Hukum Sholat Di antara Tiang

🔵 *PENJELASAN PARA ‘ULAMA TENTANG HUKUM SHOLAT DIANTARA TIANG*

📜 Imam Mâlik rohimahullôh mengatakan:
*لاَ بَأْسَ بِالصَّلاَةِ بَيْنَ الأَسَاطِيْنِ لِضِيْقِ المَسْجِدِ.*
*“Tidak mengapa untuk sholat diantara dua tiang disebabkan sempitnya masjid.”* [Dinukil dari Syarh Shohih Al-Bukhôri” oleh Ibnu Bathôl (hadits no.121)]

📜 Ibnu Hibbân mengatakan:
*هَذَا الْفِعْلُ يُنْهَى عَنْهُ بَيْنَ السَّوَارِي جَمَاعَةً،* وَأَمَّا اسْتِعْمَالُ الْمَرْءِ مثله منفردا، فجائز.
*“Perbuatan ini dilarang sholat diantara tiang-tiang dalam keadaan berjama’ah*, adapun seseorang yang mengerjakannya yang semisal dengan hal itu dalam keadaan munfarid, maka boleh.” [Lihat “Shohih Ibnu Hibbân” (no.2220)]

📜 Ibnu Qudâmah rohimahullôh mengatakan:
وَلَا يُكْرَهُ لِلْإِمَامِ أَنْ يَقِفَ بَيْنَ السَّوَارِي، وَيُكْرَهُ لِلْمَأْمُومِينَ لِأَنَّهَا تَقْطَعُ صُفُوفَهُمْ.
*“Tidaklah makruh bagi Imam untuk berdiri diantara tiang, dan dimakruhkan untuk para ma’mum karena hal tersebut memutus shoff mereka.”* [Lihat “Al-Mughni” (2/161)]

📜 Ibnu Bathôl rohimahullôh mengatakan:
الصَّلاَةُ بَيْنَ السَّوَارِى جَائِزَةٌ، وَإِنَّمَا يُكْرَهُ أَنْ يَكُونَ الصَّفُّ يَقطْعَهُ أُسْطُوَانَةٌ إِذَا صَلُّوا جَمَاعَةً.
“Sholat diantara tiang-tiang adalah boleh, hanyalah dimakruhkan ketika shof tersebut terpotong dengan tiang dalam keadaan mereka sholat secara berjama’ah.” [Lihat “Syarh Shohih Al-Bukhôri” oleh Ibnu Bathôl (hadits no.121)]

📜 Al-Baihaqi rohimahullôh mengatakan:
وَهَذَا وَاللهُ أَعْلَمُ، لِأَنَّ الْأُسْطُوَانَةَ تَحُولُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ وَصْلِ الصَّفِّ، *فَإِنْ كَانَ مُنْفَرِدًا أَوْ لَمْ يُجَاوِزُوا مَا بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ لَمْ يُكْرَهْ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى*.
“Ini waAllôhu a’lam, karena tiang itu menghalangi antara mereka untuk menyambung shof, maka kalau ia munfarid atau jumlah shofnya tidak melebihi diantara dua tiang, maka tidaklah makruh hal tersebut in sya Allôh.” [Lihat “Sunan Al-Kubrô” (no.5206) oleh Al-Baihaqî]

📜 Al-Qurthubi rohimahullôh mengatakan:
رُوِيَ أَنَّ سَبَب كَرَاهَة ذَلِكَ أَنَّهُ مُصَلَّى الْجِنّ الْمُؤْمِنِينَ.
“Diriwayatkan bahwa sebab makruhnya hal tersebut adalah tempat itu adalah tempat sholatnya Jin yang mu’min.” [Dinukil dari Fathul Bâri” (no.502) “Nailul Authôr” (no.1140)]

📜 Ibnu Hajar rohimahullôh mengatakan:
قَالَ الْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ كَرِهَ قَوْمٌ الصَّفَّ بَيْنَ السَّوَارِي لِلنَّهْيِ الْوَارِدِ عَنْ ذَلِكَ وَمحل الْكَرَاهَة عِنْد عدم الضّيق وَالْحكمَة فِيهِ إِمَّا لِانْقِطَاعِ الصَّفِّ أَوْ لِأَنَّهُ مَوْضِعُ النِّعَالِ انْتَهَى
"Al-Muhibb Ath-Thobari mengatakan: sebagian kaum telah memandang makruh untuk membuat shof diantara tiang karena adanya larangan dari hal tersebut; dan sisi makruhnya adalah ketika tidak adanya kesempitan tempat. Dan hikmah dari hal tersebut adalah hal tersebut (membuat shof diantara tiang) menyebabkan terputusnya shof atau hal itu adalah tempat menaruh sandal. (selesai).” [Lihat Fathul Bâri” (no.502)]

📜 Ibnu Rojab rohimahullôh mengatakan:
*مَنْ صَلَّى بَينَ سَارِيَتَيْنِ مُنْفَرِدًا، كَمَنْ يُصَلِّي تَطَوُّعًا؛ فَإِنَّهُ لاَ يُكْرَهُ لَهُ ذَلِكَ* كَمَا فَعَلَهُ النَّبِّيُّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي الكَعْبَةِ، وَكَان ابْنُ عُمَرَ يَفْعَلُهُ.
*“Barang siapa yang sholat diantara dua tiang secara munfarid, seperti orang yang sholat tathowwu’, maka yang seperti itu tidaklah dimakruhkan untuk hal tersebut*, sebagaimana apa yang dikerjakan oleh Nabi shollallôhu ‘alaihi wa sallam di dalam Ka’bah, dan Ibnu ‘Umar juga melakukannya.” [Lihat “Fathul Bâri” oleh Ibnu Rojab (4/58)]

📜 Abuth Thoyyib Muhammad Syamsul Haq rohimahullôh mengatakan:
وَأَمَّا حَدِيثُ الْبَابِ فَفِيهِ النَّهْيُ عَنْ مُطْلَقِ الصَّلَاةِ بَيْنَ السَّوَارِي فَيُحْمَلُ الْمُطْلَقُ عَلَى الْمُقَيَّدِ وَيَدُلُّ عَلَى ذَلِكَ صَلَاتُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ *فَيَكُونُ النَّهْيُ عَلَى هَذَا مُخْتَصًّا بِصَلَاةِ الْمُؤْتَمِّينَ بَيْنَ السَّوَارِي دُونَ صَلَاةِ الْإِمَامِ وَالْمُنْفَرِدِ وَهَذَا أَحْسَنُ مَا يُقَالُ*
“Adapun hadits bab; terdapat padanya larangan untuk larangan sholat diantara tiang secara mutlak . maka oleh karena itu diarahkan yang mutlak ke muqoyyad. Dan yang menunjukkan hal itu adalah sholatnya sholallôhu ‘alaihi wa sallam diantara dua tiang, *maka oleh karena itu larangan ini khusus untuk sholatnya para ma’mum diantara tiang-tiang dan tidak berlaku pada sholatnya Imam maupun munfarid; ini adalah perincian yang paling bagus.”* [Lihat “Aunul Ma’bûd” (hadits no.669)]

📜 Ibnu Muflih rohimahullôh mengatakan:
وَيُكْرَهُ لِلْمَأْمُومِ الْوُقُوفُ بَيْنَ السَّوَارِي
*“Dimakruhkan bagi seorang ma’mum untuk berdiri diantara tiang.”* [Lihat “Al-Furû’” (3/59)]

📜 Asy-Syaikh Ibnu Utsaimîn rohimahullôh mengatakan:
"الصَّفُّ بَيْن السَّوَارِي جَائِزٌ إِذَا ضَاقَ المَسْجِدُ ، حَكَاهُ بَعْضُ العُلَمَاءِ إِجْمَاعًا ، وَأَمَّا عِنْدَ السَّعَةِ فَفِيْهِ خِلَافٌ ، وَالصَّحِيْحُ : أَنَّهُ مَنِهِيٌّ عَنْهُ؛ لِأَنَّهُ يُؤَدِّي إِلَى انْقِطَاعِ الصَّفِّ ، لاَ سِيَّمَا مَعَ عَرَضِ السَّارِيَةِ.
“Shoff diantara tiang adalah boleh ketika dalam keadaan sempitnya masjid, dihikayatkan sebagai Ijma’ oleh sebagian ‘Ulama. Adapun ketika dalam keadaan leluasa, maka terdapat pada silang pendapat. Yang benar adalah hal tersebut terlarang, karena menyebabkan terputusnya shoff, terlebih kalau tiangnya besar.” [Lihat “Majmû Fatawa Ibnu Utsaimîn” (13/34)]

📜 Beliau juga mengatakan:
*إِذَا كَانَ لِحَاجَةٍ فَلَا بَأْسَ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَحَاجَةٍ فَإِنَّهُ مَكْرُوه*ٌ؛ لِأَنَّ الصَّحَابَةَ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ - كَانُوا يَتَّقُونَ ذَلِكَ.
*“Apabila ada hajat maka tidaklah mengapa, dan apabila tidak hajat maka hal tersebut makruh*, karena para shohabat rodhiyaAllôhu ‘anhum menghindari hal tersebut.” [Lihat “Majmû Fatawa Ibnu Utsaimîn” (13/33)] 

📜 Asy-Syaikh Muqbil ketika ditanya tentang hukum sholat diantara tiang, beliau menjawab:
*هِيَ مَكْروهَةٌ في صَلاَةِ الجَمَاعَةِ، يَقُولُ أَنسٌ : «إِنَّهُمْ كَانُوا يَكْرَهُونَ ذَلِكَ ، لَكِنْ إِذَا ازْدَحَمَ المَسْجِدُ فَلَا بَأْسَ إِنْ شَاءَ الله *.
وَأَمَّا الرَّجُلُ يُصَلِّي مُنْفَرِدًا فَلاَ بَأْسَ أنْ يُصَلِّيَ بَيْنَ السَّوَارِي ، وَقَدْ كَانَ الصَّحَابَةُ يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ لِيُصَلُّوا إِلَيْهَا سَوَاءً أُصَلّى إِلَيْهَا أَو بَيْنَ السَّوَارِي لِلمُنْفَرِدِ وَلاَ مَانِعَ مِنْ هَذَا .
*“Hal tersebut makruh ketika sholat jama’ah, Anas mengatakan: “Sesungguhnya mereka (para shohabat) memakruhkan hal tersebut.” Akan tetapi apabila masjidnya penuh, maka tidaklah mengapa in sya Allôh.*
Adapun seseorang yang ia sholat munfarid, maka tidaklah mengapa untuk sholat diantara tiang, dan sungguh para shohabat mereka mencari tiang untuk sholat ke arahnya; sama saja untuk dibuat sholat kesitu atau diantara tiang untuk seorang munfarid tidalah mengapa.” [Lihat “Qom’ul Mu’ânid” (2/576-577)]

📜 Syaikhuna Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûri hafidzohullôh mengatakan:
*لاَ بَأْسَ لِلإِمَامِ وَالمُنْفَرِدِ أَنْ يُصَلِّيَ بَينَ السَّوَارِي، وَأَنَّ الصُّفُوفَ بينَ السَّوَارِي مَكرُوهَةٌ*، أَتَى بَعضُ أَهْلِ العِلْمِ بِتَعْلِيْلَات لِهَذَا النَّهْيِ، فَقَالَ: إِنَّ النَّهْيَ مِنْ أَجْلِ تَقْطِيعِ الصُّفُوفِ، وَهَذَا أَقْرَبُ، وَمِنْهُمْ مَنْ قَاَل: إِنَّ النَّهْيَ لِأَنَّ النِّعَالَ كَانَتْ تُوضَعُ بَينَ السَّوَارِي، وَهَذَا مُنْتَقَدٌ، إِذْ أَنَّ وَضْعَ النِّعَالِ بَينَ السَّوَارِي فِعْلٌ مُحْدَثٌ.
*“Tidaklah mengapa bagi Imam dan munfarid untuk sholat diantara tiang-tiang, dan membuat shoff diantara tiang-tiang adalah makruh.* Sebagian Ahlul ‘Ilmi mendatangkan sebagian alasan untuk sebab larangan ini, ada yang mengatakan: sesungguhnya larangan ini disebabkan karena memutus shoff, ini lebih dekat. Sebagian ada yang mengatakan: sesungguhnya larangan tadi disebabkan karena sandal itu

di letakkan diantara tiang-tiang, dan ini muntaqod (terkritik), dikarenakan meletakkan sandal diantara tiang adalah perbuatan muhdats.” [As’ilah dari Jablah, Ibb tanggal 3 Dzulhijjah 1422 H]

🔵 *RINGKASAN PENDAPAT YANG ROJIH DALAM MASALAH INI*

1⃣ Sholat diantara tiang-tiang dibolehkan bagi Imam dan Munfarid.

2⃣ Sholat diantara tiang-tiang dibolehkan bagi Ma’mum ketika dalam keadaan masjidnya penuh sesak dengan orang-orang yang sholat.

3⃣ Sholat diantara tiang-tiang dimakruhkan bagi Ma’mum ketika dalam keadaan leluasa atau tidak ada hajat kebutuhan.

📝 Fuâd Hasan bin Mukiyi.

🗓 18 Jumadal Ula 1438 Hijriyyah.

Sumber :
http://t.me/MasjidImamAlWadii

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Belajar Di Jami'ah Islamiyyah Madinah

Menanggapi akan makruh nya istri memakai celana dalam

Berqurban Sesuai Dengan Sunnah Rosulullooh ﷺ