MUTIARA ULAMA SALAF

PERSENGKETAAN

Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Maka apabila terjadi persengketaan dan perselisihan antar pengajar, atau antar murid, atau antara pengajar dan murid, tidak boleh bagi seorangpun untuk menolong satu pihak sampai dia tahu yang benar. Maka tak boleh baginya untuk saling menolong dengan kebodohan dan hawa nafsu. Akan tetapi dia harus memperhatikan perkara tersebut. Apabila jelas baginya kebenaran, dia harus menolong pihak yang benar untuk menghadapi pihak yang berbuat batil, sama saja apakah pihak yang benar itu dari temannya ataukah bukan. Dan sama saja apakah pihak yang batil itu dari temannya ataukah bukan. Maka jadilah tujuannya itu ibadah kepada Alloh semata dan ketaatan kepada Rosul-Nya, dan mengikuti kebenaran dan menegakkan keadilan.” (“Majmu’ul Fatawa”/28 /hal. 16).

JIKA SALAH SATU PIHAK PUNYA HUJJAH

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rohimahullohu-:

لكن ان كان مع احدهما حجة شرعية وجب الانقياد للحجج الشرعية اذا ظهرت ولا يجوز لأحد ان يرجح قولا على قول بغير دليل ولا يتعصب لقول على قول ولا لقائل على قائل بغير حجة

“Akan tetapi jika salah satu pihak punya hujjah syar’iyyah maka wajib untuk tunduk kepada hujjah-hujjah syar’iyyah jika telah muncul. Dan tidak boleh bagi seorangpun untuk merojihkan suatu perkataan terhadap perkataan yang lain tanpa dalil. Dan tidak boleh bersikap fanatik terhadap suatu ucapan dan memusuhi ucapan yang lain, juga  tidak boleh bersikap fanatik terhadap si pengucap dan memusuhi si pengucap yang lain tanpa hujjah.” (“Majmu’ul Fatawa”/35/hal. 233)

MENCELA DISERTAI BUKTI

AL Hafidh Ibnul Qoyyim-rahimahulloh- berkata:

من سبَ بالبُرهان ليس بظالمٍ والظلمُ سبُ العبدِ بالبهتان

“Barangsiapa mencela dengan disertai bukti maka dia itu bukanlahtermasuk orang yang dzolim. Dan kedzoliman itu adalah celaan seseorang dengan kedustaan.” (“An Nuniyyah”)

Syaikh Al Harrosh -rahimahulloh- berkata:

“Sesungguhnya barangsiapa yang mencela lawan bicaranya dengan dalil maka dia itu bukanlah termasuk orang yang zholim. Dan bukan termasuk orang yang meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Akan tetapi kezholiman itu adalah celaan seseorang dengan kepalsuan dan kebohongan.” (“Syarh Nuuniyyah Ibnul Qoyyim” 2/ hal. 340)

MENYELESAIKAN PERSELISIHAN

Alloh سبحانه وتعالى berfirman:

﴿فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى الله وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا﴾

“Maka jika kalian berselisih pendapat terhadap suatu perkara maka kembalikanlah hal itu kepada Alloh dan Rosul-Nya, jika memang kalian itu beriman kepada Alloh dan hari akhir. Yang demikian itu lebih baik, dan akan lebih baik lagi kesudahannya” (QS. An Nisa: 59)

Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata tentang masalah perselisihan: “Dan ketika itu maka jadilah masalah tersebut adalah perselisihan yang wajib untuk dikembalikan kepada Alloh ta’ala dan Rosul-Nya. Barangsiapa enggan untuk yang demikian itu maka dia itu bisa jadi adalah orang yang bodoh dan taqlid, atau bisa jadi adalah muta’ashshib pengekor hawa nafsu yang durhaka pada Alloh ta’ala dan Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم, dia menyodorkan dirinya untuk bergabung dengan ancaman Alloh untuk orang macam ini, karena Alloh ta’ala berfirman –lalu menyebutkan ayat tadi- maka apabila telah tetap bahwasanya masalah ini adalah masalah yang diperselisihkan, maka wajib secara pasti untuk dikembalikan kepada Kitabulloh ta’ala dan Sunnah Rosul-Nya.” (“Ighotsatul Lahfan”/1/hal. 323).

Faedah yang di kumpul kan dari Semua Risalah Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Aljawiy حَفِظَهُ اللّٰه

Sumber :
https://ashhabulhadits.wordpress.com/mutiara-ulama-salaf/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Belajar Di Jami'ah Islamiyyah Madinah

Menanggapi akan makruh nya istri memakai celana dalam

Berqurban Sesuai Dengan Sunnah Rosulullooh ﷺ