ADAB ADAB BERTAMU
ADAB-ADAB BERTAMU
TANYA:
Assalamu’alaikum…. Ustadz saya sedang membutuhkan ilmu tentang bagaimana adab-adab yang baik dan benar dalam bertamu?
Jazaakumullahu khairan.
JAWAB:
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bertamu adalah termasuk dari salah satu jalan terjalinnya hubungan antara sesama, dan setiap orang tentu akan melakukannya, dengan demikian sangat perlu untuk mengetahui adab-adab bertamu.
Diantara adab-adab bertamu adalah:
1. Memberitahukan terlebih dahulu perihal untuk bertamu sehingga penghuni rumah bersiap-siap menyambut.
Pada adab yang pertama ini bukanlah suatu keharusan, namun ini hanya cara baik yang banyak dilakukan di zaman ini, lebih-lebih adanya sarana pendukung berupa pemberian informasi melalui sms, telpon dan catting atau yang semisalnya, kalau zaman dahulu kebiasaan mereka langsung datang ke rumah orang yang dituju.
Pemberian informasi seperti ini sebagai pengabaran untuk menjaga kemungkinan jangan sampai memberatkan atau menyusahkan orang yang dituju, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
ﻻَ ﻳَﺤِﻞُّ ﻟِﻤُﺴْﻠِﻢٍ ﺃَﻥْ ﻳُﻘِﻴْﻢَ ﻋِﻨْﺪَ ﺃَﺧِﻴْﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺆْﺛِﻤَﻪُ. ﻗَﺎﻟُﻮﺍ: ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﻳُﺆْﺛِﻤُﻪُ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﻳُﻘِﻴْﻢُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻭَﻻَ ﺷَﻲْﺀَ ﻟَﻪُ ﻳَﻘْﺮِﻳﻪِ ﺑِﻪِ
“Tidak boleh bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya hingga dia menjadikan saudaranya berbuat dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana dia menjadikannya berbuat dosa?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, sedangkan saudaranya tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Dengan tidak adanya sesuatu yang disuguhkan atau tidak adanya kesiapan maka saudaranya tersebut kadang merasa sesak dadanya hingga menimbulkan berbagai sikap yang kurang bagus, pada akhirnya menyeretnya ke dalam perbuatan dosa.
2. Bertamu dengan niat yang baik.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
ﺯَﺍﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﺧًﺎ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﻗَﺮْﻳَﺔٍ ﻟَﻪُ ﻓَﺄَﺭْﺻَﺪَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣَﻠَﻜًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺪْﺭَﺣَﺘِﻪِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﺃَﻳْﻦَ ﺗُﺮِﻳْﺪُ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﺃَﺧًﺎ ﻟِﻲ ﻓِﻲ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻘَﺮْﻳَﺔِ. ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻫَﻞْ ﻟَﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻣِﻦْ ﻧِﻌْﻤَﺔٍ ﺗَﺮُﺑُّﻬَﺎ؟ ﻻَ ﻗَﺎﻝَ: ﺃُﺣِﺒُّﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ. ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻟَﻴْﻚَ، ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺃَﺣَﺒَّﻚَ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘَﻪُ
“Seseorang berziarah kepada saudaranya pada suatu kampung, maka Allah mengirim malaikat untuk mengawasi arah perjalanannya. Malaikat bertanya kepadanya: “Kemana tujuanmu? dia menjawab: “Ke saudaraku di kampung ini.” Malaikat berkata: “Apakah bagimu sesuatu dari suatu nikmat yang akan kamu suguhkan. Dia menjawab: “Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah”. Malaikat berkata: “Bahwasanya aku diutus oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya.” Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy di dalam Al-Adabul Mufrad.
3. Mengucapkan salam dan meminta izin.
Allah Ta’ala berkata:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian masuk ke rumah-rumah yang bukan rumah kalian sampai kalian meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuninya, demikian itu adalah lebih baik bagi kalian, supaya kalian memikirkan.” (An-Nur: 27).
Disebutkan di dalam riwayat Abu Dawud bahwa ada seseorang dari Bani ‘Amir meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, orang tersebut berkata: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan pembantunya:
ﺍﺧْﺮُﺝْ ﺇِﻟَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﻓَﻌَﻠِّﻤْﻪُ ﺍﻻﺳْﺘِﺌْﺬَﺍﻥَ، ﻓَﻘُﻞْ ﻟَﻪُ: ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺃَﺃَﺩْﺧُﻞُ؟
“Keluarlah kamu kepada orang ini lalu ajarkan tentang meminta izin, katakan kepadanya: Assalamu ‘alaikum, apakah saya masuk?.”
Dalam meminta izin ini hendaknya bagi yang bertamu memperhatikan beberapa perkara penting:
Pertama: Ketika meminta izin hendaknya dia berdiri di samping pintu, kalau pintunya tertutup dan dia memerlukan untuk mengetuk pintu maka dia ketuk lalu berdiri di samping pintu, ini bertujuan supaya di saat penghuni rumah membuka pintu maka
pandangannya tidak langsung mengarah ke dalam rumah khawatir dia akan melihat sesuatu yang tidak boleh dilihat, dan inilah tujuan dari meminta izin sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺟُﻌِﻞَ ﺍْﻻﺳْﺘِﺌْﺬَﺍﻥُ ﻣِﻦْ ﺃَﺟْﻞِ ﺍﻟْﺒَﺼَﺮِ
“Sesungguhnya dijadikan izin itu karena mengantisipasi pandangan.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dan Muslim.
Kedua: Ketika meminta izin atau mengetuk rumah namun tidak ada jawaban dari penghuni rumah maka diulangi sebanyak tiga kali, kalau masih juga tidak ada jawaban maka hendaknya kembali atau berpaling, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
ﺍﻻﺳْﺘِﺌْﺬَﺍﻥُ ﺛَﻼَﺙٌ، ﻓَﺈِﻥْ ﺃُﺫِﻥَ ﻟَﻚَ ﻭَﺇِﻻَّ ﻓَﺎﺭْﺟِﻊْ
“Meminta izin ada tiga kali, jika diizinkan maka masuklah, jika tidak maka kembalilah.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dan Muslim.
Ketiga: Memperkenalkan diri ketika ditanya oleh penghuni rumah.
Disebutkan di dalam suatu riwayat bahwa Jabir bin 'Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena suatu urusan, beliau berkata:
ﻓَﺪَﻗَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺒَﺎﺏَ
“Lalu aku mengetuk pintu.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
ﻣَﻦْ ﺫَﺍ؟
“Siapa ini?.?.
Aku pun katakan: Aku.
Maka beliau berkata: “Aku, aku”, seakan-akan beliau benci.”
Yang diinginkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya namanya maka hendaknya dia menyebutkan namanya, sebagaimana pada kisah Jibril ketika naik ke langit bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ditanya oleh penghuni langit:
مَنْ هَذَا
“Siapa ini?” maka dijawab:
جِبْرِيلُ
“Ini Jibril”, ditanya lagi:
مَنْ مَعَكَ
“Siapa bersamamu?.”
Dikatakan:
مُحَمَّدٌ
“Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).”
4. Menyebutkan keperluan atau tujuan bertamu.
Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan tentang tamu-tamu Nabinya Ibrahim Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
(قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُونَ * قَالُوا إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَىٰ قَوْمٍ مُجْرِمِينَ)
“Ibrahim bertanya: Apa tujuan kalian wahai para urusan? Mereka menjawab: Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang pendosa.” [Az-Zariyat : 32].
Pada kisah Ibrahim dan para utusan Allah yang disebutkan pada ayat tersebut juga pada beberapa ayat sebelumnya itu terhadap adab-adab bertamu, disebutkan dari awal kedatangan mereka dengan mengucapkan salam hingga percakapan, perlakuan baik dan pemberian kabar gembira serta para tamu menyebutkan tujuan kedatangan mereka.
5. Berterima kasih kepada penghuni rumah dan mendoakan kebaikan kepadanya.
Dan sebaik-baik ucapan terima kasih kepada seseorang adalah perkataan:
جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا
“Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”
Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata tentang orang yang mengucapannya:
فَقَدْ ﺃَﺑْﻠَﻎَ ﻓِﻲ ﺍلثَّنَاءِ
“Maka sungguh dia telah memenuhi dalam berterima kasih.”
Dan diantara doa yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk kita doakan kepada penghuni rumah yang telah menerima dan memperlakukan kita dengan baik dalam bertamu adalah:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺑَﺎﺭِﻙْ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻲْ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﺘَﻬُﻢْ ﻭَﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻭَﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻢْ
“Ya Allah berkahilah mereka pada apa-apa yang telah Engkau rezkikan kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Wallahu A’lam wa Ahkam.
(Abu Ahmad Muhammad Al-Khidhir di Binagriya Pekalongan pada 20 Rabiul Akhir 1438).
Join Channel :
http://t.me/Ghurbatulislam
Di nukil dari channel :
http://t.me/majaalisalkhidhir
Komentar
Posting Komentar