuri
🍃 Bagaimana cara bertaubat dari mengambil uang yang haram milik suatu lembaga atau perusahaan??
📙Soal dari ummu Hammam lamongan di group wa nashihatulinnisa
Assalamu’alaikum
Afwan umm, ada ttipan pertanyaan dr teman
Dulu tmn ana jd akuntan di sbuah lmbga, bxk cttan keuangan yg ga jelas dlm pngeluaran atau pemasukan dn dia mengetahuix, bhkan dia ikut andil dlm penggunaan uang ga jjls tsb, alhamdulillah stlh hidayah msk dn kenal dakwah salaf dia bs kluar dr lmbg tsb dan jika ingat ktika msh jd akuntan dia bingung dn tak apa yg hrs dia lakukan apa dia hrs mengembalikan uang yg tlh di salah gunakan tsb tp bgmn caranya,
Mohon nasehat dn pengarahanx umm buat tn ana, jazakillah khoiron
┈┉┅━❀🍃🌹🍃❀━┅┉┈
Siapa yang mengambil uang bukan miliknya dengan cara yang bathil tanpa ada idzin dan keridhoan dari yang diambil uangnya, sepeti uang yang dicuri , yang dirampok , atau penggelapan dari uang milik umum atau korupsi,, atau sesuatu yang diambil dengan menipu, atau suap atau mengambil bunga dari hasil meminjamkan uang pada orang dengan paksa, maka uang seperti ini wajib dikembalikan pada pemiliknya, dan tidak akan terlepas dari tanggungjawab dosa kecuali jika dengan seperti itu, yaitu ia mengembalikan pada pemiliknya.
🖊Berkata imam Ibnul Qayyim Rohimahullooh ,
فَإِنْ كَانَ الْمَقْبُوضُ قَدْ أُخِذَ بِغَيْرِ رِضَى صَاحِبِهِ ، وَلَا اسْتَوْفَى عِوَضَهُ : رَدَّهُ عَلَيْهِ ، فَإِنْ تَعَذَّرَ رَدُّهُ عَلَيْهِ : قَضَى بِهِ دَيْنًا يَعْلَمُهُ عَلَيْهِ ، فَإِنْ تَعَذَّرَ ذَلِكَ : رَدَّهُ إِلَى وَرَثَتِه ِ، فَإِنْ تَعَذَّرَ ذَلِكَ: تَصَدَّقَ بِهِ عَنْهُ .
فَإِنِ اخْتَارَ صَاحِبُ الْحَقِّ ثَوَابَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ : كَانَ لَهُ ، وَإِنْ أَبَى إِلَّا أَنْ يَأْخُذَ مِنْ حَسَنَاتِ الْقَابِضِ: اسْتَوْفَى مِنْهُ نَظِيرَ مَالِهِ ، وَكَانَ ثَوَابُ الصَّدَقَةِ لِلْمُتَصَدِّقِ بِهَا ، كَمَا ثَبَتَ عَنِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ"انتهى من "زاد المعاد " (5/690).
maka jika harta yang dikuasai diambil tanpa ada keridhoan dari pemiliknya, dan bukan mengambil haknya dengan penuh sebagai gantinya (misalkan seseorang pernah mengambil uangnya, maka dia mengambil uang orang tersebut, sebagai gantinya, tambahan pent' ) maka wajib mengembalikannya, dan jika ada udzur untuk mengembalikan, maka apa yang diambil itu sebagai pelunasan utangnya dengan ia memberitahukan atasnya, dan jika setelah itu ada udzur lagi, maka dikembalikan kepada ahli waris (dari pemilik harta yang telah diambilnya), dan jika ada udzur terhadapnya (yang telah mengambilnya) maka ia bersedekah dengan harta tersebut atas namanya(pemilik yang telah diambil hartanya).
Dan jika pada hari kiamat nanti pemilik hak (dari yang dicuri hartanya) memilih pahalanya , maka untuknya pahala tersebut(pahala shadaqah), dan jika ia enggan, kecuali mengambil dari kebaikan yang menguasai hartanya, maka ia akan mengambil haknya dengan penuh semisal hartanya yang telah diambil, dan pahala shodaqoh kepada yang telah menyedekahkannya (yang mengambil harta tersebut, lalu ia mensedekahkannya)., sebagaimana telah shohih dari sahabat Rodhialloohu Anhum .
📚 Lihat zaadul Maad 5/690.
🖊Berkata syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullooh
فإذا كان بيد الإنسان غصوب ، أو عوار ، أو ودائع ، أو رهون ، قد يئس من معرفة أصحابها ، فإنه يتصدق بها عنهم " انتهى
Maka jika ditangan seseorang barang yang dicuri atau pinjaman, atau barang titipan atau barang jaminan, dan ia telah putus asa untuk mengetahui pemiliknya, maka ia bersedekah atas nama pemiliknya.
📚 Lihat Majmu Fatawa 29/321
🖊Dan telah datang dalam fatwa lajnah dai'mah
الواجب في مثل هذه الحال البحث عن صاحب الحق حتى يؤدي إليه حقه ، وبما أنك لا تعرف مكان عمله ولا إقامته ، فإنك تتصدق بهذه الدنانير بالنية عن صاحبها ، فإن جاء إليك يوما يطلب حقه ، فأخبره بما عملت ، فإن أقره ، وإلا فادفع إليه حقه ، ويكون ثواب ما تصدقت به لك " انتهى .
Yang wajib pada semisal keadaan ini adalah mencari dari pemiliknya sampai ia menunaikan padanya haknya, dan disebabkan bahwa kamu tidak mengetahui tempat kerjanya dan tempat tinggalnya, maka kamu bersedekah dengan Dinar Dinar tersebut dengan niat pahala untuk pemiliknya, dan jika pemiliknya datang pada suatu hari menuntut haknya, maka kamu kabarkanlah dengan apa yang telah kamu lakukan, dan jika ia menyetujuinya,(maka tidak ada masalah), dan jika ia tidak setujui , maka berikanlah haknya padanya(berupa Dinar), dan pahala apa yang kamu telah sedekahkan untukmu.
📚 Lihat Majmu Fatawa 14/70
Dan cara bertaubat dalam masalah ini ada dua keaadaan:
1⃣Keadaan Pertama: Memungkinkan baginya untuk mengembalikan harta benda yang diambil bukan dengan cara yang benar kepada pemiliknya. Maka wajib baginya untuk mengembalikannya kepada pemiliknya atau kepada ahli warisnya jika harta benda tersebut milik individu, dan mengembalikannya kepada pemerintah, lembaga atau perusahaan jika harta benda tersebut milik negara atau milik lembaga atau perusahaan .
Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلاَّ بِطِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ
“Tidak halal mengambil harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan dirinya.” (HR. Abu Dawud dan Daruquthni, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7662)
Ketika khutbah wadaa’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ، بَيْنَكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu terpelihara antara sesama kamu sebagaimana terpeliharanya hari ini, bulan ini dan negerimu ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَشْرَبُ الخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَنْتَهِبُ نُهْبَةً، يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ فِيهَا أَبْصَارَهُمْ حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ
“Tidaklah seseorang berzina dalam keadaan beriman, tidaklah seseorang meminum minuman keras ketika meminumnya dalam keadaan beriman, tidaklah seseorang melakukan pencuria dalam keadaan beriman dan tidaklah seseorang merampas sebuah barang rampasan di mana orang-orang melihatnya, ketika melakukannya dalam keadaan beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
As Saa’ib bin Yazid meriwayatkan dari bapaknya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَأْخُذْ أَحَدُكُمْ عَصَا أَخِيهِ لَاعِبًا أَوْ جَادًّا، فَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا إِلَيْه
“Janganlah salah seorang di antara kamu mengambil tongkat saudaranya baik main-main maupun serius. Jika salah seorang di antara kamu mengambil tongkat saudaranya, maka kembalikankah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan ia menghasankannya. Hadits ini dihasankan pula oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud dan Shahih At Tirmidzi)
2⃣Keadaan Kedua: Tidak memungkinkan baginya untuk mengembalikan harta benda tersebut kepada pemiliknya karena telah meninggal dunia atau tidak mengetahui keberadaannya dan keberadaan ahli warisnya padahal sudah berusaha keras mencarinya , Maka dalam keadaan ini hendaknya ia bersedekah dengan harta benda tersebut dengan mengatas-namakan pemiliknya kepada fakir miskin atau disalurkan kemaslahatannya bagi kaum muslimin secara umum.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:
فاتقوا الله ماستعطتم
“Bertakwalah kamu kepada Allah semampu kamu.” (QS. At-Taghabun: 16)
Dan berdasarkan riwayat dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu,
أنه اشترى جارية، فدخل بيته ليأتي بالثمن ، فخرج ولم يجد البائع، فجعل يطوف على المساكين ويتصدق عليهم بالثمن، ويقول اللهم عن رب الجارية ، فإن قبل فذاك ، وإن لم يقبل فهو لي، وعلي له مثله يوم القيامة
bahwasanya ia pernah membeli seorang budak wanita dari seseorang, lalu ia masuk kerumah untuk mengambil uang senilai harganya.
Setibanya ia keluar,ia tidak mendapatkan tuan budak , maka ia (Abdullah bin Mas’ud) mengelilingi orang orang miskin ,ia bershodaqoh seharga budak itu seraya berkata, “Ya Allah, pahala shodaqoh ini untuk tuan budak wanita ini, jika ia terima ( ridho )maka pahalanya untuknya, tetapi jika ia tidak terima, (datang dan meminta harganya, tambahan pent) maka pahalanya untukku dan atasnya bagiku yang semisalnya pada hari kiamat ( ia memperoleh dari kebaikan-kebaikanku sesuai dengan kadarnya, tambahan pent'.”
📚 Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah 29/262.
📚Soal di atas kami ajukan pada ulama Yaman .
[2/12 11:41 PM] ابو حنان السندكاني: السلام عليكم ورحمه الله وبركاته
احسن الله اليك يا شيخنا
كان عمل صديقي كاتبا فى تدقيق المحاسب للمؤسسة ، مع علمه من خلال شغله تبين له كثرة تسجيلات المالية غير واضحة فى إيراد أو دخل المالية أو فى مصروفها، بل هو تابع مع الأعضاء الآخرين متعاونين فى تصرفات المال الذي غير الواضح من حيث الدخل ووالمصروف في شراء الطعام أو فى اي المنفعة لأنفسهم.، والحمد لله بعد أن يعرف دعوة السلفية فخرج من تلك المؤسسة ، فهذا صديقي إذا تذكر ماذا قد حصل قبل ذلك فيكون متحيرا ، ولا يدري ماذا ينبغي أن يفعل ،هل له أن يرد ذاك المال الذي استخدمه إلى المؤسسة ??
[3/12 10:21 AM]
🖊إجابة الشيــخ فتح القدسي حفظه الله: إن استطاع إرجاعه للمؤسسة وقد أمن أن يسرقه الموظفون في المؤسسة
فيرجعه للمؤسسة
وإن خاف أن يسرقه الموظفون ولا يوصلونه للمؤسسة فعليه أن يتصدق به على المساكين
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ahsanalloohu ilaika ya syaihkana
Dulu pekerjaan teman saya sebagai akuntan di sebuah perusahaan, bersamaan dengan itu ia mengetahui dari sela sela kerjanya banyak catatan keuangan yang tidak jelas dalam pemasukan keuangan atau pengeluaran , bahkan dia ikut andil dalam penggunaan uang tidak jelas dalam membeli makanan atau kepentingan untuk mereka. alhamdulillah setelah kenal dakwah salaf dia kluar dari perusahaan tersebut dan jika ia ingat ketika masih jadi akuntan dia bingung dan tak apa yg hrs dia lakukan apa dia hrs mengembalikan uang yang telah digunakan keperusahan tersebut ??
🖊 Jawaban dari Syaikh kami Fathul Qadasi hafidzahullooh
1⃣ Jika ia mampu untuk mengembalikan uang tersebut kepada perusahaan, dan ia merasa aman tidak akan di curi dari para pegawai di perusahaan tersebut, maka ia kembalikan keperusahan tersebut.
2⃣Dan jika ia khawatir para pegawai akan mencurinya dan tidak menyampaikan kepada perusahaan , maka atas dirinya untuk bersedekah dengan uang kepada orang miskin.
➖➖➖➖➖➖➖➖
Adapun jika ia tidak tahu berapa jumlah dari harta orang yang diambilnya, dan ia ingin mengembalikannya maka ia memperkirakan sesuai dengan persangkaan besarnya berapa yang ia telah ambil.
🖊 Berkata Imam Ahmad Rohimahullooh :
فإن لم يعلم كم الحلال والحرام يتصدق بقدر ما يرى أن فيه من الحرام ويأكل الباقي
Maka jika ia tidak mengetahui berapa jumlah dari yang halal dan haram , maka ia bersedekah sesuai dengan ukuran jumlah yang ia melihatnya bahwa dalam jumlah itu adalah haram dan ia makan dari sisanya.
📚 Thobaqat Al Hanabilah 1/196..
Selain dari apa yang disebutkan diatas juga, dalam bertaubatnya ia kepada Allooh, adalah harus ia menyesali serta bertekad dengan kuat untuk tidak mengulanginya lagi.
نسأل الله الكريم كما وفقك للتوبة ، أن يقبلها منك ، إنه جواد كريم .
Kita memohon kepada Allooh yang Maha Mulia , sebagaimana Dia telah memberikan Taufik padamu untuk bertaubat, maka mudah mudahan Allooh menerima taubat darimu, sungguh Allooh Maha baik, lagi Maha Mulia
ختاما أعتذر عن قصوري في فهم المسائل
أسأل الله التوفيق والسداد
✍ Di susun oleh:
Abu Hanan As-Suhaily Utsman As Sandakany
26 Robi'ul awal 1440- 4 Desember 2018.
🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾
Sumber :
https://t.me/Nashihatulinnisa
Komentar
Posting Komentar