Berqurban Sesuai Dengan Sunnah Rosulullooh ﷺ
BERQURBAN SESUAI DENGAN SUNNAH ROSŪLULLŌH ﷺ
Ditulis oleh :
Abu Turob Al-Jaawiy
Muqoddimah
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، وسيئات أعمالنا من يهده الله، فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده روسوله.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تقَاتِهِ وَلا تمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾[آل عمران:102]
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً﴾[النساء:1] .
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً﴾[الأحزاب: 70-71].
أما بعد: فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد -صلى الله عليه وعلى آله وسلم- وشر الأمور محدثاتُها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Alhamdulillaah Allooh ta’aala telah memudahkan untuk kami mengumpulkan dibeberapa carik kertas ini, hukum-hukum berqurban dan apa yag berkaitan dengannya, dengan harapan kepada Allooh ‘azza wajalla agar menjadikan amal ini , khusus mengharap wajahNya yang Mulia, dan menerimanya dengan penerimaan yang baik, wabillaahi taufiq.
* Argamulya - Bengkulu Utara, 5 Romadhōn 1438 H
ASAL DISYARIATKAN QURBAN
Asal disyariatkannya udhiyyah (berqurban) adalah bersumber dari Kitab, Sunnah dan Ijma.
Adapun dari kitabullooh adalah firman Allooh taaala :
﴿ فصل لربك وانحر ﴾
"Maka tegakkanlah Sholat dan sembelihlah binatang".
Berkata sebagian ahli tafsir: yang dimaksud dengan berqurban dalam ayat ini adalah berqurban setelah sholat iedul Adlha.
Adapun dari Sunnah , sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik rodlhiallooh ‘anhu berkata :
ضَحَّى النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ، ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ ، وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا
Rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor kambing kibas belang-belang dan bertanduk, beliau menyembelih keduanya dengan tangannya, membaca bismillaah, bertakbir dan meletakkan kakinya diatas punggung keduanya. [Muttafaq Alaih , Bukhori (5558) dan Muslim (1966).]
Adapun Ijma maka telah sepakat para ulama kaum muslimin akan disyariatkannya berqurban, telah menukil ijma tidak cuma satu dari para ulama.[ Lihat Al-Mughniy (3/)]
HUKUM BERQURBAN.
Berqurban hukumnya sunnah, tidak baik untuk ditinggalkannya bagi yang mampu, dan mayoritas ulama berpendapat bahwa berqurban adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan) bukan wajib.
Pendapat ini diriwayatkan dari: Abi Bakar, Umar , Bilal, Abi Masud rodlialloohu anhum, dan dengan pendapat ini pula berkata Suweid bin Ghofalah, Said bin Musayyab, Al-Qomah, Al- Aswad, Atho , Syaafiy, Ahmad, Ishaq , Abu Tsaur dan Ibnu Mundzir.
Adapun Robiah , Malik, Atsauri, Al-Auzai , Laits dan Abu Hanifah maka mereka berpendapat wajib, dengan alasan, apa yang diriwayatkan oleh Abu Huroroh rodlialloohu anhu bahwa rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berkata:
“من كان له سعة ، ولم يضح ، فلا يقربن مصلانا"
”Barang siapa memiliki keluasan sementara dia tidak berqurban maka jangan mendekati musholla kita.”
[HSR Bukhori ]
Dan dari Makhnaf bin Sulaim bahwa rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam bersabda:
" : يا أيها الناس ، إن على كل أهل بيت ، في كل عام ، أضحاة وعتيرة "
“ Wahai manusia sesungguhnya wajib atas setiap satu keluarga, pada setiap tahunnya qurban dan sesembelihan”[ HR Ahmad dan Imam Empat dengan sanad dho’if karena dalam sanadnya ana seorang perowi bernama Abu Romlah ‘Amir tidak diketahui (majhul ‘ain)]
Yang rojih adalah pendapat pertama , karena rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam bersabda :
:" من أراد أن يضحي ، فدخل العشر ، فلا يأخذ من شعره ولا بشرته شيئا " . رواه مسلم .
“ Barang siapa yang ingin berqurban dan masuk pada tanggal sepuluh – dari tanggal satu sampai sepuluh – Dzul Hijjah – maka jangan mengambil sesuatupun dari rambut dan dan bulu kulitnya” [HSR Muslim]
Maka rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menyandarkan perkara dengan keinginan (kehendak), karena perkara yang wajib tidak disandarkan dengan kemauan, dan juga dikarenakan qurban itu adalah sesembelihan yang tidak wajib untuk dipisah-pisah dagingnya, maka tidak menjadi wajib seperti Aqiqoh.
Adapun hadits mereka yang mewajibkan maka para pakar hadits telah mendoifkannya, kalau toh shohih diarahkan kepada penekanan kesunnahannya.[ lihat Al Mughniy 21/550]
Berkata Al-Haafizdh rohimahullooh di Fathul Baariy (3/16):
أَخْرَجَهُ اِبْن مَاجَهْ وَأَحْمَد وَرِجَاله ثِقَات ، لَكِنْ اُخْتُلِفَ فِي رَفْعه وَوَقْفه ، وَالْمَوْقُوف أَشْبَه بِالصَّوَابِ قَالَهُ الطَّحَاوِيُّ وَغَيْره ، وَمَعَ ذَلِكَ فَلَيْسَ صَرِيحًا فِي الْإِيجَاب
Hadits itu di riwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad dengan rijaal tsiqoot, akan tetapi diperselisihkan pada marfu dan mauqufnya, dan yang mauquf lebih dekat dengan kebenaran (dari pada yang marfu), demikian kata At-Thohawiy dan selainnya, dan bersamaan dengan itu tidaklah begitu jelas dalam penentuan hukum wajibannya.
Dan Imam Al-Bukhori telah meletakkan sebuah bab dalam Shohihnya Bab Sunnahnya Udlhiyyah.
Berkata Ibnu Hajar ketika menerangkan kalimat diatas: seakan-akan beliau meletakkan judul sunnah diatas , sebagai isyarat untuk menyelisihi orang yang berpendapat akan wajibnya udlhiyyah, berkata Ibnu Hazm : tidak ada riwayat yang shohih dari seorangpun dari kalangan shohabat akan kewajibannya, dan shohih bahwa itu tidak wajib dari Jumhur, dan tidak ada khilaf bahwa udlhiyyah merupakan salah satu syiar agama ini . selesai. [lihat Fathul Baari (3/10)]
KEUTAMAAN BERQURBAN
Cukup sebagai keutamaan dalam berqurban bahwasannya qurban adalah sunnah yang dilakukan oleh dua nabi kita, Ibrohim shoollalloohu'alaihi wasallam dan Muhammad shollallohu'alaihiwasallam, dimana Allooh ta’aalaa berfirman pada hak nabi Ibrohim shollallohu'alaihiwasallam :
﴿ فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ * فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ * فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ * وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ * قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ*إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ * وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ﴾[الصافات/101-107]
“ Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur belia dan bisa) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allooh kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu . Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [QS As-Shooffaat 101-107]
Dan telah datang beberapa hadits akan keutamaannya, akan tetapi semuanya (Dhoif) lemah.
Diantaranya:
عن عائشة أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال « ما عمل آدمى من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم إنها لتأتى يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها وإن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع من الأرض فطيبوا بها نفسا ». ما رواه الترمذى (ج 6 / ص 112رقم:1572):
Dari Aisyah rodlialloohuanha bahwa rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam bersabda: Tidaklah seorang anak Adam berbuat suatu perbuatan di hari Nahr (iedul Adlha) yang lebih Allooh cintai dari pada darah yang di tumpahkan (darah qurban), sesungguhnya qurban tersebut akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya dan bulu-bulunya, dan kaki-kakinya, dan sungguh darah itu ditempatkan oleh Allooh disuatu tempat sebelum darah itu menimpa tanah, maka perbaikilah dengan qurban tersebut jiwa kalian (ikhlashkanlah)”. [ HDR At-Thirmidzi : (1572 ) dengan sanad yang dho’if, karena didalamnya ada perowi bernama : Sulaiman bin Yazid : lemah sekali. Lihat Ad-Dlo’ifah ( 2 / 14 ) ]
قال أبو عيسى ويروى عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أنه قال « فى الأضحية لصاحبها بكل شعرة حسنة ». ويروى « بقرونها ».
Berkata Abu ‘Isa : diriwayatkan dari rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam bahwasanya beliau mengatakan: “ Dalam qurban, untuk pelakunya pada setiap helai rambutnya mendapat satu kebaikan” dan dalam sebuah riwayat “ Pada setiap tanduknya” [ Hadits Ini Maudhu’ (palsu) karena didalam sanadnya ada perowi bernama ‘Aidzullooh bin Abdillaah Al-Mujasyi’i: matruk] .
* عن أبي سعيد رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "يا فاطمة قومي إلى أضحيتك فاشهديها، فإن لك بكل قطرة تقطر من دمها أن يغفر لك ما سلف من ذنوبك". قالت: يا رسول الله ألنا خاصة أهل البيت أو قال: لنا وللمسلمين؟ "بل لنا وللمسلمين". [ قال الهيثمي رحمه الله في المجمع (ج 4 / ص 23) رواه البزار وفيه عطية بن قيس وفيه كلام كثير وقد وثق.]
Dari Abi Saiid Al Khudriy rodlialloohuanhu bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam Wahai Fathimah, tegaklah ke hewan qurbanmu, maka saksikanlah, sesungguhnya bagimu pada setiap tetes darah darinya ampunan atas apa yang telah lewat dari dosa-dosamu, maka dia berkata : Wahai rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam, apakah ini hanya untuk kita khusus ahlul bait ataukah untuk kita dan seluruh kaum muslimin?? Beliau menjawab: Bahkan untuk kita dan seluruh kaum muslimin. [ HDR Al-Bazzar, berkata Al-Haitsami di Majma (4/23) didalamnya ada Athiah AlAufiy padanya banyak komentar dan telah ditsiqohkan oleh sebagian. Hadits semakna datang juga dari Imron bin Hushoin rodlialloohuanhu diriwayatkan oleh At-Thobrooniy dalam sanadnya ada perowi bernama : Abu Hamzah Ats Tsamali doif, demikian kata Al Haitsamiy di Majma (4/23)]
* وعن علي رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "أيها الناس ضحوا واحتسبوا بدمائها فإن الدم وإن وقع في الأرض فإنه يقع في حرز الله عز وجل".[قال الهيثمي رحمه الله في المجمع (ج 4 / ص 23) رواه الطبراني في الأوسط وفيه عمرو بن الحصين العقيلي وهو متروك الحديث.]
Dari ‘Ali bin Abi Tholib rodlialloohu’anhu, dari rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berkata: “Wahai sekalian manusia, berqurbanlah kalian, dan berharap pahalalah pada darah-darahnya, karena darah qurban jika sampai jatuh ketanah, maka dia itu jatuh pada penjagaan Allooh ‘Azza wajalla.” [Berkata Al- Haitsamiy di Majma’ (4/23): Diriwayatkan oleh AT-Thobrooniy di “Ausath” padanya perowi bernama ‘Amr bin Al-Hushoin Al-‘Uqoiliy dia itu matrukul hadits]
* وعن حسن بن علي رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من ضحى طيبة نفسه محتسبا لأضحيته كانت له حجابا من النار".[ قال الهيثمي رحمه الله في المجمع (ج 4 / ص 23) رواه الطبراني في الكبير وفيه سليمان بن عمرو النخعي وهو كذاب.]
Dari Hasan bin Ali rodlialloohu’anhuma berkata bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam ; Barang siapa yang berqurban dengan kerelaan jiwanya, dengan mengharap pahala Allooh pada qurbannya, jadilah hewan tersebut sebagai penghalang baginya dari neraka. [Berkata Al- Haitsamiy di Majma (4/23): Diriwayatkan oleh AT-Thobrooniy di Al-Kabiir didalamnya ada Sulaiman bin Amr An-Nakhoi : Kadzaab: pendusta]
* وعن ابن عباس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ما أنفقت الورق في شيء أحب إلى الله من نحير ينحر في يوم عيد".[ قال الهيثمي في المجمع (ج 4 / ص 23) رواه الطبراني في الكبير وفيه إبراهيم بن يزيد الخوزي وهو ضعيف. ]
Dari Ibnu ‘Abbas rodlialloohuanhuma bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam : Tidaklah di infaqkan sebuah perak (uang) pada sesuatu yang lebih dicintai Allooh dari pada seekor binatang qurban yang diqurbankan pada hari Ied. [Berkata Al- Haitsamiy di Majma (4/23): Diriwayatkan oleh AT-Thobrooniy di Al-Kabiir padanya Ibrohim bin Yaziid Al-Khouziy , dhoif]
* وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم في يوم أضحى: "ما عمل آدمي في هذا اليوم أفضل من دم يهراق إلا أن يكون رحما [مقطوعة] توصل".[ قال الهيثمي رحمه الله في المجمع - (ج 4 / ص 23):رواه الطبراني في الكبير وفيه يحيى بن الحسن الخشني وهو ضعيف وقد وثقه جماعة.]
Dari Ibnu ‘Abbas rodlialloohu’anhu besabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam pada hari ‘Adha : “ Tidaklah ada yang diperbuat oleh seorang anak Adam pada hari ini yang lebih utama, daripada darah qurban yang ditumpahkan, kecuali apa ada hubungan silaturrohmi yang putus lalu disambung.[ Berkata Al- Haitsamiy di Majma (4/23): Diriwayatkan oleh AT-Thobrooniy di Al Kabiir pada sanadnya : Yahya bin Hassan Al-Khusyaniy, doif, dan beberapa orang telah mentsiqohkannya]
BERQURBAN LEBIH UTAMA DARIPADA BERSHODAQOH BERBENTUK UANG ATAU LAINNYA DENGAN SEJUMLAH HARGANYA.
Dalilnya :
حديث البراء بن عازب رضي الله عنه قال خطبنا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يوم النحر بعد الصلاة فقال « من صلى صلاتنا ونسك نسكنا فقد أصاب النسك ، ومن نسك قبل الصلاة فتلك شاة لحم » . فقام أبو بردة بن نيار فقال يا رسول الله والله لقد نسكت قبل أن أخرج إلى الصلاة ، وعرفت أن اليوم يوم أكل وشرب فتعجلت وأكلت وأطعمت أهلى وجيرانى . فقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - « تلك شاة لحم » . قال فإن عندى عناق جذعة ، هى خير من شاتى لحم ، فهل تجزى عنى قال « نعم ، ولن تجزى عن أحد بعدك »[رواه البخارى :983]
Hadits Al-Baraa bin Azib rodlialloohuanhu berkata: rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berkhotbah dihadapan kami pada hari Nahr, seusai sholat Ied, maka beliau mengatakan: Barang siapa yang Sholat bersama sholat kami, dan menyembelih sesembelihan kami maka sungguh dia telah mencocoki qurban, dan barang siapa yang menyembelih sebelum sholat, maka itu cuma kambing daging.
Maka berdirilah Abu Burdah bin Niyar sembari berkata: wahai rosulullooh, demi Allooh aku telah menyembelih sebelum aku keluar sholat, dan aku tahu bahwa hari ini adalah hari makan dan minum, maka buru-buru aku sembelih, lalu aku makan dan aku shodaqohkan kepada keluarga dan tetangga-tetanggaku.
Maka rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menjawab: Itu kambing daging belaka (bukan qurban) maka diapun berkata: sungguh aku masih memiliki onta muda yang lebih baik dari dua ekor kambing daging, apakah boleh bagiku aku qurbankan sebagai gantinya?
Beliau menjawab: Iya boleh, dan tidak dibolehkan selama-lamanya untuk seorangpun setelahmu. [HSR Bukhori (983)]
Hadits ini menunjukkan, bahwa kambing yang dipotong pada selain waktu qurban, tidak bisa menduduki sembelihan qurban dalam keutamaannya sekalipun dengan tujuan qurban. Juga dikarenakan nabi shollallohu'alaihiwasallam dan para kholifah dan shohabat lebih mengutamakan qurban daripada shodaqoh, kalau seandainya mereka mengetahui bahwa shodaqoh itu lebih utama dari pada qurban, tentu mereka lebih suka shodaqoh.
Juga jika shodaqoh lebih afdhol dari berqurban, itu akan mengakibatkan meninggalkan sunnah rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam yang beliau sunnahkan.
Berkata Ibnu ‘Abdil Barr rohimahullooh :
قال أبو عمر : الضحية عندنا أفضل من الصدقة لأن الضحية سنة وكيدة كصلاة العيد ومعلوم أن صلاة العيد أفضل من سائر النوافل وكذلك صلوات السنن أفضل من التطوع كله ]التمهيد - (ج 23 / ص 192[(
Berqurban disisi kami lebih utama dari pada shodaqoh, karena berqurban sunnah yang sangat ditekankan, seperti sholat I’ed, dan sudah dimaklumi bahwa Sholat I’ed lebih afdhol dari seluruh sholat sunnah, demikian pula sholat-sholat sunnah lebih utama ketimbang perkara sunnah-sunnah lainnya.
BERAPA KALI DISYARIATKAN BERQURBAN ?
Disunnahkan bagi setiap yang mampu berqurban untuk melakukannya setiap tahun, dengan dalil:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:" من كان له سعة ولم يضح فلا يقربن مصلانا ". ( سنن ابن ماجة ) )3123(
[قال الألباني : حسن تخريج مشكلة الفقر ( 102 ) ، التعليق الرغيب ( 2 / 103 )]
Dari Abi Huroiroh rodlialloohu’anhu bahwasanya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang mendapatkan keluasan dan tidak mau berqurban, maka jangan sekali-kali mendekati Mushollaa kita. [ HHR Ibnu Majah (3123) dihasankan oleh AL-Albaany di At-Taliq Ar Raghieb(2/103)]
Hadits ini walaupun yang rojih adalah mauquf sebagaimana tarjih para Imam ahli hadits, akan tetapi memiliki hukum marfu.
Berkata Ibnul Jauziy di At-Tahqieq :
قال ابن الجوزي في التحقيق: وهذا الحديث لا يدل على الوجوب، كما في حديث: من أكل الثوم، فلا يقربن مصلانا. نصب الراية لأحاديث الهداية مع حاشيته بغية الألمعي في تخريج الزيلعي - (4 / 207)
Hadits ini tidak menunjukkan akan kewajiban berqurban, sebagaimana hadits" barang siapa makan bawang merah, maka jangan mendekat Musholla kita. Lihat Nasbur Rooyah (4/207).
Berkata Ibnu ‘Abdil Barr di “Istidzkar”: (5/230):
ضحى رسول الله صلى الله عليه و سلم طول عمره ولم يأت عنه أنه ترك الأضحى وندب إليها فلا ينبغي لمؤمن موسر تركها وبالله التوفيق.
Rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam melakukan qurban sepanjang umur beliau, dan tidaklah datang keterangan bahwa beliau meninggalkan berqurban, bahkan yang ada beliau sangat menganjurkannya, maka tidak seyogyanya bagi seorang mukmin yang berkecukupan untuk meninggalkannya. Wabillaah taufiq.
وقال مالك : على الناس كلهم أضحية المسافر والمقيم ومن تركها من غير عذر فبئسما صنع ]التمهيد - (ج 23 / ص 191)[
Berkata Imam Malik rohimahullooh, : diperintahkan bagi semua manusia untuk berqurban, baik dia musafir ataupun muqim, barang siapa yang meninggalkannya tanpa udzur, maka alangkah jeleknya apa yang dia perbuat. [lihat At-Tamhid (23/191)]
TIDAK MENGAPA SATU EKOR QURBAN DENGAN NIAT PAHALA UNTUK SATU KELUARGA, BAIK ITU SATU EKOR KAMBING ATAU SAPI ATAU ONTA.
Dalilnya adalah :
Hadits Aisyah rodlialloohuanha :
عن عائشة رضي الله عنها : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم أمر بكبش أقرن يطأ في سواد ويبرك في سواد وينظر في سواد فأتي به فقال لها :" يا عائشة هلمي المدية " ثم قال :" اشحذيها بحجر ." ففعلت، ثم أخذها وأخذ الكبش فأضجعه ثم ذبحه ثم قال:" باسم الله اللهم تقبل من محمد وآل محمد ومن أمة محمد."ثم ضحى به.[رواه مسلم ( 1967 )]
Dari ‘Aisyah rodlialloohu’anha bahwasanya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menyuruh menyiapkan kambing qurbanya yang bertanduk, yang jika berjalan diatas kaki hitam dan jika berderum (berbaring) juga diatas yang hitam dan jika melihat (disekeliling matanya) juga hitam, maka kambing itupun disiapkan, lalu rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berkata kepadanya: Wahai Aisyah!! kemari tolong ambilkan pisau lantas beliau mengatakan: Tolong diasah dahulu!! Aisyah rodlialloohuanha pun melakukan perintah tadi, lalu rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam mengambil pisau dan kambing, kemudian ditidurkan terus disembelihnya, sembari mengatakan :
باسم الله اللهم تقبل من محمد وآل محمد ومن أمة محمد
” Bismillaah , Ya Allooh terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad.” Kemudian beliaupun menyembelihnya. [HSR Muslim (1967)]
Hadits Abdillah bin Hisyam rodlialloohu’anhu.
عن عبد الله بن هشام وكان قد أدرك النبى - صلى الله عليه وسلم - وذهبت به أمه زينب ابنة حميد إلى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فقالت يا رسول الله بايعه. فقال النبى - صلى الله عليه وسلم - « هو صغير » فمسح رأسه ودعا له ، وكان يضحى بالشاة الواحدة عن جميع أهله. [رواه البخارى - (7210)]
Dari Abdillah bin Hisyam- dan dia sempat bertemu dengan rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam- , bahwa Ibunya yang bernama Zainab binti Humaid membawanya ke rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam, maka dia mengatakan : Wahai rosulullooh tolong anak ini di baiat, maka nabi shollallohu'alaihiwasallam berkata:
Dia itu masih kecil.
Lalu rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam mengusap kepalanya dan mendoakannya, dan adalah beliau shollallohu'alaihiwasallam berqurban dengan seekor kambing untuk seleruh keluarganya. [HSR Bukhori (7210)]
Hadits Abu Ayyub Al-Anshoriy rodlialloohuanhu
عن عطاء بن يسار قال سألت أبا أيوب الأنصاري كيف كانت الضحايا فيكم على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم قال كان الرجل في عهد النبي صلى الله عليه وسلم يضحي بالشاة عنه وعن أهل بيته فيأكلون ويطعمون ثم تباهى الناس فصار كما ترى . [رواه ابن ماجة - (3147) قال الألباني : صحيح ،انظر الإرواء ( 1142 )]
Dari ‘Atho’ bin Yasaar rohimahullooh berkata: aku pernah bertanya kepada Abi Ayyub Al-Anshoriy, bagaimana perihal qurban pada zaman rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam?
Beliaupun menjawab: Ada seorang di zaman rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam, yang berqurban seekor kambing untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya, mereka memakan qurban tersebut dan mengasih makan yang lainnya, lalu manusia pada saat berbangga-bangga diri sebagaimana engkau lihat.
[HSR Ibnu Majah dishohihkan oleh Al-Albaaniy di Irwa(1142))]
Hadits Jabir rodlialloohuanhuma:
عن جابر بن عبد الله: « أن النبى - عليه السلام - دعا بكبشه فذبحه، وقال: بسم الله والله أكبر، اللهم عنى وعن من لم يضح من أمتى » [رواه أحمد بن حنبل - (3 / 356) صحيح لغيره ولهذا إسناد حسن.]
Dari Jaabir rodlialloohu’anhuma : bahwasanya nabi shollallohu'alaihiwasallam menyuruh untuk mengambil kambingnya, lalu beliau menyembelihnya sembari mengatakan: Bismillaah, Allooh Akbar, Ya Allooh ini dariku dan dari siapa yang tidak berqurban dari umatku.[ HSR Ahmad dll, dengan sanad yang hasan, dan datang semakna dari hadits Abi Said Al Khudriy]
Dengan pendapat diatas sebagian shohabat dan para ulama memilihnya seperti, Abu Huroiroh, Ibnu Umar rodlialloohuanhum, Malik, As Syafiiy, Al-Laits, Al-Auzaiy Ishaq, dan Ahmad.
Dihikayatkan dari Abi Huroiroh rodlialloohuanhu bahwa beliau sedang menyembelih qurban, tiba-tiba datanglah putri beliau sembari mengatakan: juga untukku wahai Ayah?? Maka beliaupun menjawab: Iya dan untukmu juga.
Berkata An-Nawawi di “Syarah Muslim” (6/460):
واستدل بهذا من جوز تضحية الرجل عنه وعن أهل بيته ، واشتراكهم معه في الثواب ، وهو مذهبنا ومذهب الجمهور ، وكرهه الثوري وأبو حنيفة وأصحابه ، وزعم الطحاوي أن هذا الحديث منسوخ أو مخصوص ، وغلطه العلماء في ذلك ، فإن النسخ والتخصيص لا يثبتان بمجرد الدعوى .] شرح النووي على مسلم - (ج 6 / ص 460)[
Berdalil dengan hadits ini, mereka yang membolehkan seseorang berqurban dengan satu kambing untuk dia dan keluarganya, dan berserikatnya mereka dalam pahala, dan itu adalah madzhab kita dan madzhab jumhur, adapun Ats-Tsauri , Abu Hanifah dan para pembela madzhabnya membencinya dan At-Thohawi beranggapan bahwa hadits ini mansukh atau makhshus, para ulamapun menyalahkan anggapannya, karena pemanasukhan dan takhshish tidak ternilai dengan sekedar anggapan (bahkan perlu dalil dan bukti aktual).
BOLEH SEORANG BERQURBAN LEBIH DARI SATU EKOR
Dalilnya adalah :
Hadits Anas bin Malik rodlialloohu’anhu:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال : كان النبي صلى الله عليه و سلم يضحي بكبشين وأنا أضحي بكبشين [ رواه البخاري 5233 ومسلم (5199)]
Dari Anas bi Malik rodlialloohu’anhu berkata: adalah rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor kambing kibasy, dan akupun berqurban dengan dua kambing kibasy. [HSR Bukhoriy 5233 dan Muslim 5199]
قال ابن بطال (ج 11 / ص 14) : وهذه الآثار مبينة لمعنى حديث أنس، ومفسرة له واختلافها يدل على أن الأمر فى ذلك واسع، فمن أراد أن يضحى عن نفسه باثنين وثلاثة، فهو أزيد فى أجره إذا أراد بذلك وجه الله وإطعام المساكين
Berkata Ibnu Bathool di Syarah Bukhori (11/14):
Dan atsar-atsar ini adalah untuk menguatkan hadits Anas rodlialloohu'anhu, dan sebagai penafsir baginya, dan perbedaannya menunjukkan bahwa perkaranya adalah luas, maka barang siapa yang ingin berqurban untuk dirinya sendiri dengan dua ekor, atau tiga ekor atau lebih maka itu lebih menambah pahalanya jika yang dia inginkan adalah wajah Allooh dan mengasih makan orang-orang miskin.
BOLEHNYA BERSERIKAT DALAM SATU ONTA ATAU SATU SAPI UNTUK TUJUH ANGGOTA.
Dalilnya adalah :
Hadits Jabir rodlialloohuanhuma:
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنه قال:حججنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم فنحرنا البعير عن سبعة والبقرة عن سبعة." [رواه مسلم ( 1318 )]
Dari Jabir bin Abdillaah rodlialloohu’anhuma berkata: kami haji bersama rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam , maka kami menyembelih satu ekor onta untuk tujuh orang, dan satu ekor sapi untuk tujuh juga. [HSR Muslim (1318)]
قال الحافظ في الفتح (ج 3 / ص 535): وهذا يدل على صحة أصل الاشتراك واتفق من قال بالاشتراك على أنه لا يكون في أكثر من سبعة . وأجمعوا على أن الشاة لا يصح الاشتراك فيها.
Berkata Al-Haafidz di “Al-Fath” (3/535): hadits ini menunjukkan akan sahnya asal berserikat dalam qurban, dan sepakat bagi yang mengatakannnya, bahwa hal itu tidak dibolehkan lebih dari tujuh anggota, dan sepakat pula bahwa seekor kambing tidak sah padanya serikat (rombongan tujuh orang membeli kambing satu).
قال ابن قدامة رحمه الله في المغني(ج 21 / ص 454): وأما حديث رافع ، فهو في القسمة ، لا في الأضحية . إذا ثبت هذا ، فسواء كان المشتركون من أهل بيت ، أو لم يكونوا ، مفترضين أو متطوعين أو كان بعضهم يريد القربة وبعضهم يريد اللحم ؛ لأن كل إنسان منهم إنما يجزئ عنه نصيبه ، فلا تضره نية غيره في عشره.
Berkata Ibnu Qudamah rohimahullooh di AL-Mughni”(21/454) : adapun hadits Roofi’ (hadits yang menyebutkan 10 anggota) maka itu dalam pembagian daging untuk makan bukan dalam berqurban. Maka jika telah tetap perkaranya, baik yang berserikat itu dari satu keluarga, ataupun bukan, baik yang dengan tujuan qurban wajib atau sunnah, atau sebagian mereka menginginkan qurban dan sebagian ingin daging saja, maka itu boleh, karena setiap masing-masing dari mereka mendapatkan bagian dari niatnya, dan tidak membahayakan niat orang lain dalam bagiannya.
PEMBAGIAN DAGING BILA BERSERIKAT
قال ابن قدامة في المغني: ويحوز للمشتركين قسمة اللحم ، ومنع منه أصحاب الشافعي في وجه ، بناء على أن القسمة بيع ، وبيع لحم الهدي والأضحية غير جائز . ولنا ، أن أمر النبي صلى الله عليه وسلم بالاشتراك ، مع أن سنة الهدي والأضحية الأكل منها ، دليل على تجويز القسمة ، إذ لا يتمكن واحد منهم من الأكل إلا بالقسمة ، وكذلك الصدقة والهدية ، ولا نسلم أن القسمة بيع ، بل هي إفراز حق.
Berkata Ibnu Qudamah rohimahullooh :
Dan dibolehkan bagi mereka yang berserikat untuk membagi-bagi daging, -ini menurut jumhur- adapun sebagian pembela madzhab Syafiiy dalam satu sisi melarangnya, dengan alasan karena pembagian adalah jual beli, dan menjual daging qurban itu tidak dibolehkan.
Argumen kami adalah bahwa perintah rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam untuk berserikat, bersamaan dengan itu beliau menyuruh kita untuk memakannya dari qurban tersebut, otomatis adanya pembolehan untuk dibagi, karena tidak memungkinkan bagi salah seorang dari mereka untuk makan darinya kecuali dengan pembagian, demikian pula shodaqoh dan hadiah, dan kaidah bahwa pembagian shodaqoh itu kita tidak sepenuhnya membenarkannya, bahkan yang benar pembagian adalah menunaikan hak.
BINATANG APA YANG BOLEH UNTUK DI QURBAN KAN ??
Tidak boleh untuk qurban kecuali binatang ternak (Al-Anaam) terbatas pada onta, sapi dan yang sejenisnya, dan kambing dari berbagai jenis .
Dalilnya adalah:
﴿ وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ ﴾[الحج/34] وهي الإبل والبقر والغنم
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allooh terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allooh kepada mereka, Maka Robbmu ialah Robb yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allooh). [QS Al Hajj 34]
Dari situ tidak boleh binatang liar yang tidak dipelihara atau digembala, ini pendapat jumhur berbeda dengan pendapat ahli royi yang mengatakan boleh berqurban walaupun dengan sapi atau kambing liar, atau hasil blesteran (persilangan).
BINATANG YANG PALING UTAMA UNTUK QURBAN
Qurban yang paling mulia adalah onta kemudian sapi kemudian kambing, kemudian serikat.
Dalilnya adalah hadits Abi Huroiroh rodlialloohu’anhu:
عن أبى هريرة - رضى الله عنه - أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال « من اغتسل يوم الجمعة غسل الجنابة ثم راح فكأنما قرب بدنة ، ومن راح فى الساعة الثانية فكأنما قرب بقرة ، ومن راح فى الساعة الثالثة فكأنما قرب كبشا أقرن ، ومن راح فى الساعة الرابعة فكأنما قرب دجاجة ، ومن راح فى الساعة الخامسة فكأنما قرب بيضة ، فإذا خرج الإمام حضرت الملائكة يستمعون الذكر » [رواه البخارى (881)]
Dari Abi Huroiroh rodlialloohu’anhu bahwa rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam bersabda: “ Barang siapa mandi pada hari Jum’at seperti mandi junub, lalu berangkat kemasjid (pada jam pertama), maka seakan-akan dia berqurban dengan seekor onta, dan barang siapa yang berangkat pada jam kedua, maka seakan-akan dia berqurban dengan seekor sapi, dan barang siapa yang berangkat pada jam ketiga maka seakan-akan dia berqurban dengan seekor kambing, dan barang siapa yang berangkat pada jam keempat maka seakan-akan dia berqurban dengan seekor ayam, dan barang siapa yang berangkat pada jam kelima maka seakan-akan dia berqurban dengan seekor telor, dan apabila imam telah keluar maka malaikat pencatatat hadir untuk mendengarkan dzikir(khotbah) [HSR Bukhori Muslim]
Ini adalah pendapat jumhur, Abu Hanifah, Syafiiy dan Ahmad, adapun Imam Malik maka beliau berpendapat, yang paling utama adalah kambing, lalu sapi lalu onta, karena rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor kambing bertanduk, dan beliau tidak berbuat sesuatu kecuali yang paling utama, juga nabi Ibrohim shollallohu'alaihiwasallam berqurban dengan kambing , kalau seandainya Allooh tahu ada yang lebih baik dari kambing tentu Allooh tebus nabi Ismail shollallohu'alaihiwasallam dengan selainnya.
Yang rojih adalah pendapat Jumhur, dengan dalil diatas, juga qurban adalah taqorrub ilallooh (mendekatkan diri kepada Allooh) , dan onta untuk tujuan ini adalah yang paling utama, seperti Hady (qurban diwaktu haji), karena nabi shollallohu'alaihiwasallam telah melakukannya, dan juga karena onta lebih besar dan tinggi harganya, dan lebih banyak daging dan manfaatnya.
Adapun perbuatan nabi shollallohu'alaihiwasallam dan juga tebusan untuk nabi Ismail shollallohu'alaihiwasallam dengan kambing kibasy, itu dalam kondisi individu dan kambing kibasy adalah jenis kambing yang paling utama, dan berqurban dengan kambing untuk sendirian lebih utama dari pada berserikat dalam satu onta.
Juga perbuatan nabi shollallohu'alaihiwasallam untuk meringankan umatnya, jika beliau berqurban selalu dengan onta atau sapi, tentu umatnya tidak akan mampu, bahkan beliau bervariasi dalam berqurban kadang onta kadang sapi dan seringnya kambing- maka untuk hak nabi shollallohu'alaihiwasallam kambing adalah yang paling sempurna, karena ada nilai tasyri’ untuk dicontoh, adapun untuk umatnya adalah onta lalu sapi.
Walloohu a’lam.
BERQURBAN DENGAN ONTA DAN SAPI
عن جابر بن عبد الله - رضى الله عنهما أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - لما قدم المدينة نحر جزورا أو بقرة [رواه البخارى )3089(]
Dari Jabir bin ‘Abdillah rodlialloohu’anhu bahwasanya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam ketika datang ke Madinah beliau menyembelih onta atau sapi. [HSR Bukhori : (3089)]
عن جابر رضي الله عنهما قال : ذبح رسول الله صلى الله عليه و سلم عن عائشة بقرة يوم النحر ] مسلم ( 1319)[
Dari Jabir bin ‘Abdillaah rodlialloohu’anhuma bahwa rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menyembelih untuk ‘Aisyah rodlialloohu’anha seekor sapi pada hari qurban.[ HSR Muslim (1319)]
BERQURBAN DENGAN KERBAU
Berkata Ibnu Qudamah rohimahullooh di Mughniy (2/459):
والجواميس كغيرها من البقر لا خلاف في هذا نعلمه وقال ابن المنذر : أجمع كل من يحفظ عنه من أهل العلم على هذا ولأن الجواميس من أنواع البقر.
Kerbau-kerbau adalah seperti sapi, tidak ada khilaf dalam masalah ini sepengetahuan kami, berkata Ibnu Mundzir : Sepakat setiap orang kami hafal darinya dari kalangan ulama akan masalah ini, dikarenakan kerbau adalah dari jenis-jenis sapi.
BERQURBAN DENGAN KAMBING
عن أنس قال ضحى النبى - صلى الله عليه وسلم - بكبشين أملحين (أقرنين) ، فرأيته واضعا قدمه على صفاحهما يسمى ويكبر ، فذبحهما بيده .] البخارى )5558 (]
Dari Anas bin Malik rodlialloohu’anhu , rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor kibasy yang berwarna putih (bertanduk ( dan aku melihat beliau meletakkan telapak kakinya dipunggung (sebelah leher) keduanya, lalu beliau membaca bismillaah dan bertakbir, beliau menyembelih keduanya dengan tangannya.[HSR Bukhori (5558) dan Muslim ( 1966 )]
DISUNNAHKAN UNTUK MENGGEMUKKAN BINATANG QURBAN
Karena firman Allooh taaala.
(ذلك ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب(
“ Yang demikian itu, barang siapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allooh, maka itu merupakan bukti ketaqwaan hati”. [ QS Al Hajj 32 ]
Berkata Ibnu ‘Abbas rodlialloohu’anhuma: pengagungannya adalah dengan menggemukkan qurban dan membesarkan dan mengindahkannya, hal itu dikarenakan akan lebih membesarkan pahala dan lebih banyak manfa’aatnya.
وقال يحيى بن سعيد سمعت أبا أمامة بن سهل قال كنا نسمن الأضحية بالمدينة ، وكان المسلمون يسمنون . ]صحيح البخارى - (ج 18 / ص 392)[
Berkata Yahya bin Said aku mendengar Aba Umamah bin Sahl berkata: Kami menggemukkan hewan qurban kami di Madinah, dan orang-orang muslim juga menggemukkan qurban-qurban mereka. [ AR Bukhori]
Dan paling utama untuk kambing adalah yang warnanya putih, sebagaimana diriwayatkan dari maulat Abi Waroqoh bin Said berkata: bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam
دم عفراء ، أزكى عند الله من دم سوداوين " .رواه أحمد بمعناه .
“ Darah kambing putih lebih suci disisi Allooh dari pada dua darah hitam” [HSR Ahmad dll, dishohihkan Al-Albaaniy di As-Shohihah (1861)]
Juga karena itu adalah warna qurban nabi shollallohu'alaihiwasallam, kemudian semakin indah warnanya dan sempurna (bertanduk, gemuk, gagah) maka semakin utama.
Umur Masing-Masing Binatang Yang Boleh Untuk Qurban.
Allooh ta’aala berfirman:
* قال الله تعالى :﴿ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْمَعْزِ اثْنَيْنِ قُلْ آَلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ نَبِّئُونِي بِعِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ * وَمِنَ الْإِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ قُلْ آَلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَذَا فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ﴾ [الأنعام/143، 144]
“ Delapan binatang yang berpasangan, sepasang domba, sepasang dari kambing. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allooh ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar
Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan di waktu Allooh menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih dzolim daripada orang-orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allooh untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan ?" Sesungguhnya Allooh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.” [QS Al-An’am 143-144]
* عن البراء بن عازب رضي الله عنه قال: قال النبى - صلى الله عليه وسلم - « إن أول ما نبدأ فى يومنا هذا أن نصلى ، ثم نرجع فننحر ، فمن فعل ذلك فقد أصاب سنتنا ، ومن نحر قبل الصلاة فإنما هو لحم قدمه لأهله ، ليس من النسك فى شىء » . فقال رجل من الأنصار يقال له أبو بردة بن نيار يا رسول الله ، ذبحت وعندى جذعة خير من مسنة . فقال « اجعله مكانه ، ولن توفى أو تجزى عن أحد بعدك » [رواه البخارى - (965 )ومسلم ( 1961 )]
Dari Baro bin ‘Aazib rodlialloohu’anhu berkata : bersabda nabi shollallohu'alaihiwasallam : Sesungguhnya pertama yang kita lakukan pada hari ied kita ini adalah sholat, lalu kita pulang kerumah untuk berqurban (menyembelih), maka barang siapa yang berbuat demikian sungguh telah mencocoki sunnah kita, dan barang siapa yang menyembelih sebelum sholat, maka itu hanyalah daging yang disiapkan untuk keluarganya dan bukan qurban sedikitpun.
Maka ada seorang laki-laki dari Anshor bernama Abu Burdah bin Niyar menyela: Wahai rosulullooh !! aku telah menyembelih sebelum sholat, tapi aku memiliki (jadzaah) -anak onta- yang lebih baik dari Musinnah (kambing dewasa).
Maka rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam pun berkata: Jadikanlah itu sebagai pengganti kambingmu, tapi tidak dibolehkan untuk selainmu setelahmu. [HSR Bukhori Muslim]
* عن جابر رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم " لا تذبحوا إلا مسنة إلا أن يعسر عليكم فتذبحوا جذعة من الضأن " رواه مسلم ( 1963 ).
Dari Jabir rodlialloohu’anhuma : bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam “ Janganlah kalian sembelih kecuali musinnah, kecuali sulit bagi kalian mendapatkannya, maka boleh kalian menyembelih jadza’ah dari Dlho’n”.[ HSR Muslim(1963)]
Definisi Pembagian Umur Hewan Qurban :
1- Al Jadza’a: yaitu hewan yang masih kecil , dimana waktu itu giginya tumbuh dan runtuh, dan masing-masing jenis baik dari onta, sapi dan kambing ada jadza nya dan berbeda-beda umurnya.
# untuk Jadza dari Dlon (kambing domba- kibasy) adalah yang berumur enam bulan masuk tujuh.
Berkata Abu Qosim : aku mendengar ayahku mengatakan: aku pernah bertanya kepada sebagian orang baduwi :
Bagaimana kalian bisa mengetahui Ad-Dlon jika telah menjadi Jadza ?? dia menjawab: Bulu domba masih tegak diataas punggungnya selama masih kanak-kanak (cempe), dan apabila bulu diatas punggungnya tertidur, diketahui bahwa dia telah menjadi Jadz’a.
2- Al-Ma’iz : kambing yang bukan domba (tidak memiliki bulu wool) , yaitu yang telah sempurna satu tahun dan masuk tahun kedua.
3- Untuk Sapi : apabila telah memiliki umur dua tahun dan masuk tahun ke tiga.
4- Untuk Onta : apabila telah sempurna lima tahun dan masuk tahun keenam.
قال ابن كثير (ج 5 / ص 433)
قال الجمهور: إنما يجزئ الثَّني من الإبل والبقر والمعز، والجذع من الضأن، فأما الثني من الإبل: فهو الذي له خمس سنين، ودخل في السادسة. ومن البقر: ما له [سنتان] ودخل في [الثالثة] ، وقيل: [ما له] ثلاث [ودخل في] الرابعة. ومن المعز: ما له سنتان. وأما الجذع من الضأن فقيل: ما له سنة، وقيل: عشرة أشهر، وقيل: ثمانية أشهر، وقيل: ستة أشهر، وهو أقل ما قيل في سِنِّه، وما دونه فهو حَمَل، والفرق بينهما: أن الحمل شعر ظهره قائم، والجذَع شعر ظهره نائم، قد انعدل صدْعين، والله أعلم.
Berkata Ibnu Katsir rohimahullooh: berkata Jumhur: yang dibolehkan untuk qurban adalah : Ats Tsuniy dari onta dan sapi dan kambing biasa (bukan domba) dan Jadz’a dari domba, adapun Tsuniy dari onta adalah yang telah memiliki umur lima tahun dan masuk keenam, dan tsuniy dari sapi adalah yang telah memiliki umur dua tahun dan masuk ketiga, -dan dikatakan- yang telah memiliki umur tiga tahun masuk keempat- dan Maidz (kambing jawa) yang telah memiliki umur dua tahun, adapun Jadza adalah dari Dlon (kambing domba): dikatakan : yang telah memiliki satu tahun, dan dikatakan juga: sepuluh bulan , atau delapan bulan, atau enam bulan, dan ini adalah batasan minim apa yang dikatakan pada umurnya, adapun yang kurang dari itu maka itu namanya Haml (cempe) anak kambing.
Dan perbedaan antara keduanya kambing dewasa dan kambing anak adalah bahwa kambing anak (cempe) bulu punggungnya berdiri, sedangkan jadza bulu punggungnya tertidur (roboh) dan telah menguat dua sisi giginya (poel).
SIFAT-SIFAT BINATANG YANG TIDAK BOLEH UNTUK QURBAN
* عن البراء بن عازب قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم وأشار بأصابعه وأصابعي أقصر من أصابع رسول الله صلى الله عليه وسلم يشير بأصبعه يقول لا يجوز من الضحايا العوراء البين عورها والعرجاء البين عرجها والمريضة البين مرضها والعجفاء التي لا تنقي . [رواه النسائي (4371)]
Dari Al-Baroo bin ‘Aazib rodlialloohu’anhu: aku mendengar rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam – dan beliau mengisyaratkan dengan jemarinya- dan jemariku lebih pendek dari pada jemari rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam – mengatakan:
“ Tidak dibolehkan dari hewan qurban , Al-Auroo yang nyata auronya, Al-Arjaa yang nyata Arja nya, Al-Maridhloh yang yang nyata Marodl-nya, Al-Ajfa yang nyata Ajfa nya.[ HSR Abu Dawud dan AN Nasaai (4371)]
Berkata Ibnu Qudamah rohimahullooh di (Mughniy : 21/463):
قال ابن قدامة في المغني(ج 21 / ص 463): فالعيوب الأربعة، فلا نعلم بين أهل العلم خلافا في أنها تمنع الإجزاء .
Cacat dalam qurban ada empat, kami tidak mengetahui diantara ahlil ilmi khilaf dalam masalah ini, bahwa keempat cacat tersebut menjadikan tertolaknya qurban.
Makna Al-Auroo : adalah yang matanya tertutupi atau hilang (buta) dengan nyata, karena mata adalah anggota yang menunjukkan keindahan, adapun apabila diatas matanya masih ada warna putih dan tidak sirna, maka boleh untuk berqurban dengannya, karena cacatnya tidak nampak dan tidak mengurangi dagingnya.
Makna Al-Ajfa: adalah yang kurus yang tidak berdaging yang tidak memiliki isi pada tulangnya. Tidak dibolehkan dikarenakan tidak memiliki daging, hanya sekedar kumpulan tulang belulang.
Makna Arja : adalah pincang yang nyata-nyata kepincangannya, karena hal itu mencegah dia untuk bisa bergabung dengan kambing yang lain, sehingga tidak bisa memakan rumput sama dengan teman-temannya, yang berakibat kurang dagingnya. Adapun kalau pincangnya ringan maka boleh untuk qurban.
Adapun Mariidloh: yakni sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya, yaitu penyakit kronis yang sulit disembuhkan, karena hal itu akan sangat mengurangi dan merusak daging dan harganya. Dan penyakit ini umum apaun penyakitnya.
Al-Adlob: yaitu yang hilang lebih banyak dari setengah telinga atau tanduknya, dan itu termasuk mencegah diterimanya qurban. Karena hadits ‘Ali bin Abi Tholib rodlialloohu’anhu berkata,
عن علي رضي الله عنه قال: نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يضحى بأعضب القرن والأذن .
Rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam melarang berqurban dengan Al-‘Adlba” [ HSR Abu Daud dll]
قال قتادة : فسألت سعيد بن المسيب ، فقال : نعم ، العضب النصف فأكثر من ذلك .
Berkata Qotadah : aku bertanya kepada Sa’id bin Musayyab, maka dia mengatkan : Iya, Al ‘Adlba adalah setengah atau lebih dari tanduk /telinga.
رواه الشافعي ، وابن ماجه وعن علي رضي الله عنه قال: أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نستشرف العين والأذن . رواه أبو داود ، والنسائي . وهذا منطوق يقدم على المفهوم .
Imam As-Syafiiy rohimahullooh dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ali rodlialloohuanhu berkata: rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk memuliyakan mata dan telinga.
[HSR Abu Daud juga] maka ini adalah mantuq -teks dan nash - dari nabi shollallohu'alaihiwasallam hal itu lebih didahulukan dari pada mafhum.
AlAmyaa , yaitu yang buta, karena juling saja terlarang yang kebutaannya tidak begitu nampak, tentunya yang nyata-nyata buta lebih terlarang, dikarenakan dia tertinggal perjalanannya dari teman-teman dalam mencari rumput.
Dan tidak boleh pula yang terpotong salah satu anggota badannya, seperti pantatnya, atau yang telah mengering susunya (saking tuanya), karena itu semua mengurangi maksud dari berqurban yaitu banyak dan bagus dagingnya. [lihat Al-Mughniy]
APA YANG DIBOLEHKAN DALAM BINATANG QURBAN
Al Hashi atau Al-Maujuu yaitu Pejantan Yang Dikebiri.
Karena rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berkorban dengan dua kibasy yang dikebiri, dalam hadits Jabir rodlialloohuanhu bahwasanya nabi shollallohu'alaihiwasallam:
ضحى بكبشين موجوءين
“Berqurban dengan dua kibasy yang terkebiri”[HHR Thohawi dll dengan sanad yang hasan]
Karena terpotongnya kandung kemih (prejilan dalam bahasa jawa) tidak mempengaruhi daging, bahkan menambah banyak, dan menjadikannya gemuk.
Berkata As-Sya’biy rohimahullooh:
قال الشعبي : ما زاد في لحمه وشحمه أكثر مما ذهب منه .
Kambing yang dikebiri itu, bertambahnya daging padanya lebih banyak dari daging yang pergi (dibuang).
Ini adalah pendapat Jumhur dan tidak terdapat padanya khilaf yang kami ketahui, demikian kata Ibnu Qudamah.
(الجماء)
Al-Jamma. Yaitu yang tidak ada tanduknya sejak lahir.
(الصمعاء)
As-Shomm’aa yaitu yang asli kecil kedua telinganya.
البتراء
Al-Batroo : yaitu yang tidak memiliki ekor, baik pada asalnya ataupun terputus.
Ini semua adalah pendapat jumhur, dengan alasan karena perkara diatas tidak mengurangi sedikitpun dengan maksud berqurban, dan pula tidak terdapat larangan dari syariat dan bukan pula cacat dan penyakit, beda dengan hal-hal yang diatas, semua terdapat larangan cacat dan penyakit.
Hanya saja yang lebih utama adalah yang semakin sempurna, karena nabi shollallohu'alaihiwasallam dengan dua ekor kibasy yang putih indah dan gemuk. Dan beliau menyuruh untuk memuliakan mata dan telinga.
YANG MAKRUH ( Dibenci, Bukan Harom ) DALAM HEWAN QURBAN
Dimakruhkan : yang sobek dan terlobang atau terpotong sedikit telinganya, dengan dalil dari hadits Ali bin Abi Tholib rodlialloohu’anhu berkata:
عن علي رضي الله عنه قال : أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نستشرف العين والأذن ، ولا نضحي بمقابلة ، ولا مدابرة ، ولا خرقاء ، ولا شرقاء . " قال زهير قلت لأبي إسحاق ، ما المقابلة ؟ قال يقطع طرف الأذن . قلت : فما المدابرة ؟ قال يقطع من مؤخر الأذن . قلت : فما الشرقاء ؟ قال : تشق الأذن . قلت : فما الخرقاء ؟ قال : تشق أذنها السمة . } رواه أبو داود والنسائي
Rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk mengindahkan mata dan telinga, dan tidak berqurban dengan “Muqobbalah” tidak pula”Mudabbaroh” tidak pula”Khorqoo” dan tidak pula Syarqoo, berkata Zuhair: aku bertanya kepada Abi Ishaq : Apa itu Muqoobalah ? dia menjawab: Yang terputus ujung telinganya. Aku tanya : Apa itu Mudabaroh? dia menjawab: Yang terpotong akhir telinganya.
Aku tanya : Apa itu Syarqoo ? dia menjawab: yang terpecah (robek) telinganya. Aku tanya: apa itu Khorqoo ? dia menjawab: yang lobang telinganya. [HHR An-Nasaai dll, ]
Berkata Ibnu Qudamah rohimahullooh : Dan larangan ini adalah tanzih (makruh tidak sampai harom), dan kalau terjadi qurban dengannya, maka tetap sah qurbannya, kami tidak mengetahui adanyaa khilaf dalam masalah ini, dikarenakan syarat selamat dari itu semua sulit didapatkan, karena hampir-hampir tidak didapatkan binatang yang selamat dan bersih darinya.
BERQURBAN DENGAN HEWAN BETINA ATAU MANDUL ATAU HAMIL
Berkata Al-Maawardi di Al-Haawi (4/940): dan telah meriwayatkan Miqsam dari Ibnu Abbas rodlialloohu'anhuma bahwasanya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berqurban dengan seratus onta, didalamnya ada onta Abi Jahal diatasnya ada ikatan dari perak.
Nama “jamal" (onta) mencakup jenis jantan dan betina. Dan daging jantan dan betina itu sama saja.
Berkata An-Nawawi rohimahullooh di “Majmu” (8/393):
ويجوز فيها الذكر والانثى لما روت أم كرز عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال (على الغلام شاتان وعلى الجارية شاة لا يضركم ذكرانا كن أو أناثا) وإذا جاز ذلك في العقيقة بهذا الخبر دل على جوازه في الاضحية ولان لحم الذكر أطيب ولحم الانثى أرطب)
Dan dibolehkan dalam qurban jantan dan betina, sesuai dengan riwayat Ummu Kurz, dari rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam bahwasanya beliau mengatakan: Untuk anak laki-laki dua kambing, dan untuk anak perempuan satu kambing, tidak membahayakan (tidak mengapa) jantan ataupun betina.
Maka apabila boleh dalam aqiqoh jantan atau betina dengan dasar hadits ini, maka itu menunjukkan akan dibolehkannya dalam qurban, karena daging jantan lebih enak dan daging betina lebih lunak.
Beliau melanjutkan (8 / 393): dan syarat dibolehkannya dalam qurban adalah dari binatang ternak yaitu onta , sapi dan kambing dari segala jenis, dan tidak dibolehkan selain itu, seperti sapi liar (hutan) dan itu tidak ada khilaf padanya, baik itu jantan ataupun betina dari semua jenis itu, dan tidak ada khilaf padanya.
Berkata Mardawi di Inshof :( 4/54): Yang paling gemuk dan paling manfaat dari itu semua itu yang paling utama, baik jantan ataupun betina, dan kalau keduanya sama, maka sama pula keutamaannya.
JIKA TERJADI CACAT MENDADAK MAKA BOLEH UNTUK QURBAN
Jika seseorang telah memiliki hewan qurban yang sehat tanpa cacat, lalu muncul secara tiba-tiba cacat yang membuat tercegah dari berqurban (tidak memenuhi syarat), apakah hewan tersebut tetap boleh untuk disembelih qurban ataukah tidak??
Jawabannya adalah boleh, dengan dalil hadits Abu Said rodlialloohuanhu berkata:
لما روى أبو سعيد رضي الله عنه قال :" ابتعنا كبشا نضحي به ، فأصاب الذئب من أليته ، فسألنا النبي صلى الله عليه وسلم فأمرنا أن نضحي به ." رواه ابن ماجه
Kami membeli seekor kibasy untuk qurban, tiba-tiba datang seekor srigala menerkam pantatnya, maka kami bertanya kepada rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam, maka beliau tetap menyuruh kami untuk menyembelihnya buat qurban.[HDR Ibnu Majah , karena didalam sanadnya ada Yazid Al-Jufi dhoif jiddan]
Pendapat akan bolehnya berkorban dengannya adalah pendapat Atho, Al-Hasan, An-Nakhoi, Az-Zuhri, Ats- Tsauri, Malik , Syafiiy, Ahmad dan Ishaq yakni Jumhur.
Adapun ashabur royi (ahli royi) mereka tidak membolehkan.
Yang rojih adalah pendapat jumhur, karena itu cacat yang muncul tiba-tiba bukan dari aslinya, sebagaimana kalau cacat itu terjadi ketika sedang melakukan penyembelihan, umpanya pisaunya nyasar ke telinganya atau matanya sebelum ke lehernya, maka tetap sah, karena bukan dengan kesengajaan, adapun kalau dengan kesengajaan maka hendaknya diganti sebagaimana pendapat imam Syafiiy. Lihat Al-Mughniy (21/471]
MENGGANTI QURBAN DENGAN YANG LEBIH BAIK
Dibolehkan mengganti hewan qurban dengan yang lebih baik dari hewan yang telah disediakan, dan tidak boleh menggantinya dengan yang lebih rendah darinya, dan ini tidak ada khilaf padanya.
Dengan demikian maka boleh menjual yang pertama untuk diganti yang kedua yang lebih baik, ini adalah pendapat Atho, Mujahid, Abi Hanifah dan Al-Qoodi. Dengan alasan karena barang itu masih miliknya, terserah dia bagaimana membelanjakannya dan mentasorufkannya .
WAKTU BERQURBAN
عن البراء بن عازب - رضى الله عنهما - قال خطبنا النبى - صلى الله عليه وسلم - يوم الأضحى بعد الصلاة فقال « من صلى صلاتنا ونسك نسكنا فقد أصاب النسك ، ومن نسك قبل الصلاة فإنه قبل الصلاة ، ولا نسك له » . [رواه البخارى (955)]
Dari Al-Baroo bin ‘Aazib rodlialloohuanhu, berkata: Nabi shollallohu'alaihiwasallam berceramah kepada kami dihari Iedul Adlha, maka beliau mengatakan: Barang siapa sholat dengan kami, dan menyembelih dengan cara sesembelihan kami, maka sungguh dia telah mencocoki qurban, dan barang siapa menyembelih sebelum sholat, maka itu sesembelihan sebelum sholat dan tidak tergolong korban sedikitpun. [HSR Bukhori 955]
Waktu berqurban ada tiga: (1)- Waktu Awal, (2)- Waktu Akhir, (3)- Waktu Umum dan Waktu Khusus.
WAKTU AWAL
adalah bagi penduduk negri bukan badui, adalah selesainya sholat Imam dan khotbahnya. Sebagaimana hadits diatas, dan hadits Jundub bin Abdillah Al-Bajaliy bahwa nabi shollallohu'alaihiwasallam mengatakan : Barang siapa menyembelih sebelum sholat, maka ulangilah dan gantilah tempat itu dengan yang lainnya. Ini pendapat jumhur, berbeda dengan pendapat Atho, dimana dia mengatakan bahwa waktunya adalah terbit matahari. Yang shohih adalah pendapat Jumhur.
Adapun untuk selaian penduduk negri (Baduwi dan yang sejenisnya) yang tidak tertegakkan bagi mereka sholat, maka awal waktunya adalah dikira-kira kadar sholat dan khotbah.
Adapun menyembelih dihari kedua, maka dimulai dari terbit matahari karena tidak ada sholat lagi.
AKHIR WAKTUNYA
Adalah akhir hari tasyriq
عن أبي المليح عن نبيشة الهذلي قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم أيام التشريق أيام أكل وشرب .[رواه مسلم ( 1141 ).]
Dari Abil Malih dari NubaisyahAl-Hudzaliy berkata, bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam :” Hari-hari Tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan minum [ HSR Muslim (1141)]
Berkata Al-Haafidz rohimahullooh di Al-Fath (1/138): Hari-hari Tasyriq adalah hari-hari Mina, dinamakan demikian dikarenakan mereka memotong-motong dan menjemur pada hari-hari itu daging-daging qurban, untuk dibuat dendeng, dan ada yang mengatakan bahwa dinamakan hal itu karena adanya sholat ied yang ditegakkan waktu syuruq (terbit matahari), dan adapula yang mengatakan dikarenakan qurban tidak disembelih sampai datang waktu syuruq.
Lalu beliau melanjutkan: dan inti dari ungkapan pakar bahasa dan Ahli fiqh, bahwa hari-hari tasyriq adalah hari setelah hari Nahar (iedul adlha) , dengan adanya perbedaan yang terjadi dikalangan mereka apakah dua atau tiga hari setelahnya.
PENETAPAN HARI TASYRIQ ADA DUA PENDAPAT:
Pertama : tiga hari setelah Ied, ini adalah pendapat jumhur, berkata Ibnu Abbas rodlialloohuanhu :( الأيام المعدودات) hari—hari terhitung adalah hari-hari Tasyriq, Empat hari, hari Nahr dan tiga hari setelahnya.
Berkata An-Nawawiy di Syarah Muslim(3/288): maka pada hari-hari itu hukumnya masuk hari i’ed dalam banyak perkara, diantaranya bolehnya berqurban, tidak bolehnya shoum, dan disunahkannya memperbanyak takbir dll.
Pendapat kedua: dua hari setelah ied, sehingga hari bolehnya menyembelih adalah tiga hari. Ini pendapat Umar, Ali, Ibnu Umar Abu Huroiroh Anas dan Ahmad.
Yang rojih adalah pendapat pertama.
Berkata Ibnu Katsir rohimahullooh: pendapat pertama adalah yang masyhur dan padanya secara dzhohir dalil mengarahkannya, dimana Allooh taaala berfirman:
:﴿ فمن تعجل في يومين فلا إثم عليه ومن تأخر فلا إثم عليه ﴾
Barang siapa terburu-buru pada dua hari, maka tidak mengapa, dan barang siapa menunda maka tidak ada dosa atasnya. Maka ayat ini jelas menunjukkan tiga hari setelah Nahr, dan juga berkaitan dengan ucapan Allooh :
﴿ واذكروا الله في أيام معدودات ﴾
Dan sebutlah Allooh pada hari-hari yang terbilang.
Berkata Ibnul Qoyyim rohimahullooh di “Zaadul Ma’aad” (2/319): berkata ‘Ali bin Abi Tholib rodlialloohu’anhu : Hari-hari Nahr adalah hari nahr, dan tiga hari setelahnya, ini adalah madzhab Imam ahli bashroh Hasan , dan Imam Ahli Makkah Atho bin Abi Robah, dan Imam Ahli Syam Al-Auzaiy, dan Imam Fuqoha alhadits As-Syafiiy, dan pilihannya Ibnu Mundzir, dikarenakan tiga tersebut memiliki kekhususan yaitu itu adalah hari-hari Mina, Hari-hari melempar jamroh, hari-hari tasyriq, diharomkan puasa, dan itu adalah saudari-saudari hari-hari ini dalam semua hukum, maka bagaimana dipilah-pilah akan bolehnya menyembelih dengan tanpa nash dan tidak pula ijma? dan telah diriwayatkan dari dua jalan yang saling menguatkan dari nabi shollallohu'alaihiwasalla mengatakan:
( كل منى منحر ، وكل أيام التشريق ذبح ) " انتهى . والحديث صححه الألباني في السلسلة الصحيحة (2476) .
” Setiap Mina adalah tempat menyembelih, dan setiap hari-hari tasyriq adalah hari berqurban. [ Hadits ini di Shohihkan oleh Al-Al baniy di As-Shohihah (2476)]
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahullooh di kitab Ahkaam Udlhiyyah : maka hari-hari dibolehkannya menyembelih adalah empat , hari ied setelah sholat, dan tiga hari setelahnya, maka barang siapa menyembelih sebelum selesai sholat atau setelah tenggelamnya matahari hari ketiga belas, maka tidak sah qurbannya.
Akan tetapi jika terjadi udzur mundur dari hari-hari tasyriq contohnya: kalau binatang yang mau disembelih lari tanpa keteledoran pemiliknya dan tidak didapatkan kecuali setelah hari tasyriq, atau dia mewakilkan kepada orang lain untuk menyembelihnya, sementara yang diwakilkan lupa sampai keluar waktu, maka dalam kondisi seperti ini boleh menyembelihnya setelah keluar dari waktunya, karena adanya udzur , dikiaskan kepada orang yang tertidur atau lupa dalam sholat, maka dia boleh sholat kapan terbangun atau teringat.
WAKTU KHUSUS DAN UMUM PENYEMBELIHAN
Berbeda pendapat para ulama dalam kapan waktu penyembelihan , pada dua madzhab:
Pertama:
ucapan Imam malik dan Ahmad dalam sebuah riwayat, bahwa waktu bolehnya menyembelih adalah siang hari bukan malam hari, karena malam hari bukan waktu untuk bagi-bagi daging segar, sehingga terluput sebagian maksud dari qurban.
Pendapat kedua:
Syafiiy Ishaq Abu Hanifah dan Ahmad dalam riwayat lain: bolehnya menyembelih siang atau malam (untuk hari kedua dan selanjutnya). Dikarenakan malampun masih sah untuk melempar jamroh, seperti siang.
Ini pendapat yang rojih karena tidak adanya dalil akan larangannya, dan pada asalnya malam dan siang adalah sama.
قال ابن عثيمين رحمه الله كما في فتاوى الإسلام سؤال وجواب - (ج 1 / ص 3627): ويجوز ذبح الأضحية في الوقت ليلاً ونهارا ً، والذبح في النهار أولى ، ويوم العيد بعد الخطبتين أفضل ، وكل يوم أفضل مما يليه ؛ لما فيه من المبادرة إلى فعل الخير " انتهى باختصار .
Berkata Ibnu ‘Utsaimin rohimahullooh: Fatawa (1/3627): dan dibolehkan menyembelih korban waktu siang ataupun malam, dan menyembelih diwaktu siang itu lebih utama, dan menyembelih di hari ied setelah khotbah lebih utama, dan setiap hari lebih utama dari hari berikutnya, karena padanya terdapat penyegeraan dalam berbuat kebajikan.
TEMPAT MENYEMBELIH
Ada dua tempat, pertama dimusholla (tempat sholat ied) yang kedua dirumah masing-masing.
# Adapun Di Musholla Ied, Maka Dengan Dalil:
قال الإمام البخاري - (1 / 333( باب النحر والذبح يوم النحر بالمصلى ، وقال النسائي في الكبرى (ج 3 / ص 53) ذبح الامام أضحيته بالمصلى (4456) أخبرنا محمد بن عبد الله بن عبد الحكم عن شعيب عن الليث عن كثير بن نافع أن عبد الله أخبره أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يذبح أو ينحر بالمصلى .
Imam Bukhori di Shohihnya membuat bab:” Bab menyembelih dihari Nahr di Musholla” sedangkan Nasai membuat sebuah bab di “Sunan Kubro” (4456): Menyembelihnya Imam qurbannya di Musholla” lalu keduanya membawakan hadits Ibnu Umar rodlialloohu’anhu bahwasanya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menyebelih atau menahr qurbannya di Musholla.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- الأَضْحَى بِالْمُصَلَّى فَلَمَّا قَضَى خُطْبَتَهُ نَزَلَ عَنْ مِنْبَرِهِ فَأُتِىَ بِكَبْشٍ فَذَبَحَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِيَدِهِ وَقَالَ « بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا عَنِّى وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِى ». [رواه الترمذي( 1604)]
Dari Jaabir rodlialloohu ‘anhu berkata: Aku menyaksikan iedul Adlha bersama rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam di Musholla, maka ketika beliau selesai khutbah, turun dari mimbarnya dan mendatangi kibasynya, lalu beliau menyembelihnya dengan tangannya sembari mengatakan:
Bismillah , Alloohu Akbar, ya Allooh ini dariku dan dari orang yang belum berqurban dari umatku.
[ HHR Tirmidzi, didalamnya ada ingqito (terputus) antara Jabir dan Muttholib bin Hanthob, tapi datang semisalnya dari hadits Abi Saiid di Hakim (7549) dengan sanad yang shohih dan dishohihkan oleh Hakim dan disepakati oleh Adz- Dzahabiy]
وخرج الإمام أحمد من حديث عبد الله بن محمد بن عقيل ، عن علي بن حسين ، عن أبي رافع ، أن النبي ( كان إذا ضحى اشترى كبشين سمينين أقرنين أملحين ، فإذا صلى وخطب أتي بأحدهما وهو قائم في مصلاه ، فذبحه بنفسه بالمدية ، - وذكر الحديث .]فتح الباري ـ لابن رجب - (6 / 156)[
Dan Imam Ahmad mengeluarkan dari hadits Abdillaah bin Muhaammad bin ‘Aqiel dari Ali bin Husain dari Abi Roofi’i bahwa nabi shollallohu'alaihiwasallam apabila datang i’edul Adlha, membeli dua ekor kibasy yang gemuk, bertanduk dan berwarna putih, maka apabila beliau telah selesai sholat dan khotbah, beliau mendatangi salah satu keduanya, dan beliau masih di mushollanya, lalu beliaupun menyembelihnya sendiri di Madinah. [Hadits ini hasan lighoirihi, karena Abdullooh bin Muhammad bin Aqiel dhoif, tetapi di kuatkan dengan hadits sebelumnya maka terangkat menjadi hasan insya Allooh.]
Adapun Dirumah.
Adalah dengan dalil yang telah lewat dari Barroo bin Aaazib rodlialloohu'anhu:
( ( إن أول ما نبدأ به في يومنا هذا نصلي ، ثم نرجع فننحر ) )
“ Sesungguhnya awal apa yang kita mulai pada hari kita ini adalah sholat, kemudian kita pulang kerumah lalu kita menyembelih.” [HR Bukhori]
في فتح الباري ـ لابن رجب - (6 / 156) وخرج النسائي من رواية عبد الله بن سليمان : حدثني نافع ، عن عبد الله بن عمر ، أن رسول الله ( نحر يوم الأضحى بالمدينة . قال : وكان إذا لم ينحر ذبح بالمصلى .
فهذه الرواية يجمع بها بين سائر الروايات ، وأنه كان إذا نحر ما ينحر نحره بالمدينة ، فإن ذبح الغنم ذبحها بالمصلى . وعلى هذا ، فتكون رواية البخاري الصحيحة لحديث ابن عمر : ( ( كان يذبح - أو ينحر - بالمصلى ) ) - بالشك . وذبح ابن عمر بالمصلى يدل على أنه كان يرى استحباب ذلك للإمام وغيره
Berkata Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahullooh di Fath (6/156): dan An-Nasaaiy mengeluarkan dari riwayat Abdillaah bin Sulaiman dari Nafi dari Ibnu Umar rodlialloohu'anhu bahwa rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menahar dihari ied di Madinah, dia berkata: Dan apabila beliau tidak menahar maka beliau menyembelih di Musholla [Hadits ini Shohih, dishohihkan oleh Al-Albaaniy]].
Maka riwayat ini menjama seluruh riwayat-riwayat yang ada, yaitu bahwa beliau shollallohu'alaihiwasallam apabila menahar (menusuk leher onta atau sapi) beliau melakukannya di Madinah, dan apabila menyembelih kambing, maka beliau lakukan di Musholla.
Maka atas dasar ini, jadilah riwayat Bukhori yang shohih dari hadits Ibnu Umar bahwa beliau menyembelih atau menahar di Musholla dengan teks redaksi- keraguan.
Adapun Ibnu Umar rodlialloohuanhu menyembelih di Musholla itu menunjukkan bahwa beliau berpendapat sunnahnya baik bagi Imam ataupun selainnya.
Dan sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa itu hanyalah untuk imam saja, diantaranya adalah imam Malik rohimahullooh beliau mengatakan: kami tidak berpendapat hal itu untuk selainnya.
Berkata Sufyan bin Uyainah rohimahullooh: Bagi Imam untuk mendatangkan qurbannya di musholla, untuk dia sembelih ketika selesai sholat dan khotbah, agar tidak ada seorangpun yang mendahuluinya dalam menyembelihnya.
Dan dia mengatakan: dan itu perkara yang telah ma'ruf (diketahui oleh semua).
Berkata Al-Haafidz rohimahullooh di AlFath (10/22): kalau seandainya imam menyembelih sebelum sholat, maka itupun tidak sah, itu menunjukkan bahwa imam dan semua manusia sama dalam waktu qurban.
Berkata Al-Muhallab: hanyalah dibencinya menyembelih sebelum imam agar manusia tidak disibukkan menyembelih dari sholat.
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahullooh di Syarh Mumti (7/116): Dan Iedul Adlha disunnahkan untuk menyegerakan sholat, setelah meningginya matahari setinggi tombak, sekitar seperempat jam sempurnanya padaya sholat, maka apabila tingginya matahari setinggi tombak kadarnya sepertiga atau seperempat jam, maka jadinya permulaan penyembelihan qurban setelah terbit matahari sekitar setengah jam, atau tiga puluh lima menit.
Maka diketahui dari ucapannya Sholat Ied bahwasanya tidak disyaratkan penyembelihan itu setelah khotbah ied, kalau ada seseorang pulang ketika habis sholat lalu dia menyembelih qurbannya sedangkan imam masih khotbah, maka sah qurbannya, sekalipun imam belum menyembelih, dan itulah yang benar, dalilnya adalah bahwa nabi shollallohu'alaihiwasallam mengatakan: Siapa yang menyembelih sebelum sholat maka tidak ada qurban baginya maka yang dipahami adalah barang siapa yang menyembelih setelah sholat, maka dia telah mendapatkan qurban, baik khotbahnya sudah selesai ataupun belum, dan baik imam telah menyembelih ataupun belum.
Akan tetapi yang afdhol adalah agar tidak menyembelih sebelum imam, dan apa yang dikatakan oleh para ulama itu benar apabila manusia berbuat terhadap qurban-qurban mereka sebagaimana apa yang diperbuat di zaman nabi shollallohu'alaihiwasallam, maka kalau demikian kita menunggu imam kita , karena dia itu imam kita diwaktu sholat juga imam kita diwaktu qurban , dan dahulu manusia menggiring qurban-qurban mereka ke Musholla ied, tetapi diselain tempat sholat, lalu mereka menyembelih disana agar manfaatnya lebih umum, maka masing-masing yang hadir memungkinkan untuk mengambilnya.
Dan dahulu nabi shollallohu'alaihiwasallam mengeluarkan qurbannya, dan menyembelihnya, demikian pula manusia mengeluarkan qurbannya ke musholla dan menyembelihnya, akan tetapi masalah ini sudah terlupakan dizaman ini, maka apabila manusia menyembelih di Musholla ied, kita katakan kalian jangan sembelih qurban kalian sebelum imam kalian , ini dia yang afdhol.
Berkata Al-Aini di Umdatul Qori (31/105): dan yang dimaksud dalam sub judul diatas adalah untuk menjelaskan sunnahnya imam dalam berqurban, yaitu dia hendaknya menyembelih di Musholla, agar tidak ada seorangpun yang menyembelih sebelumnya, bahkan agar mereka menyembelih setelahnya dengan pasti, dan agar mereka belajar juga tata cara menyembelih, karena itu merupakan hal yang dibutuhkan untuk diterangkan, dan juga agar mereka bersegera menyembelih setelah sholat sebagaimana ucapan nabi shollallohu'alaihiwasallam: pertama yang kita lakukan adalah sholat, kemudian kita pulang untuk menyembelih.
HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN PEMILIK HEWAN QURBAN.
1. Hal-Hal Yang Perlu Dihindari Bagi Yang Hendak Berqurban.
Tidak di bolehkan bagi yang hendak berqurban hal-hal dibawah ini:
عن أم سلمة رضي الله عنها زوج النبي صلى الله عليه و سلم تقول : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :" من كان له ذبح يذبحه فإذا أهل هلال ذي الحجة فلا يأخذن من شعره ولا من أظفاره شيئا حتى يضحي "[ رواه مسلم ( 1977 )]وظاهر هذا تحريم قص الشعر.
Dari Ummi Salamah rodlialloohuanha istri nabi shollallohu'alaihiwasallam, berkata, bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam : Barang siapa yang memiliki hewan qurban yang ingin dia qurbankan, maka apabila telah terbit hilal (awal bulan) Dzul Hijjah , maka jangan sekali-kali mengambil dari rambutnya dan tidak pula dari kuku-kukunya sedikitpun sampai dia sembelih. [HSR Muslim (1977)]
Berkata Ibnu Qudaamah rohimhullooh : jika telah tetap dalil dalam masalah ini, maka hendaknya dia meninggalkan memotong rambut dan memendekkan kuku-kuku, dan apabila dia berbuat larangan tadi, maka beristighfarlah kepada Allooh taaalaa, dan tidak ada fidyah (tebusan) padanya dengan Ijma, baik melakukannya dengan sengaja ataupun kelupaan. [ Lihat Al Mughni 21/453]
Berkata At-Thiibiy rohimahullooh di Misykatul Mashobiih (5/179):
berkata para sahabat As-Syafiiy : yang dimaksud dengan larangan mengambil kuku dan rambut adalah larangan membuang kuku dengan dipotong atau dipatahkan atau yang lainnya (digigit), dan larangan menghilangkan rambut adalah dengan mencukurnya (gundul), atau memangkasnya (memendekkan), atau mencabutnya, atau membakarnya, atau mengambilnya dengan kapur atau yang lainnya dari rambut badannya.
Berkata Ibrohim Al-Marwaziy dan selainnya dari ashaab Syafiiy : hukum semua anggota badan, semuanya sama dengan hukum rambut dan kuku, dan dalilnya adalah dalam riwayat lain: Maka jangan menyentuh sedikitpun dari rambutnya, dan kulitnya.
Dan dalam hadits ini terkandung dalil akan disyariatkannya meninggalkan mengambil rambut dan kuku, setelah masuk bulan Dzul Hijjah, bagi yang ingin berqurban, ada yang mengatakan bahwa hikmah akan larangan ini adalah: agar yang berqurban dalam kondisi sempurna anggota badan untuk dibebaskan dari neraka, berkata At-Taurbasyti : sesungguhnya orang yang berqurban menjadikan qurbannya sebagai penebus dirinya dari adzab pada hari kiamat, dimana dia akan menggunakannya pendekatan diri kepada wajah Allooh yang mulia.
Berkata Syaikh Zakariya Al-An Shooriy rohimahullooh di Asnal Matholib (1/541): Dan dhzohirnya, bahwa itu dikecualikan apa yang harus dibuang ketika khitan, atau operasi dan yang semisalnya, dan sesungguhnya kondisi dibencinya adalah apabila mengambilnya tidak ada kebutuhan padanya, ini disebut oleh sekelompok ulama diantaranya adalah Zarkasyi.
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahullooh di Syarah Mumti(7/486): asal dalam larangan ini adalah harom, adapun hikmahnya adalah: bahwasanya Allooh dengan rohmatnya, ketika memberi kekhususan kepa para jamaah haji dengan hadyu (Qurban), dan Allooh menjadikan untuk ritual haji ada perkara-perkara yang diharomkan dan larangan-larangan, maka larangan-larangan ini jika ditinggalkan maka Allooh akan memberi pahala, sementara yang tidak berihrom haji dan tidak pula umroh, maka mereka disuruh untuk berqurban sepadan dengan qurban para jamaah haji, maka mereka yang berqurban selain haji disyariatkan untuk meninggalkan larangan-larangan orang yang sedang ihrom, seperti mangambil rambut, kulit, dan memotong kuku, dengan tujuan untuk tidak bersolek, maka merekapun demikian, dan merupakan keadilan dari Allooh azza wajalla dan kebijaksanaanNya, sebagaimana muadzin diberi pahala ketika mengumandangkan adzan, dan selain muadzin diberi pahala ketika mengikuti bacaan muadzin dan disyariatkan baginya untuk mengikutinya.
Dan ucapan rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam Bagi yang mau berqurban bisa dipahami darinya, bahwa bagi yang diqurbani (keluarganya) tidak mengapa atasnya untuk mengambil dari rambut dsb, dalilnya adalah sebagai berikut:
Pertama :
dari dzohir hadits diatas, yaitu bahwa keharomannya khusus bagi yang berqurban, dari situ maka keharoman itu hanya pada pemilik rumah (kepala keluarga), adapun anggota keluarga maka tidak harom atas mereka, dikarenakan rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam mengaitkan hukum bagi yang berqurban, maka mafhumnya bagi yang tidak berqurban tidak terkait hukum ini padanya.
Kedua: bahwasanya nabi shollallohu'alaihiwasallam juga pernah berqurban untuk semua anggota keluarganya, dan tidak ada penukilan bahwa beliau mengatakan kepada mereka: jangan kalian ambil rambut dan kuku-kuku kalian sedikitpun, kalau seandainya itu harom tentu nabi shollallohu'alaihiwasallam melarang mereka, inilah pendapat yang roojih.
Dari situ jangan mengambil rambut, kuku,dan kulit sedikitpun, baik rambutnya banyak atau sedikit, baik perkara yang sunnah seperti bulu ketiak dan rambut kemaluan, ataupun yang mubah seperti pangkas rambut, sampaipun kulit yang mengelotok di tumit atau lainnya.
Kalau kukunya terkelupas, dan membuat nyeri maka boleh baginya untuk membuang bagian yang membuat dia sakit, dan tidak ada apa-apa baginya, demikian pula kalau jatuh selembar rambut ke matanya, atau tumbuh didalam kelopak matanya rambut yang mengganggu penglihatannya, lalu dia ambil dengan cupit atau gunting maka itu tidak mengapa karena untuk mengusir nyeri.
MASALAH : kalau ada dari orang yang qurban tetap mengambil itu semua dan melanggar larangan, apakah qurbannya sah dan diterima sebagai qurban?
Jawabannya:
Iya diterima dan sah, akan tetapi dia itu bermaksiat dan berdosa, adapun yang masyhur dikalangan orang awam bahwa qurbannya tidak sah dan tidak diterima sebagai qurban, maka ini tidak benar, karena itu tidak ada kaitannya antara keabsahan qurban dengan mengambil perkara tiga tadi.
MASALAH:
kalau seandainya seseorang baru berniat qurban diwaktu sepuluh Dzul Hijjah, dan dia sudah kadung mengambil rambut kuku dan kulitnya, maka dimulai haromnya sejak dia berniat untuk berqurban. *dengan sedikit ringkasan*
2- Yang Afdhol Menyembelih Sendiri, Tanpa Diwakilkan, Dan Boleh Mewakilkan.
Karena itu adalah pendekatan diri kepada Allooh, maka yang paling utama adalah tidak dilakukan kecuali pemilik qurban.
Juga dikarenakan nabi shollallohu'alaihiwasallam menyembelih sendiri dan menyuruh para shohabat untuk menyembelih sendiri.
Bahkan perempuan-pun kalau mampu boleh melakukannya sendiri, dalilnya adalah hadits Kaab bin Malik rodlialloohu’anhu.
Dari Mu’adz bin Sa’ad atau Sa’ad bin Mu’adz dia menceritakan, bahwa budak perempuan milik Kaab bin Malik sedang menggembala kambing di pegunungan, tiba-tiba salah seekor kambingnya tertimpa penyakit, maka diapun sempat mendapatkannya, lalu dia sembelih dengan sebongkah batu, maka perkara itupun ditanyakan kepada nabi shollallohu'alaihiwasallam, maka beliau menjawab : Makanlah [HSR Bukhori (5186)]
Juga hadits Jabir bin Abdillaah Rodlialloohu’anhuma dalam kisah penggalian parit Khondaq ketika dia melihat keletihan nabi shollallohu'alaihiwasallam dan lapar beliau, lantas beliau pulang menghabari istrinya, dan didalam hadits tersebut dikatakan:
ولنا بهيمة داجن فذبحتها
Dan kami memiliki seekor kambing muda, lalu dia (istrinya Jabir) pun menyembelihnya. [Muttafaq ‘Alaih Bukhori (3876 ) dan Muslim (5436)]
Dan Imam Al-Bukhori telah membuat sebuah bab dalam Shohihnya Bab sembelihan budak perempuan dan budak perempuan lalu beliau menyebutkan hadits diatas.
Berkata Al-Haafidz: bab Imam Bukhori ini seakan-akan beliau mengisyaratkan akan bantahan terhadap orang yang melarangnya yakni dari kalangan sebagian Malikiyah dan Syafiiyah ada yang memakruhkannya-.
Dan didalam kitab Sunan Said bin Manshur dengan sanad yang shohih dari Ibrohim An-Nakhoiiy bahwa beliau mengatakan tentang sembelihan anak kecil dan perempuan: Tidak mengapa jika kuat menyembelih, dan hafal basmalah dan ini adalah pendapat jumhur.
Al-Haafidz melanjutkan : pada hadits ini terdapat pembolehan memakan apa yang disembelih oleh perempuan, baik itu wanita bebas, ataupun hamba sahaya, dewasa ataupun anak-anak, muslimah ataupun kitabiyah (dari Yahudi atau Nashoro), dalam keadaan suci ataupun tidak suci, karena rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menyuruh memakan apa yang disembelih budak tadi, tanpa adanya perincian, demikian Imam Syafiiy menetapkannya, dan ini adalah pendapat Jumhur. [lihat Al-Fath 15/446]
Adapun bolehnya mewakilkan, adalah dengan dalil bahwa nabi shollallohu'alaihiwasallam ketika haji berqurban dengan seratus ekor onta, maka beliau shollallohu'alaihiwasallam menyembelihnya sendiri sebanyak enam puluh tiga ekor, lalu sisanya dipasrahkan kepada Ali bin Abi Tholib rhodlialloohu'anhu. [Lihat Shohih Muslim (3009)]
3- Tidak Sepantasnya Mewakilkan Kepada Non Muslim.
Demikian ucapan Ali bin Abi Tholib, Jabir bin Abdillaah Ibnu Abbas rhodlialloohu'anhum, Al-Hassan Al-Bashriy Ibnu Siirin, Imam Malik bin Anas dan Imam Ahmad rohimahumullooh.
Dalilnya adalah firman Allooh ta’aala:
:﴿ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا﴾ [النساء/141]
“ Dan Allooh sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”.[QS An-Nisa 141]
وقوله تعالى :﴿ وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ﴾ [الأنعام/121] لأن الغالب على الكافر أوالذمي لا يذكرون الله.
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allooh ketika menyembelihnya.
Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaiton itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.[QS Al-Anam 121]
Karena mayoritas non muslim tidak menyebut nama Allooh.
Wajib Membaca Basmalah Ketika Menyembelih
Allooh taaala berfirman:
قال تعالى :﴿ وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ﴾ [الأنعام/119]
“Mengapa kalian tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allooh ketika menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya Allooh telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharomkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. dan Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Robbnmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.[QS Al-Anam ;119]
Juga Allooh azza wajalla mengatakan:
وقال تعالى:﴿ وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ ﴾ [الأنعام/121]
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allooh ketika menyembelihnya.
Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaiton itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.[QS AL-Anam 121]
Tidak halal hewan yang disembelih dengan tanpa menyebut nama Allooh, baik sengaja ataupun tidak sengaja (kelupaan), ini diriwayatkan dari Ibnu Umar, Naafi, As-Syabi, Ibnu Siriin, Imam Malik dalam sebuah riwayat, Imam Ahmad dalam sebuah riwayat, Abu Tsaur dan Daud Adz Dzohiri dan sebagian Syafiiyah mutaakhirin.
Dalilnya adalah ayat diatas, dan hadits-hadits yang berkaitan dengan perintah berbasmalah ketika menyembelih dan masalah hewan buruan, diantaranya:
Hadits Addi bin Haatim dan Abi Tsalabah rodlialloohu'anhuma , bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam:
: "إذا أرسلت كلبك المعلم وذكرت اسم الله عليه فكل ما أمسك عليك".
“Jika engkau utus anjingmu yang terdidik, dan engkau sebut nama Allooh atasnya, maka makanlah apa yang dia buru untukmu.” [Muttafaq Alaih]
Dan hadits Roofi’i bin Khodij rodlialloohu'anhu, bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam:
"ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكلوه".
“Apapun yang bisa mengalirkan darah dan disebut nama Allooh , maka makanlah” [Muttafaq Alaih]
Dan Hadits Ibnu Mas’ud rodlialloohu'anhu bahwa nabi shollallohu'alaihiwasallam mengatakan kepada jin:
"لكم كل عظم ذكر اسم الله عليه" رواه مسلم.
“Untuk kalian setiap tulang yang disebut nama Allooh atasnya” [HSR Muslim]
Dan hadits Jundub bin Sufyan Al-Bajaliy rodlialloohu'anhu , berkata rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam:
"من ذبح قبل أن يصلي فليذبح مكانها أخرى، ومن لم يكن ذبح حتى صلينا فليذبح باسم الله". أخرجاه
“Barang siapa yang menyembelih sebelum sholat, maka hendaknya menyembelih lagi sebagai penggantinya, dan barang siapa yang belum menyembelih samapai kita sholat, maka sembelihlah dengan bismillaah.” [Muttafaq ‘Alaih]
Dan Hadits ‘Aisyah rodlialloohu'anha :
وعن عائشة، رضي الله عنها، أن ناسا قالوا: يا رسول الله، إن قوما يأتوننا باللحم لا ندري: أذكر اسم الله عليه أم لا؟ قال: "سموا عليه أنتم وكلوا". قالت: وكانوا حديثي عهد بالكفر. رواه البخاري.
Bahwa manusia berkata: wahai rosulullooh sesungguh ada beberapa kaum mendatangi kami dengan membawa daging yang kita tidak tahu, apakah disembelih dengan basmalah ataukah tidak, maka rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam mengatakan : kalian ucapkanlah bismillah lalu makanlah Aisyah rodlialloohu'anha mengatakan: dan mereka adalah orang-orang yang barusan keluar dari kekufuran.[ HSR Bukhori]
Sisi pendalilan dari hadits ini, bahwa mereka memahami, basmalah dalam sesembelihan adalah sesuatu yang harus dilakukan, karena mereka khawatir (tidak halal) karena tidak terdapatkannya basmalah dari mereka yang membawa daging, karena baru masuk Islam, maka nabi shollallohu'alaihiwasallam menyuruh mereka untuk berhati-hati dengan mengucapkan basmalah ketika makan, seakan-akan sebagai ganti dari apa yang tertinggal ketika menyembelih, kalau seandainya tidak terucapkan, maka nabi shollallohu'alaihiwasallam menyuruh mereka meletakkan hukum-hukum muslimin sesuai aturannya. (faidah dari tafsir Ibnu Katsir.)
Berkata Syaikhul Islam rohimahullooh sebagaimana di Majmu Fatawa (35/239);
Membaca basmalah ketika menyembelih adalah masyru , akan tetapi dikatakan itu cuma sunnah, sebagaimana ucapan Syafiiy , dan dikatakan wajib, dengan menyengaja dan tidak mengapa bersama kelupaan, sebagaimana ucapan Abu Hanifah , Malik dan Ahmad menurut riwayat yang masyhur darinya, dan dikatakan itu wajib secara mutlak sehingga tidak boleh dimakan daging yang tidak disebut nama Allooh, sama saja meninggalkannya dengan sengaja ataupun lupa, sebagaimana riwayat lain dari Imam Ahmad dan pilihan Abul Khottob dan selainnya dari para salaf, dan ini adalah pendapat yang paling nampak rojih- (kebenarannya).
Karena Al-Kitab (Al-Quran) dan sunnah mengaitkan kehalalan daging yang boleh dimakan, dengan menyebut nama Allooh, tidak cuman dalam satu tempat- kemudian beliau menyebut ayat-ayat diatas dan hadits-haditsnya juga-, lalu beliau menlanjutkan:
Dan berkata rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam kepada para shohabat rodlialloohu'anhuma:
:"فلا تستنجوا بهما فإنهما زاد إخوانكم من الجن".
“Maka kalian jangan beristinja (cebok) dengan keduanya, tulang dan kotoran hewan, karena keduanya bekal saudara kalian dari jin” [HSR Ibnu Abi Syaibah dll]
Maka tidak halal untuk jin mu’min, kecuali apa yang disebut nama Allooh, maka bagaimana dengan manusia.
Akan tetapi jika ada yang mendapatkan sebuah daging yang disembelih orang lain, maka boleh baginya untuk menyantapnya dengan menyebut nama Allooh, karena pembawaan asal mereka diatas shohih keislamannya.- lalu beliau menyebutkan hadits Aisyah rodlialloohu'anha diatas.
Dan beliau ditanya tentang sembelihan yang diyakini bahwa menyembelihnya tanpa menyebut nama Allooh, bolehkan dimakan, dan apakah bejana yang digunakan menjadi najis?
Maka beliau menjawab: Alhamdulillaah, membaca basmalah dalam menyembelih adalah wajib, dengan kitab dan sunnah, dan itu adalah ucapan jumhurul ulama, akan tetapi jika seseorang tidak mengetahui apakah sipenyembelih mengucapkan basmalah atau tidak? Maka boleh memakannya, dan jika yakin bahwa sipenyembelih tidak mengucapkan basmalah, maka tidak boleh memakannya, demikian pula hewan qurban.[lihat Majmu 35/240]
FAIDAH:
Ucapan basmalah terhadap sesembelihan bisa teranggap adalah ketika saat penyembelihan, atau dalam waktu yang dekat darinya, sebagaiamana dianggapnya bersuci.
Adapun apabila dia mengucapkan basmalah untuk seekor kambing tertentu, kemudian mengambil kambing yang lain dengan niatan basmalah tadi, maka itu tidak diperbolehkan, baik kambing yang pertama di lepas atau disembelih, karena dia belum berniat untuk yang kedua, maka tidak halal.
Dan kalau dia itu bodoh dengan hukum ini pun tetap tidak halal, dan tidak bisa dikatagorikan lupa, dikarenakan lupa terlepas darinya iqob, sedangkan yang jahil tetap terkena, makanya orang yang berpuasa makan disiang hari karena bodoh harus mengqodo, beda dengan yang lupa.
Jika dia telah membaringkan qurban untuk dia sembelih, dan telah mengucapkan basmalah, lalu dia melemparkan pisau dan mengganti dengan pisau lainnya, atau dia menjawab salam, atau mengajak bicara orang, atau minta air minum, dan yang semisal itu, lalu dia menyembelih, maka itu dibolehkan dan halal, karena dia telah menentukan kambing tersebut dengan basmalahnya, dan tidak memutus antara keduanya , kecuali waktu pendek maka seakan-akan dia seperti tidak berbicara .
Sesembelihan Ahlul Kitab.
Dibolehkan selama mengucapkan basmalah.
Dengan dalil firman Allooh ta’ala :
( الْيَوْمَ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَهُمْ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ( [المائدة : 5]
Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu.[ QS Al-Maidah (5)]
Berkata Ibnu Katsir rohimahullooh ditafsirnya (3/40): Ini adalah perkara yang telah disepakati oleh semua ulama, bahwa sesembelihan mereka adalah halal untuk kaum muslimin, karena mereka meyakini keharoman menyembelih untuk selain Allooh, dan mereka tidak menyebutkan dalam sesembelihan mereka kecuali nama Allooh, sekalipun berkeyakinan padaNya sesuatu yang Allooh bersih dari ucapan mereka.
Berkata Ibnul Qoyyim rohimahullooh dikitab Ahkaam Ahli Dzimmah (1/504): berkata Ishaq bin Manshur : berkata Abu Abdillah (Ahmad bin Hambal): tidak mengapa seorang ahlil kitab menyembelih untuk kaum muslimin, tapi selain qurban.
Berkata Hambal bin Ishaq: aku mendengar Aba Abdillah mengatakan: tidak mengapa dengan sesembelihan Ahlil kitab jika mereka mengucapkan tahlil untuk Allooh dan menyebut nama Allooh, karena Allooh mengatakan: dan jangan kalian memakan dari sesembelihan yang disebut nama selain Allooh.
Adapun kalau mereka menyembelihnya dengan selain nama Allooh , seperti nama Yesus, nama Uzair, nama Maryam dsb, maka itu harom.
Berkata Ali bin Abi Tholib rodlialloohu'anhu :
إذا سمعت النصراني يقول باسم المسيح فلا تأكل وإذا لم تسمع فكل فقد أحلت لنا ذبائحهم “
Jika engkau mendengar orang Nasroni mengatakan dengan nama Al-Masih Nabi Isa shollallohu'alaihiwasallam (Yesus), maka jangan kamu makan, dan apabila kamu tidak mendengarnya maka makanlah, karena sungguh telah di halalkan untuk kita sesembelihan mereka.
أن امرأة سألت عائشة فقالت إن لنا أظئارا من العجم لا يزالون يكون لهم عيد فيهدون لنا فيه أفنأكل منه فقالت أما ما ذبح لذلك اليوم فلا تأكلوا منه ولكن كلوا من أشجارهم
Ada seorang perempuan bertanya kepada Aisyah rodlialloohu'anha, dia mengatakan: kami memiliki tetangga perempuan dari orang asing, dan mereka masih merayakan hari raya mereka, dan selalu mereka menghadiahi kita , apakah boleh kita memakannya??
Maka beliau menjawab: Adapun sesembelihannya untuk hari itu, maka jangan kalian makan, akan tetapi makanlah dari hasil tanaman mereka.
عن ابن عمر قال ما ذبح للكنيسة فلا تأكله
Dari Ibnu ‘Umar rodlialloohu'anhuma berkata: apa yang disembelih untuk gereja, maka jangan kamu makan. [ lihat semuanya di Ahkaam Ahli Dzimmah karya Ibnul Qoyyim1/524]
Beliau menambah: Maka Al-Qur’an dengan terangnya mengharomkan apa yang disembelih untuk selain Allooh, dan ini umum pada semua sesembelihan, baik dari penyembah berhala ataupun ahli kitab, jika mereka menyembelihnya untuk selain Allooh, dan pembolehan sembelihan mereka (ahlil kitab) walaupun mutlak, akan tetapi terikat selama mereka tidak menyembelih dengan selaian nama Allooh, maka tidak boleh membatalkan ikatan, bahkan harus dibawa yang mutlak kepada yang muqoyyad.
Dan firman Allooh dan makanan orang-orang yang diberi kitab halal untuk kalian itu bersifat umum, pada hal-hal yang mereka sembelih atas nama Allooh, dan apa-apa yang disembelih atas nama selain Allooh; adalah khusus dari apa yang disembelih dengan nama selain Allooh, maka lafadzh itu tetap pada keumumannya pada selainnya.
Berkata Al-Maawardiy di Al Haawi: berkata As Syafiiy rohimahullooh: tidak halal sembelihan Nashoro Arob, dan ini adalah ucapan Ibnu Umar.
Berkata Al-Maawardiy : sembelihan Nasoro ada beberapa bagian :
Pertama: hukumnya mubah, yaitu mereka anak keturunan Isroil, dan siapa yang beragama dengan agama mereka sebelum adanya perobahan, dan tidak berkeyakinan pada Uzair dan Al-masih bahwa keduanya adalah anak Allooh. Maka sesembelihan mereka halal, baik mereka ahlu dzimmah (mereka yang tinggal dilingkungan kaum muslimin) ataupun ahli harb (dalam kondisi perang), karena firman Allooh : Dan makanan mereka halal untuk kalian .
Kedua: hukumnya harom, yaitu dari mereka yang masuk keagama Yahudi atau Nasroni (murtad, bukan asli), setelah terjadinya perobahan, seperti orang Nasoro Arob dan yang sejenis dengan mereka dari kalangan Yahudi dan Nasroni, maka sesembelihan mereka harom, tidak halal, karena tecabutnya kehormatan mereka.
Ketiga: yang diperselisihkan dari mereka , yaitu mereka bani Isroil dari kalangan Yahudi dan Nasroni dimana mereka mengatakan Uzair dan Al-Masih adalah anak Allooh, maka dalam sesembelihan mereka ada dua sisi menurut para sahabat kita ( Syafiiyah), salah satunya adalah halal, dikarenakan Allooh taaala telah membolehkan sembelihan mereka bersamaan dengan adanya pemberitaan tentang perihal mereka, dan ini pendapat mayoritas, yang kedua : tidak halal sembelihan mereka, karena ucapan mereka yang telah mengeluarkan mereka dari lingkup tauhid kedalam syirik, maka tertuju penghalalan sembelihan mereka, kepada mereka yang masih murni tauhidnya, adapun selain mereka, maka sudah keluar dari hukum asal, dan pendapat kedua ini menurutku yang lebih akurat. [ lihat Al-Haawi (15/94]
SEMBELIHAN ORANG YANG MENINGGALKAN (TIDAK) SHOLAT
Di dalam kitab Fatawa Ibnu Baaz rohimahullooh (10/274): tertera:
س : هل يجوز الأكل من ذبائح تارك الصلاة عمدا ؟ علما أنه إذا أخبر بذلك احتج بأنه كان ينطق بالشهادة ، كيف العمل إذا لم يوجد أي جزار يصلي ؟
ج : الذي لا يصلي لا تؤكل ذبيحته ، هذا هو الصواب ؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم : « بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة » أخرجه مسلم في صحيحه ، عن جابر بن عبد الله الأنصاري رضي الله عنهما ، وقول الرسول عليه الصلاة والسلام :
« العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر » أخرجه الإمام أحمد ، وأهل السنن الأربع بإسناد صحيح من حديث بريدة بن الحصيب الأسلمي رضي الله عنه ، وقوله صلى الله عليه وسلم : « رأس الأمر الإسلام وعموده الصلاة » (4) أخرجه الإمام أحمد ، والترمذي بإسناد صحيح ، عن معاذ بن جبل رضي الله عنه ، فكل شيء سقط عموده لا يستقيم ولا يبقى ، ومتى سقط العمود سقط ما عليه .
وبذلك يعلم أن الذي لا يصلي لا دين له ، ولا تؤكل ذبيحته ، وإذا كنت في بلد ليس فيها جزار مسلم فاذبح لنفسك ، واستعمل يدك فيما ينفعك ، أو التمس جزارا مسلما ولو في بيته حتى يذبح لك ، وهذا بحمد الله ميسر فليس لك أن تتساهل في الأمر .
Pertanyaan:
apakah boleh memakan dari sembelihan peninggal sholat dengan sengaja? Perlu diketahui bahwa jika dia dikasih tahu dia beralasan bahwa dia bersyahadat, dan bagaimana kita berbuat jika kita tidak mendapatkan penyembelih yang sholat?
Jawaban:
orang yang tidak sholat tidak boleh dimakan sesembelihannya, inilah yang benar, karen ucapan nabi shollallohu'alaihiwasallam Antara seorang dengan kekafiran adalah meninggalkan sholat dikeluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Abdillah Al-Anshoriy rodlialloohu'anhu.
dan juga ucapan rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam:
Perjanjian antara kita dengan mereka adalah sholat, maka barang siapa meninggalkannya maka dia telah kafir dikeluarkan oleh Ahmad dan Ashabussunan Al-Arba dengan sanad yang shohih dari Buroidah bin Hushoib Al-Aslamiy rodlialloohu'anhu.
Dan ucapan rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam Pokok perkaranya adalah Islam,dan tiangnya adalah sholat Dikeluarkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dengan sanad yang shohih dari Muadz bin Jabal rodlialloohu'anhu.
Maka segala sesuatu kalau sudah jatuh tiangnya, maka tidak akan tegak lurus, dan tidak tersisa, maka kapan runtuh tiangnya akan runtuh pula apa yang ada diatasnya.
Maka dengan itu diketahui, bahwa orang yang tidak sholat, tidak ada agama padanya, dan tidak boleh dimakan sembelihannya, dan jika engkau berada dinegri yang tidak ada tukang jagal muslim, maka kamu sembelih sendiri, dan gunakan tanganmu untuk hal yang bermanfaat untuk dirimu, atau cari tukang jagal muslim walaupun harus menyembelih dirumahnya, dan ini mudah Al-hamdulillah, dan tidak boleh bagimu untuk bermudah-mudah dalam perkara ini.
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahullooh:
وإذا حكمنا على تارك الصلاة بالكفر .. فهذا يقتضي أنه تنطبق عليه أحكام المرتدين .. فلا يصح أن يُزوَّج .. فإن عُقد له وهو لا يصلي فالنكاح باطل .. وإذا ترك الصلاة بعد أن عُقد له فإن نكاحه ينفسخ ولا تحل له الزوجة .. وإذا ذبح لا تؤكل ذبيحته لأنها حرام .. ولا يدخل مكة .. ولو مات أحد من أقاربه فلا حق له في الميراث .. وإذا مات لا يغسل ولا يكفن ولا يصلى عليه ولا يدفن مع المسلمين .. ويحشر يوم القيامة مع الكفار .. ولا يدخل الجنة .. ولا يحل لأهله أن يدعوا له بالرحمة والمغفرة لأنه كافر .. ]موسوعة الرد على الصوفية - (12 / 50)[
dan jika kita telah menghukumi terhadap orang yang meninggalkan sholat adalah kafir, maka ini berakibat terealisasinya semua hukum-hukum orang kafir padanya, maka :
Tidak sah untuk dinikahi, jika terjadi akad sementara dia tidak sholat maka nikahnya batal, dan apabila dia meninggalkan sholatnya setelah akad nikah, maka nikahnya rusak tidak sah baginya nikah.
Dan apabila dia menyembelih, maka tidak boleh dimakan sesembelihannya, karena itu harom. Dan tidak boleh dia masuk Makkah. Kalau mati salah satu keluarga dari mereka yang sholat, maka tidak ada hak baginya harta warisannya.
Dan jika dia mati maka tidak usah dimandikan, tidak perlu dikafani, dan tidak boleh disholati dan dikubur bersama kaum muslimin.
Dia nanti akan dikumpulkan bersama orang-orang kafir.
Tidak akan masuk sorga.
Dan tidak halal bagi keluarganya untuk mendoakannya dengan rohmat, dan ampunan, karena dia itu kafir.
SEMBELIHAN ORANG GILA, ORANG BISU DAN PEMABOK.
وقد نقل الوزير ابن هبيرة الإجماع على اعتبار ذلك فقال: ( أجمعوا على أن الذبائح المعتد بها ، ذبيحة المسلم العاقل ، والمسلمة العاقلة ، القاصدين للتذكية ، الذين يتأتى منهم الذبح ، وقال: اتفقوا على أن ذكاة المجنون وصيده لا يستباح أكله ) اهـ
Didalam Majalah Buhuts Islamiyah (17/62) disebutkan :
Dan telah menukil Al-Waziir Ibnu Hubairoh Ijma atas perkara ini, dia mengatakan: Sepakat para ulama bahwasanya sesembelihan yang dianggap adalah sembelihan orang muslim yang berakal, perempuan muslimah yang berakal, yang ada kesengajaan dalam menyembelih, dan yang mampu menyembelih, dan dia juga mengatakan: bahwa sembelihan orang gila dan buruannya tidak halal dimakan.
Dari situ maka sembelihan perempuan, orang yang belum khitan, orang buta, perempuan haidhl, orang junub dan yang semisal mereka semua adalah sah.
Berkata Ibnu Utsaimin rohimahullooh di Fatawa Nur Aladdarb (610):
Sembelihan orang gila tidak halal dimakan, karena sembelihannya tidak benar, hal itu dikarenakan diantara syarat penyembelihan adalah: adanya kesengajaan, sedangkan orang gila tidak sah darinya niat, karena barangkali terluput darinya membaca basmalah, padahal membaca basmalah adalah syarat dalam halalnya sembelihan, karena firman Allooh taaala:
(وَلا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرْ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ)
“Dan janganlah kalian makan dari apa yang tidak disebut nama Allooh padanya.”
Sebagaimana juga barang kali terluput darinya memotong apa yang wajib dipotong, yaitu dua urat leher, dan keduanya adalah dua urat tebal yang nampak dan keluar darinya darah, dan itu harus dipotong ketika menyembelih, karena ucapan rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam:
(ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكل)
“Apa yang bisa mengeluarkan darah dan disebut nama Allooh maka makanlah”
Dan keluarnya darah seperti sungai tidak terjadi kecuali dengan memotong kedua urat ini, dan telah diriwayatkan dari rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam:
(نهى عن شريطة الشيطان)
“Bahwa beliau melarang sembelihan syaithon”
Yaitu sembelihan yang tidak terputus dua uratnya.
Intinya bahwa orang gila sembelihannya tidak memenuhi syarat, baik ketidak adanya kesengajaan (niat), dan dikhawatirkan tidak mengucap basmalah, dan tidak memotong apa yang wajib dipotong, dan ini semua diantara sebab tidak halalnya dimakan sembelihannya.
Dan para ulama telah menetapkan bahwa diantara syarat sahnya sembelihan adalah keadaan penyembelih itu berakal.
SEMBELIHAN ORANG CIDAL (Yang Tidak Jelas Bicaranya)
Berkata Ibnu Mundzir di Ijma (1/12):
وأجمعوا على إباحة ذبيحة الأخرس
Sepakat para ulama akan halalnya sembelihan Ahkros (orang yang tidak fasih dalam berbicara).
Didalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah (20/94) tertera:
إلاّ أنّ الحنابلة قالوا : إن كان المذكّي أخرس أومأ برأسه إلى السّماء ، ولو أشار إشارةً تدلّ على التّسمية ، وعلم أنّه أراد التّسمية ، كان فعله كافيًا لقيام إشارته مقام نطقه
Hanya saja orang-orang penghusung madzhab Hambali mengatakan: kalau sipenyembelih orang Ahkros dia berisyarat dengan kepalanya ke langit, walaupun dengan sebuah isyarat yang menunjukkan ucapan basmalah, dan diketahui bahwa dia ingin mengucapkan basmalaah, maka perbuatan itu dianggap cukup, karena isyarat menduduki kedudukan ucapan.
SEMBELIHAN ORANG BUTA
Berkata Al-Maawardiy rohimahullooh di Al-Haawiy (15/209):
فَأَمَّا ذَبِيحَةُ الْأَعْمَى ، فَمَكْرُوهَةٌ وَإِنْ حَلَّتْ خَوْفًا مِنْ أَنْ يَخْطَأَ مَحَلَّ الذَّبْحِ ، وَلَا تُمْنَعُ مِنَ الْإِبَاحَةِ كَالْبَصِيرِ إِذَا ذَبَحَ مُغْمِضُ الْعَيْنَيْنِ أَوْ فِي ظُلْمَةٍ
Adapun sembelihan orang buta, maka makruh hukumnya, sekalipun halal dimakan, karena dikhawatirkan adanya kesalahan dalam tempat penyembelihannya, dan tidak tercegah dari bolehnya seperti orang yang melihat jika dia menyembelihnya sembari memejamkan kedua mata atau ditempat gelap gulita.
TATA CARA PENYEMBELIHAN DAN ADABNYA.
Alat Menyembelih.
Disayaratkan dalam alat menyembelih dengan dua syarat:
Hendaknya tajam dan bisa memotong atau bisa merobek dengan mata tajamnya, bukan merobek karena beratnya.Bukan gigi atau tulang ataupun kuku.
Dalilnya adalah hadits Roofi’ bin Khodij rodlialloohu'anhu
قلت « يا رسول الله ، إنا نلقى العدو غدا وليس معنا مدى ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: " ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكلوا ما لم يكن سنا أو ظفرا ، وسأحدثكم عن ذلك ، أما السن فعظم ، وأما الظفر فمدى الحبشة » رواه الجماعة
Aku bertanya: wahai rosulullooh, kita akan berhadapan dengan musuh besok, sementara kita tidak memiliki pisau? Maka rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menjawab:
“Apapun yang bisa mengalirkan darah, dan disebut nama Allooh maka makanlah, selama bukan gigi atau kuku, dan akan beritahu kalian akan masalah ini, adapun gigi; maka itu adalah tulang, adapun kuku maka itu adalah pisaunya orang Habasyah. [HSR Jamaah]
Maka apabila telah terkumpul dua syarat dalam alat ini; maka sah sebagai alat untuk menyembelih, baik itu besi, atau batu atau kayu, atau bambu atau kaca dll.
Dalam kitab Kifaayatul Akhyar (1/677) tertulis:
Dibolehkan menyembelih dengan semua alat yang bisa melukai kecuali gigi dan kuku, dan dibolehkan menyembelih dengan sesuatu yang memiliki ketajaman yang bisa memotong, baik dari besi seperti: pedang pisau tombak, atau dari timah seperti : peluru, atau dari tembaga, atau dari emas, atau kayu yang tajam, atau bambu, atau kaca, atau batu.
Maka boleh menyembelih dengan itu semua, dan halal pula untuk berburu , kecuali gigi dan kuku dan semua tulang, maka tidak halal dengannya, sama saja tulang manusia atau tulang selainnya, dan sama saja sudah terpisah atau masih bersambung.
MENGASAH DAN MENAJAMKAN ALAT
Dengan dalil hadits Syaddad bin Aush rodlialloohu'anhu :
ثنتان حفظتهما عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( إن الله كتب الإحسان على كل شيء فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبح وليحد أحدكم شفرته فليرح ذبيحته ) [رواه مسلم- ( 1955 ) ]
Dua perkara yang aku hafal dari rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam beliau berkata:” Sesungguhnya Allooh mewajibkan berbuat baik dalam segala sesuatu, maka jika kalian membunuh, maka perbaikilah dalam cara membunuhnya (tidak memutilasi), dan apabila menyembelih maka perbaikilah cara menyembelihnya, asahlah pisau kalian dan tenangkanlah (buatlah tenang) qurbannya.’’ {HSR Muslim (1955)]
* عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه و سلم أمر بكبش أقرن يطأ في سواد ويبرك في سواد وينظر في سواد فأتي به فقال لها : يا عائشة هلمي المدية .ثم قال( اشحذيها بحجر ) ففعلت ثم أخذها وأخذ الكبش فأضجعه ثم ذبحه ثم قال :" باسم الله اللهم تقبل من محمد وآل محمد ومن أمة محمد ." ثم ضحى به. [رواه مسلم( 1967 )]
Dan dari ‘Aisyah rodlialloohu'anha bahwasanya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menyuruh untuk didatangkan kepada beliau kambing yang bertanduk, yang kakinya hitam dan dadanya juga hitam, dan matanya juga hitam, maka kambing itupun didatangkan kepada beliau, maka nabi shollallohu'alaihiwasallam mengatakan: Wahai Aisyah, tolong ambilkan pisau! lalu beliau mengatkan: Tolong diasah dahulu dengan batu, maka Aisyah pun melakukannya, lalu nabi mengambil kambing tersebut, terus ditidurkan lalu beliau sembelih, sembari mengatakan: Bismillaah, ya Allooh terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad lalu nabi shollallohu'alaihiwasallam berqurban dengannya.[ HSR Muslim ( 1967 )]]
Berkata Imam Nawawi rohimahullooh di Syarah Muslim (13/107): kata-kata (wal yurih dzabihatahu) -hendaknya menenangkan sembelihannya: dengan cara menajamkan pisau, dan menyegerakan memotongnya dan lainnya.
Dan disunnahkan untuk tidak mengasah pisau dihapan hewan yang mau disembelih.
Dan jangan menyembelih salah satunya dihadapan yang lain.
Dan jangan menyeretnya (dengan kasar) ketempat penyembelehannya.
Maka ucapan nabi shollallohu'alaihiwasallam dan indahkanlah dalam membunuh itu umum dalam segala penghilangan nyawa, baik dalam menyembelih, ataupun membunuh karena qisos, ataupun hukum pidana, maka hadits ini merupakan hadist yang merangkum untuk kaidah-kaidah Islam. Walloohu a’lam.
MENYAYANGI BINATANG YANG MAU DISEMBELIH
وفي " مسند الإمام أحمد "عن معاوية بنِ قُرة ، عن أبيه : أنَّ رجلاً قال للنَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - : يا رسولَ اللهِ إني لأذبحُ الشاةَ وأنا أرحمها ، فقال النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - : (( والشاة إنْ رحمتها رَحِمَكَ الله ))
Didalam musnad Ahmad (3/45, 436/3)
dari Mu’awiyah bin Qurroh dari bapaknya berkata: ada seorang laki-laki berkata kepada rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam : Wahai rosulullooh! Sungguh aku menyembelih seekor kambing dan aku menyayangnya.
Maka rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam mengatakan : Walaupun seekor kambing, kalau engkau merohmatinya niscaya Allooh akan merohmatimu. [HSR Ahmad, Bukhori di Adabul Mufrod (373) dll dengan sanad yang shohih]
Berkata Imam Ahmad rohimahullooh: hendaknya kambing digiring ketempat penyembelihannya dengan lembut, dan pisaunya disembunyikan darinya, dan jangan menampakkannya kecuali ketika hendak menyembelih, nabi shollallohu'alaihiwasallam menyuruh demikian yaitu menyembunyikan pisau.
Dan beliau juga menambahkan: banyak perkara tersembunyi bagi binatang , akan tetapi tidak tersembunyi baginya pengenalan akan Robbnya dan mengetahui kematian.
Dan diriwayatkan dari Ibnu Saabith bahwa beliau mengatakan: bahwa binatang ditetapkan pada segala sesuatu , hanya saja dia itu tahu Robbnya dan takut kematian.[ Lihat Jamiul Ulum (2/18)]
TATA CARA PENYEMBELIHAN
Merobohkan kambing atau sapi kesebelah kiri, meletakkan kaki kanan sipenyembelih dipunggung sebelah kanan, membaca basmalah dan bertakbir dan berdoa, lalu memotong dua urat dengan tangan kanan.
* عن أنس قال ضحى النبى - صلى الله عليه وسلم - بكبشين أملحين ، فرأيته واضعا قدمه على صفاحهما يسمى ويكبر ، فذبحهما بيده . [رواه البخارى (5558 )]
Dari Anas bin Malik rodlialloohu'anhu berkata: rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor kambing putih, maka aku lihat beliau meletakkan telapak kakinya dipunggung keduanya, membaca basmalah dan bertakbir, dan beliau menyembelihnya dengan tangan beliau. [HSR Bukhori (5558)]
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنه قال :أن رسول الله صلى الله عليه وسلم اتي بكبشين أملحين عظيمين أقرنين موجوئين فأضجع احدهما وقال : بسم الله والله أكبر ، اللهم عن محمد وأمته من شهد لك بالتوحيد وشهد لي بالبلاغ . [ قال الألباني في إرواء الغليل(ج 4 / ص 351): أخرجه الطحاوي وأبو يعلى في ( مسنده ) ( 105 / 2 ) والبيهقي ( 9 / 268 ) . قلت : وإسناده حسن رجاله ثقات رجال مسلم غير ابن عقيل وفيه كلام لا ينزل به حديثه عن رتبة الحسن وقد قال الهيثمي ( 4 / 22 ) : ( رواه أبو يعلى وإسناده حسن ) . ]
Dari Jaabir rodlialloohu'anhu berkata : bahwa rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam didatangkan kepada beliau dua ekor kambing putih, besar (gemuk), dan bertanduk, maka beliau membaringkan salah satu dari keduanya, lalu beliau berdoa: Bismillaah, Alloohu Akbar, Ya Allooh ini dari Muhammad dan umatnya yang bersaksi kepadaMu dengan tauhid, dan bersaksi untukku dengan penyampaian risalah.
[ HHR Thohawi , Abu Yala dll, dihasankan oleh Al-Albaaniy di Irwa (4/351)]
Berkata Ibnu Qudamah : kalau dia menambah ucapannya:
: اللهم هذا منك ولك “،” اللهم تقبل مني ، أو من فلان ، فحسن”. وإن هلل ، أو سبح ، أو كبر ، أو حمد الله تعالى ، احتمل الإجزاء ؛ لأنه ذكر اسم الله تعالى على وجه التعظيم ، واحتمل المنع ؛ لأن إطلاق التسمية لا يتناوله وهذا هوالراجح .وإن ذكر اسم الله تعالى بغير العربية ، الصحيح أنه لا يجزئ .
Ya Allooh ini dariMu dan untukMu, ya Allooh terimalah dariku, atau dari Fulan, maka itu bagus.
Kalau dia mengucapkan tahlil, atau tasbih, atau takbir, atau tahmid, kemungkinan dibolehkan karena itu adalah dzikir, menyebut nama Allooh, dari sisi pengagungan, dan kemungkinan juga tidak dibolehkan (terlarang), dikarenakan dalam nash kemutlakan basmalah tidak mencakupnya, dan ini adalah yang rojih, dan jika menyebut nama Allooh tanpa bahasa Arob, maka itu tidak dibolehkan menurut pendapat yang shohih.
Berkata Al-Haafidz rohimahullooh di Al Fath (10/18) : dalam hadits ini terkandung sunnahnya bertakbir beserta basmalah, dan disunnahkannya meletakkan kaki sipenyembelih diatas sisi leher kanan kambing, dan membaringkannya dari sebelah kiri, agar memudahkan untuk menyembelihnya ketika mengambil pisau dengan tangan kanan, dan memegang kepalanya dengan tangan kiri.
FAEDAH :
Tidak harus bagi si penyembelih untuk mengatakan ketika menyembelih : dari siapa, karena niat sudah mewakilinya, dan ini tidak diketahui adanya khilaf, bahwa sekedar niat sudah mencukupi.
Kalaupun dia menyebutkan dari siapa sesembelihan ini maka itu bagus, sebagaimana dalam riwayat diatas, berkata Al-Hasan : sipenyembelih mengatakan : Bismillaah, Allooh Akbar, ini dariMu dan untukMu, terimalah dari Fulan. Lihat Al-Mughniy.
Adapun onta, maka yang sunnah adalah menaharnya, yakni menusuk dengan tombak atau semisalnya di antara pangkal leher dan dada.
Dan ini tidak ada khilaf diantara ahli ilmi, Allooh taaala menyatakan:
﴿ فصل لربك وانحر ﴾
“Maka sholatlah untuk Robbmu dan naharlah”
﴿ إن الله يأمركم أن تذبحوا بقرة ﴾
“Sesungguhnya Allooh menyuruh kalian untuk menyembelih sapi”
Berkata Mujahid : Allooh menyuruh kita untuk menahar, dan menyuruh Bani Isroil untuk menyembelih, karena rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam diutus kepada kaum yang binatang ternak mereka adalah onta, maka disunnahkan untuk menahar, adapun bani Isroil ternak mereka adalah sapi, maka mereka disuruh untuk menyembelih.
Dan telah tetap bahwasanya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam menahar onta-ontanya, dan menyembelih korban dua kambingnya dengan tangannya.
Didalam Majmu Fatawa Ibnu Baaz rohimahullooh (20/54) tertera:
Sifat Penyembelihan Hewan Qurban.
Pertanyaan: Bagaimanakah tata cara penyembelihan yang syari ??
Beliau menjawab: penyembelihan yang syariy untuk onta, sapi dan kambing adalah dengan memotong saluran nafas , saluran makan dan dua rongga (urat leher) yang mengelilingi leher, jika keduanya dipotong maka darah akan mengucur deras, maka apabila keempat ini dipotong, maka sembelihan halal menurut seluruh ulama.
Kondisi kedua: memotong saluran nafas dan saluran makanan serta salah satu urat saja, maka inipun halal dan sah serta baik, walaupun nilainya dibawah yang pertama.
Kondisi ketiga: memotong saluran nafas dan saluran makanan saja tanpa dua urat, maka itupun shohih dan itu pendapat banyak dari kalangan ulama, dan dalilnya adalah: ucapan nabi shollallohu'alaihiwasallam di Shohih Bukhori (3208) dan Muslim (3638) : Apapun yang mengalirkan darah dan disebut nama Allooh maka makanlah , selain gigi dan kuku.
Inilah yang menjadi pilihan dalam masalah ini.
Dan yang sunnah dalam menahar onta, adalah dengan memberdirikan tiga kakinya dengan mengikat kaki depan sebelah kiri, lalu menusuk kerongkongan antara leher dan dada.
Adapun untuk sapi dan kambing maka yang sunnah adalah menyembelihnya, dalam keadaan dia terbaring disisi sebelah kiri.
Sebagaimana sunnahnya ketika menyembelih dan menahar mengarahkan ke qiblat, dan itu bukan wajib cuma sunnah saja, kalau menyembeleh keselain arah qiblat maka halal-halal saja, demikian pula kalau menahar yang harusnya disembelih dan menyembelih yang harusnya dinahar, juga halal-halal saja walaupun menyelisihi sunnah. Wabillaahi Taufiq.
APAKAH HARUS MENGHADAP-KAN QURBAN KE ARAH QIBLAT ?
Tidak harus menghadapkan sembelihannya kearah qiblat, karena itu bukan syarat menyembelih, ataupun syaria’t rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam.
Di kitab Mushonnaf ‘Abdur Rozzaq” (4/489 no 8586) tertera:
عن الثوري عن حماد عن إبراهيم قال سألته عن الرجل يذبح إلى القبلة فيميل إلى غير القبلة قال لا بأس به قال وقال جابر قال لا يضرك وجهت إلى القبلة أو لم توجهه
Dari Ats-Tsauri dari Hammad dari Ibrohim berkata: aku menanyakannya tentang seorang lelaki menyembelih kearah qiblat dan agak condong keselain qiblat, maka dia menjawab: tidak mengapa, dia mengatakan bahwa Jabir rodlialloohu'anhu mengatakan: tidak membahayakanmu sama sekali, apakah engkau hadapkan ke qiblat ataukah tidak engkau hadapkan. [ sanadnya Shohih]
Berkata Al-Hamd di Syarah Zaadul Mustaqni (21/29):
شرح زاد المستقنع للحمد - (29 / 21) يكره ان يوجه البهيمه الى غير القبله .ولا دليل على الكراهيه ، بل ولا هناك نص ظاهر يدل على استحباب ذلك
Tidak ada dalil akan dibencinya menghadapkan qurban keselain qiblat, dan tidak pula ada nash yang nyata terang-terangan yang menunjukkan akan disunnahkan hal itu.
Berkata Ibnu Qudamah rohimahullooh di Al-Mughniy (11/60):
يستحب ان يستقبل بها القبلة روي ذلك عن ابن عمر وابن سيرين وعطاء والثوري والشافعي وأصحاب الرأي وكره ابن عمر وابن سيرين أكل ما ذبح لغير القبلة والاكثرون على أنه لا يكره لان أهل الكتاب يذبحون لغير القبلة، وقد أحل الله سبحانه ذبائحهم.
Di sunnahkan untuk menghadapkan qurban kearah qiblat, diriwayatkan hal itu dari Ibnu Umar, dan Ibnu Siirin, ‘Atho’, At-Tsauri, As-Syafi’iy dan Ash-Habur ro’yi.
Ibnu ‘Umar dan Ibnu Siirin membenci memakan apa yang disembelih keselain arah qiblat, adapun mayoritas mereka tidak memakruhkannya, karena ahlul kitab mereka menyembelih tanpa mengahadapkan sembelihan ke arah qiblat, padahal Allooh telah menghalalkan sesembelihan mereka.
Adapun hadits yang berkaitan dengan keutamaan menghadap qiblat ketika menyembelih, maka itu doif (lemah), datang dari Aisyah rodlialloohu'anha dikeluarkan oleh Ad-Dailmiy (2/425 nomor 3873) tanpa sanad dan Abdurrozzaq di Mushonnafnya (8167) dari jalan Abu Said As-Syaamiy dari ‘Atho bin Abi Robah, dari ‘Aisyah rodlialloohu'anhu bahwasanya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam bersabda:
“ضحوا وطيبوا بها أنفسكم فإنه ليس من مسلم يوجه ضحيته إلى القبلة الا كان دمها وفرثها وصوفها حسنات محضرات في ميزانه يوم القيامة وكان يقول أنفقوا قليلا تؤجروا كثيرا إن الدم وإن وقع في التراب فهو في حرز الله حتى يوفيه صاحبه يوم القيامة”
Berkorbanlah kalian, dan perbaikilah dengan qurban itu diri kalian (ikhlashkanlah), karena tidaklah dari seorang muslimpun yang menghadapkan qurbannya ke qiblat kecuali darahnya, kotorannya, dan bulunya, semua menjadi kebaikan yang akan didatangkan di timbangannya pada hari qiamat . dan beliau juga mengatakan: Berinfaqlah kalian, walaupun sedikit akan diganjar banyak, sesungguhnya darah qurban sekaliapun jatuh ditanah maka itu berada di penjagaan (simpanan) Allooh sampai ditunaikan kepada pemiliknya pada hari qiamat.[ Hadits ini dhoif, karena didalamnya ada perowi bernama Abu Said As-Syaamiy, atau Abu Said Al-Wahhadziy namanya Abdul Quddus, majhul, didhoifkan oleh Al-Baihaqiy dll.]
Juga hadits Jabir bin ‘Abdillaah rodlialloohu'anhu di Sunan:
عن جابر بن عبد الله – رضي الله عنه - قال :( ذبح النبي - صلى الله عليه وسلم - يوم الذبح كبشين أقرنين أملحين موجوئين ، فلما وجههما قال : إني وجهت وجهي للذي فطر السماوات والأرض على ملة إبراهيم حنيفاً ، وما أنا من المشركين ، إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي ، لله رب العالمين ، لا شريك له وبذلك أمرت ، وأنا من المسلمين ، اللهم منك ولك ، وعن محمد وأمته باسم الله والله أكبر ثم ذبح ) رواه أبو داود وابن ماجة وأحمد والدارمي
Nabi shollallohu'alaihiwasallam menyembelih pada hari penyembelihan dua ekor kambing bertanduk putih, maka ketika beliau menghadapkan keduanya ke qiblat beliau membaca 2 ayat (78-79) disurat Al-An’am –al hadits. [ Hadits ini dhoif, karena ada perowi bernama : Abu Ayyasy , berkata Al-Haafidz di Talkhish : dia itu tidak diketahui. Syaikh Al-Albaaniy juga mendoifkannya di beberapa tempat, kecuali di Irwa.]
HAL-HAL YANG DIBENCI DALAM PENYEMBELIHAN
Berikut kami sebutkan hal-hal yang dibenci dalam penyembelihan, walaupun tetap halal dagingnya.
▪️Menyembelih dengan pisau tumpul, karena itu menyiksa.
▪️Memotong anggota hewan lebih-lebih kepalanya sebelum lepas nyawanya sempurna, dalam kondisi masih tegang-tegang.
▪️Menakut-nakuti hewan qurban atau mengancamnya.
▪️Mengasah pisau dihadapan hewan yang mau disembelih.
▪️Hewan yang belum disembelih menyaksikan temannya ketika disembelih.
▪️Menyiramnya dengan air panas atau mencabuti bulunya dan mengulitinya sebelum benar-benar mati.
▪️Melemahkan hewan sebelum disembelih, dengan memukulinya atau membuat dia lari-lari atau dikasih obat agar lemah badannya, disetrum agar pinsan, adapun kalau sampai mati maka itu harom.
▪️Melaparkan hewan yang mau disembelih.
YANG BERKAITAN DENGAN DAGING QURBAN
Bolehkah Memakan Daging Qurban Bagi Yang Berqurban.??
Jawab:
Tentu saja boleh bahkan sunnah, dalilnya:
* قال الله سبحانه وتعالى : (لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ( [الحج : 28]
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allooh pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allooh telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.’[ QS Al Hajj 28]
﴿وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ * لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ﴾ [الحج/36، 37]
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allooh, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allooh ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur.
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allooh, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allooh telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allooh terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Berkata Ibnu Katsir rohimahullooh (5/428): berkata sebagian salaf: perintah Allooh untuk makan dalam ayat ini adalah perintah mubah (pembolehan), dan berkata Imam Malik : itu perintah sunnah, dan berkata selainnya: itu perintah wajib. Dan itu salah satu sisi dalam pendapat Syafiiyyah.
* عن سلمة بن الأكوع قال قال النبى - صلى الله عليه وسلم - « من ضحى منكم فلا يصبحن بعد ثالثة وفى بيته منه شىء » . فلما كان العام المقبل قالوا يا رسول الله نفعل كما فعلنا عام الماضى قال « كلوا وأطعموا وادخروا فإن ذلك العام كان بالناس جهد فأردت أن تعينوا فيها » [رواه البخارى - (5569)]
Dari Salamah bin Al-Akwa’ rodlialloohu'anhu berkata bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam :” Barang siapa berqurban dari kalian maka jangan tersisa setelah tiga hari dari dagingnya sedikitpun (harus dishodaqohkan), “ maka ketika tahun berikutnya mereka mengatakan : Wahai rosulullooh apakah kita akan berbuat seperti yang kita lakukan tahun lalu?? Beliau menjawab: Makanlah, dan shodaqohkanlah, dan simpanlah, hal itu dikarenakan pada tahun lalu, manusia tertimpa paceklik, maka aku ingin agar kalian menolong mereka. [HSR Bukhori (5569)]
* عن عبدالله بن واقد قال نهى رسول الله صلى الله عليه و سلم عن أكل لحوم الضحايا بعد ثلاث قال عبدالله ابن أبي بكر فذكرت ذلك لعمرة فقالت صدق سمعت عائشة تقول: دف أهل أبيات من البادية حضرة الأضحى زمن رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم :" ادخروا ثلاثا ثم تصدقوا بما بقي ." فلما كان بعد ذلك قالوا يا رسول الله إن الناس يتخذون الأسقية من ضحاياهم ويجملون منها الودك فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( وما ذاك ؟ ) قالوا نهيت أن تؤكل لحوم الضحايا بعد ثلاث فقال :" إنما نهيتكم من أجل الدافة التي دفت فكلوا وادخروا وتصدقوا ." [رواه مسلم ( 1971 )]
Dari ‘Abdillaah bin Waaqid rodlialloohu'anhu rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam melarang dari memakan daging-daging qurban setelah tiga hari, berkata ‘Abdullooh bin Abi Bakr: maka perkara itu aku sampaikan kepada Amroh, maka diapun menjawab: benar, aku mendengar Aisyah rodlialloohu'anha mengatakan: berbondong-bondong penduduk kampung baduwi diwaktu penyembelihan qurban di zaman rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam , maka rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam mengatakan: Kalian simpanlah untuk keperluan tiga hari, lalu sisanya dishodaqohkan maka setelah tahun itu mereka mengatakan: Wahai rosulullooh sesungguhnya manusia banyak yang menjadikan tempat air minum dari qurban-qurban mereka, dan mencairkan lemak/gajih (minyak samin). Maka nabi shollallohu'alaihiwasallam bertanya: Mengapa demikian? mereka menjawab: Karena engkau melarang untuk memakan daging-daging qurban setelah tiga hari. Maka rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam mengatakan: Aku melarang kalian hanyalah dikarenakan banyaknya orang-orang badui yang berdatangan, adapun sekarang makanlah dan simpanlah serta shodaqohkanlah. [ HSR Muslim ( 1971 )] ]
عن جابر رضي الله عنهما : عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه نهى عن أكل لحوم الضحايا بعد ثلاث ثم قال بعد " كلوا وتزودوا وادخروا ." [رواه مسلم ( 1972 )]
Dari Jabir bin ‘Abdillaah rodlialloohu'anhu dari nabi shollallohu'alaihiwasallam bahwa beliau melarang dari memakan daging-daging qurban setelah tiga hari, kemudian beliau mengatakan setelah itu :” Makanlah, simpanlah dan shodaqohkanlah.” [ HSR Muslim ( 1972 )] ]
عن أبي المليح عن نبيشة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :" إنا كنا نهيناكم عن لحومها أن تأكلوها فوق ثلاث لكي تسعكم فقد جاء الله بالسعة فكلوا وادخروا واتجروا ألا وإن هذه الأيام أيام أكل وشرب وذكر الله عز وجل." – [رواه أبو داود وقال الوادعي في الصحيح المسند (1148):هذا حديث صحيح على شرط الشيخين.]
Dari Abi Maliih dari Nubaisyah rodlialloohu'anhu berkata: bersabda rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam :
“ Sesungguhnya kita dahulu melarang kalian dari daging-daging qurban, untuk kalian makan diatas tiga hari, dengan tujuan meluaskan kalian, dan sekarang Allooh telah mendatangkan keluasan kepada kalian, maka sekarang makanlah, simpanlah dan shodaqohkanlah. Dan ketahuilah bahwa hari-hari ini adalah hari-hari makan dan minum dan dzikrullooh ‘azza wajalla.” [HSR Abu Daud dishohihkan oleh Syaikh Muqbil di Ash Shohih Musnad (1148)]
Berkata Ibnu Qudaamah rohimahullooh: yang sunnah adalah memakan sepertiga daging qurban, untuk hadiah sepertiganya, dan bershodaqoh sepertiganya.
Kalau dia memakannya lebih banyak dari sepertiga maka boleh saja, berkata Imam Ahmad rohimahullooh: kita berpendapat dengan hadits Abdillaah yaitu : memakan sepertiga, dan mengasih makan kepada yang dia inginkan spertiga, dan bershodaqoh kepada orang-orang miskin sepertiga sisanya.
Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud , Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas, dan tidak terdapat khilaf dikarangan shohabat.
Berkata sebagian pendukung Imam Syafi’y : boleh dimakan sendiri semuanya.
Yang benar adalah pendapat pertama karena perintah Allooh diayat tersebut.
Juga hadits ini :
عن عبد الله بن قرط رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم ، قال : إن أفضل الأيام عند الله يوم النحر ، ثم يوم القر ، وقال : إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أتي ببدنات خمس أو ست ، فطفقن يزدلفن إليه بأيتهن يبدأ ، فلما وجبت جنوبها ، قال عبد الله بن قرط : فتكلم رسول الله صلى الله عليه وسلم بكلمة خفية ، فلم أفهمها ، فسألت الذي يليه ، فقال : قال : من شاء فليقتطع " وإسناده حسن.
Dari Abdillah bin Qurth rodlialloohu'anhu dari nabi shollallohu'alaihiwasallam berkata: Sesungguhnya seutama-utama hari-hari disisi Allooh adalah hari nahar, kemudian hari Qorr,” dia mengatakan; Sesungguhnya rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam mendatangi lima atau enam ekor ontanya, maka beliau mulai memilih mana yang akan disembelih pertama, maka ketika onta-onta itu roboh, nabipun shollallohu'alaihiwasallam mengatkan dengan kalimat yang samar (bisik-bisik), dan aku tidak paham, maka aku bertanya kepada orang yang dekat dengan nabi shollallohu'alaihiwasallam, maka dia menjawab :
“Siapa yang ingin memotong (mengambil daging) silahkan motong (untuk pribadi)” [ HHR Al Baghowi di Syarh Sunnah (3/400) dengan sanad yang hasan]
PERINGATAN :
Adapun hadits :
(( لا يأكلن أحدكم من أضحيته ))
“Jangan sampai salah seorang diantara kalian memakan daging qurbannya”
Maka ini adalah hadits dhoif sekali, lihat dikitab “Al-Kaamil (7/93) dan Miizaanul i’tidal (7/116) Lisanul Mizaan (6/214)]
BOLEHKAH MEMBERIKAN DAGING QURBAN KEPADA ORANG KAFIR ?
Dibolehkan, karena itu adalah daging dan hartanya, dan bukan perkara wajib, maka dia boleh memberikan kepada siapa yang dia kehendaki, demikian kata Al-Hasan, Abu Tsaur, Ahmad dan Ash-haburro’yi.
Berkata Imam Malik : selain mereka lebih aku sukai. Beliau , Laits memakruhkan memberi kulit kepada seorang Nasroni.
Adapun shodaqoh yang wajib maka tidak dibenarkan diserahkan kepada orang kafir, seperti zakat dan kafaroh. [ lihat Al-Mughniy ]
Tidak Menjadikan Daging Qurban Sebagai Upah Untuk Tukang Jagalnya.
Dari Ali bin Abi Tholib rodlialloohu'anhu berkata:
أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أقوم على بدنه ، وأن أقسم جلودها وجلالها ، وأن لا أعطي الجازر منها شيئا ، وقال : نحن نعطيه من عندنا " متفق عليه
Rosulullooh shollalloohu'alaihi wasallam memerintahkanku untuk mengurusi qurban-qurbannya, dan membagi-bagi kulit-kulit dan semua yang ada padanya, dan agar aku tidak mengasih tukang jagal dari qurban tersebut sesuatu, dia mengatkan: kami mengasihnya dari bagian kami. [Muttafaq ‘Alaih]
Ini adalah pendapat jumhur, dikarenakan apa yang diberikan kepada tukang jagal; seakan-akan sebagai upah ganti capek dalam mengurusi qurban, padahal qurban bukan barang dagangan dan tidak boleh dijual belikan.
Adapun kalau dia dikasih karena kefaqiran dan kebutuhnya, bukan sebagai upah, atau sekedar hadiah, maka itu tidak mengapa, karena dia termasuk orang yang berhak untuk mengambilnya, maka dia seperti yang lainnya, bahkan tergolong yang paling utama, karena dia yang berurusan dengannya, dan tentunya jiwa sangat berhasrat untuk merasakannya.
Berkata Al-Haafidz rohimahullooh di Al-Fath (3/556): Larangan memberi tukang jagal daging qurban, maksudnya adalah dia tidak diberi darinya sebagai upah kerjanya, demikian kata Al-Baghowi di Syarah Sunnah, dia mengatakan: adapun kalau diberi upahnya secara sempurna (dengan uang atau lainnya selain daging qurban), lalu dia dishodaqohi dengan daging itu kalau memang dia itu faqir, sebagaimana orang-orang faqir dishodaqohi, maka itu tidak mengapa.
Berkata An-Nawawi rohimahullooh di Syarah Muslim (4/453): didalam hadits ini terdapat banyak faidah, diantaranya:
▪️Disunnahkannya menggiring qurban.
▪️Bolehnya mewakilkan dalam penyembelihan dan kepengurusan qurban.
▪️Bahwa semua anggota qurban dimakan, dibagikan dan dishodaqohkan .
▪️Tidak boleh memberi upah kepada tukang jagal dengan daging qurban.
BOLEH MEMANFAATKAN KULITNYA DAN TIDAK BOLEH MENJUAL SEDIKITPUN DARINYA BAGI YANG BERQURBAN
Dalilnya adalah hadits Ali rodlialloohu'anhu diatas.
Berkata Ibnu Qudaamah : tidak dibolehkan menjual sesuatu apapun dari qurban, tidak itu dagingnya, tidak pula kulitnya, baik itu qurban wajib ataupun sunnah, karena hewan tersebut telah ditetapkan sebagai qurban.
Berkata Imam Ahmad : tidak dibolehkan menjual sesuatu apapun dari qurban, Subhaanallooh, bagaimana dia menjualnya, padahal dia menjadikannya untuk Allooh tabaaroka wata’aala.
Ini adalah pendapat Abu Huroiroh rodlialloohu'anhu dan madzhab Syafi’iy.
Al- Hasan dan An-Nakhoi’i memberikan rukhshoh untuk menjual kulit lalu uang digunakan untuk membeli perkakas dan keperluan lainnya.
Adapun Abu Hanifah maka dia berpendapat tidak mengapa menjual semuanya lalu uangnya buat shodaqoh.
Itu semua pendapat yang bertolak belakang dengan dalil. Walloohu ‘Alam.
Adapun memanfaatkan kulit yang bukan untuk dimakan, seperti untuk membuat sepatu, tas , baju jaket dan semisalnya , maka dibolehkan sebagaimana hadits ‘Aisyah rodlialloohu'anha yang telah lewat, tetapi tidak boleh dijual belikan. Dan ini disepakati oleh semua ulama.
BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN QURBAN
▪️Jika hewan qurban terlepas darinya bukan karena keteledorannya, tapi karena hilang , atau dicuri atau tersesat, maka tidak terkena sesuatu baginya, (tidak perlu mengganti), karena itu adalah amanah ditangannya dan dia tidak teledor, maka tidak perlu mengganti seperti barang titipan.
▪️Apabila dia yang yang menghilangkan karena keteledorannya maka wajib menggantinya.
▪️Apabila dia membeli seekor qurban dan belum menyembelihnya sampai dia mengetahui ternyata ada cacatnya, maka dia boleh mengembalikan dengan mengambil gantinya atau uangnya untuk mencari ganti.
▪️Kalau qurban yang mau disembelih melahirkan, maka disembelih dia dan anaknya, kalau memang hewan itu sudah dinyatakan dan ditentukan sebagai qurban.
▪️Kalau ada seseorang telah menetapkan qurban, lalu meninggal, maka qurban tersebut tidak boleh dijual untuk melunasi hutangnya atau keperluan lainnnya. Tapi ahli warisnya boleh memakan dagingnya, dan mereka yang mengurus qurban tersebut.
▪️Boleh bagi wali yatim untuk berqurban atas nama yatim tersebut dengan harta si-yatim, jika anak tersebut paham dan mengerti serta rela.
▪️Jika terlambat menyembelih dan keluar waktu, maka disembelih yang wajib dan berbuat seperti perbuatan yang dilakukan ketika masih dalam waktunya, adapun kalau qurban sunnah maka dia memilih, kalau disembelih maka daging itu shodaqoh biasa bukan qurban.
▪️Kalau menyembelihnya diwaktunya, dan belum sempat dibagi sampai keluar waktu, maka bagilah kapan dia sempat, dan tetap namanya qurban, karena nabi shollallohu’alaihiwasallam membolehkan untuk menyimpannya.
Dengan ini selesailah apa bisa kami tuangkan dibeberapa carik kertas ini, semoga Allooh ta’aala memberkahinya, dan menerimanya, dan menjadikan simpanan pahala kami disana.
Selesai Ditulis pada jam 11 menjelang Dzuhur 10 Dzul Qo’dah 1438 .H. di Ajyad Mashofi Makkah Al Mukarromah .
Sumber :
https://t.me/Ghurbatulislam/2763
Komentar
Posting Komentar