Apakah Dakwah para Shohabat sampai ke Indonesia?
BENARKAH PARA SHAHABAT PERNAH BERDAKWAH KE INDONESIA?
Tanya:
Apa dibenarkan kisah shahabat Nabi, ada dari mereka yang dakwah di Indonesia menurut versi DR. Haikal Hassan?
Jawab:
Kalau seandainya benar ada dari para sahabat yang sempat datang ke Indonesia untuk berdakwah maka pasti akan ada riwayat dari mereka, mereka akan kisahkan atau akan disebutkan pula oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Jangankan masalah keluar dakwah atau mengutus shahabat untuk berdakwah, pada masalah shahabat yang terdampar di suatu pulau saja terdapat riwayatnya.
Al-Imam Muslim di dalam "Shahih"nya meriwayatkan dari Fathimah bintu Qais Radhiyallahu 'Anha tentang kisah Tamim Ad-Dariy bersama tiga puluh orang yang naik kapal laut lalu mereka kehilangan jejak selama sebulan di laut kemudian mereka terdampar di suatu pulau.
Kalau pulau yang mereka terdampar padanya ini dikatakan di kepulauan dekat dengan Indonesia mungkin masih bisa saja dibenarkan, karena letak pulau tersebut di bagian timur Jazirah Arab dan juga perjalanan kapal laut dari Jazirah Arab ke Indonesia pada zaman dahulu itu memerlukan waktu sekitar sebulan.
Pada kisah ini saja disebutkan di dalam hadits dan dikisahkan pula oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagaimana yang beliau katakan:
فَإِنَّهُ أَعْجَبَنِي حَدِيثُ تَمِيمٍ أَنَّهُ وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْهُ.
"Sesungguhnya telah menakjubkanku tentang kisah Tamim, sesungguhnya kisahnya sesuai dengan apa yang aku kisahkan kepada kalian."
Ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengutus 'Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu untuk berdakwah ke Yaman itu disebutkan di dalam banyak riwayat, ketika Ja'far bin Abi Thalib dan para shahabat hijrah ke Habasyah itu juga terdapat banyak riwayat, demikian pula pada kisah Salman Al-Farisiy Radhiyallahu 'Anhu ketika sampai di Baitul Maqdis di Palestina terdapat pula riwayatnya.
Ikhwaniy Fiddin Rahimakumullah.
Adapun kalau hanya mengira-ngira dan mengarang-ngarang cerita dan berita seperti yang disebutkan oleh para penulis dan para peneliti dengan tanpa ada riwayat atau rujukan yang shahih maka semua orang bisa melalukannya, orang bisa saja membuat bukti-bukti buatan, membuat surat menyurat lalu dinamai dengan surat shahabat kepada raja di Indonesia atau membuat ukiran tulisan di kuburan dengan lafazh kalimat Tauhid sebagai bukti keislaman di Indonesia pada zaman para shahabat maka itu bisa saja dibuat-buat oleh orang-orang belakangan. Oleh karena itu Allah Tabaraka wa Ta'ala memerintahkan kita untuk benar-benar meneliti setiap cerita dan berita yang datang kepada kita:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ ۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ.
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepada kalian membawa suatu berita maka telitilah oleh kalian kebenarannya supaya kalian tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan, yang akhirnya kalian menyesali perbuatan kalian." (Surat Al-Hujurat: 6).
(Muhammad Al-Khidhir di Kemang Pratama 3 Bekasi pada Jum'at 22 Rabi'ul Awwal 1440 / 30 November 2018).
Sumber :
⛵️ http://t.me/majaalisalkhidhir
Komentar
Posting Komentar