KETENTUAN DALAM MENGINGKARI KEMUNGKARAN
KETENTUAN-KETENTUAN DALAM MELAKUKAN PENGINGKARAN TERHADAP SUATU KEMUNGKARAN
Tanya:
Ustadz bagaimana yang benarnya dalam ingkar mungkar? Sebab sebagian ikhwah kalau lihat kemungkaran langsung ingkar tanpa mikir dan tanpa mau tahu resikonya?
Jawab:
Dalam mengingkari kemungkaran hendaklah dengan landasan ilmu, orang yang tidak memiliki landasan ilmu dalam mengingkari kemungkaran maka kita khawatirkan dia akan terjatuh ke dalam kesalahan, karena dia tidak mengetahui ketentuan-ketentuan dalam mengingkari kemungkaran. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah memberikan bimbingan dalam mengingkari kemungkaran:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ.
"Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya dan mengingkari dengan hati adalah selemah-lemah keimanan." Riwayat Muslim.
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah sebutkan tiga cara dalam mengingkari kemungkaran:
Pengingkaran Dengan Tangan.
Ini bagi yang berkemampuan, tentunya bagi orang yang dengan ilmunya dia mampu mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadatnya, juga dia mampu memperhitungkan jika kemungkaran itu langsung diingkari apakah kemungkaran itu akan berkurang ataukah akan bertambah? Apakah dengan mengingkari kemungkaran itu dia akan terus melakukan pengingkaran ataukah dia akan berhenti di situ karena dia harus berhadapan dengan tantangan berat yang membuatnya harus berhenti melakukan pengingkaran?
Pengingkaran Dengan Lisan.
Orang yang melakukan pengingkaran dengan lisannya kalau dia tanpa melandasinya dengan ilmu maka kita khawatirkan akan menambah kemungkaran dan akan memperluas kebencian, ada suatu pelajaran yang sangat bagus dalam mengingkari suatu kemungkaran, Al-Bukhariy meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:
جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي طَائِفَةِ الْمَسْجِدِ.
"Datang seorang Arab pedalaman, lalu kencing ke sudut masjid."
Ini jelas sebagai kemungkaran besar, maka pantas manusia mencercanya:
فَزَجَرَهُ النَّاسُ.
"Maka orang-orang memarahinya."
Kalau di zaman sekarang ini mungkin dia akan dihajar, dianiaya atau mungkin akan dibunuh, dibakar atau mungkin dihukumi kafir. Namun apa sikap yang benar dalam menyikapi kemungkaran tersebut?
فَنَهَاهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
"Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengingkari mereka."
Secara akal mungkin akan menimbulkan pertanyaan: Kenapa orang-orang yang mengingkari kemungkaran justru mereka diingkari?
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak mengingkari langsung karena ada beberapa pelajaran yang bisa diambil padanya:
Pertama: Kalau mereka mencegah di saat dia sedang kencing maka air kencingnya akan berceceran di dalam masjid, yang tentunya ini menggangu orang banyak dan juga akan memudharatkan orang tersebut karena tertekan saluran kencingnya dan juga dia akan kaget.
Kedua: Dengan pengingkaran mereka kepadanya maka akan membuatnya menjauh dari majelis ilmu sementara dia belum mengetahui ilmu, terutama masalah kemuliaan dan kehormatan masjid.
Ketiga: Kesempatan bagi Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk memberikan pengajaran tentang thaharah, sungguh banyak dari bimbingan dan pengajaran Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu berkaitan dengan kejadian yang ada, disebutkan pada kelanjutan hadits:
فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ، فَأُهْرِيقَ عَلَيْهِ.
"Tatkala dia selesai dari kencingnya maka Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan dengan seember dari air lalu dituangkan ke tempat dia kencing padanya."
Pengingkaran Dengan Hati.
Sebagian orang terkadang sangat bersemangat untuk menjadi pengingkar dengan tangan atau minimalnya pengingkar dengan lisan, namun karena tanpa landasan ilmu mereka pun hanya bisa lakukan sekali saja karena langsung mendapatkan tantangan berat yang membuat mereka tidak bisa lagi melakukan pengingkaran dengan tangan dan dengan lisan, Wallahul Musta'an.
(Muhammad Al-Khidhir di Mutiara Gading Bekasi pada malam Sabtu 23 Rajab 1440 / 30 Maret 2019).
Sumber :
http://t.me/majaalisalkhidhir
Komentar
Posting Komentar