Cara Wanita Muhrim Menutup Wajah
⁉️ *Bagaimana caranya wanita yang muhrim menutup wajah dan kedua telapak tangan, bersamaan dengan itu dilarang memakai cadar dan kaos tangan saat ihram, apakah ini sebagai dalil bahwa wajah itu bukan 'aurat ??!!!*
Rasulullah _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ bersabda;
لا تنتقب المحرمة
"Janganlah wanita yang ihram mengenakan niqab!" (HR. Al-Bukhari)
Burqu' lebih tertutup dari niqab. Jika memakai niqab dilarang seperti dalam hadits di atas, maka memakai burqu' ketika ihram lebih terlarang (karena itu pakaian khusus wajah).
*Burqu' yaitu penutup wajah (bersambung jadi satu dengan jilbab).*
*Ada pun Niqab/cadar yaitu penutup wajah (terpisah dari jilbab), yang memiliki dua lubang di bagian mata untuk melihat.*
Hadits ini TIDAK BOLEH dijadikan dalil tentang larangan wanita yang muhrim memakai kaos tangan dan cadar, bahwa wajah wanita itu bukan aurat, dan Nabi _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ tidak memerintahkan *"wanita yang muhrim untuk membuka wajahnya"*, akan tetapi *"melarang dari wanita muhrim memakai cadar"*, dan bedakan antara dua perkara tersebut.
Maka wanita muhrim jangan ia memakai cadar, akan tetapi ia menutup wajahnya dengan selain cadar; seperti sepotong kain, atau kain penutup kepala, kerudung, atau ujung jilbabnya.
Sebagaimana Nabi _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ melarang lelaki muhrim untuk memakai jubah (ghamis), bukan maknanya lelaki berjalan dalam keadaan telanjang, bahkan yang semestinya dia menutup badannya dengan selain dari jubahnya yaitu dengan kain ihram.
Karena dulu perempuan pada zaman Nabi Muhammad _Shallallahu 'alaihi wa Sallam,_ mereka menutup wajah mereka pada waktu ihram menggunakan selain dari cadar, jika mereka dekat dengan kaum lelaki.
💡 Dari Asma binti Abi Bakr _Radhiyallahu 'anhum,_ ia berkata;
كنا نغطي وجوهنا من الرجال فى الاحرام
*"Dulu kami menutupi wajah kami dalam kondisi ihram."*
(Diriwayatkan oleh Al Hakim dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi, berkata Asy Syaikh Al Albaniy _Rahimahullah,_ dan itu adalah atas Syarat Imam Muslim)
📚 Lihat dalam Hijab Al Mar'ah Al Muslimah hal. 108
🕯 Dan juga Rasûlullâh bersabda dari 'Aisyah _Radhiyallahu 'anha,_ ia berkata;
كَانَ الرُّكْبَانُ يَمُرُّونَ بِنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْرِمَاتٌ فَإِذَا حَاذَوْا بِنَا سَدَلَتْ إِحْدَانَا جِلْبَابَهَا مِنْ رَأْسِهَا عَلَى وَجْهِهَا فَإِذَا جَاوَزُونَا كَشَفْنَاهُ
📌 *“Para pengendara kendaraan biasa melewati kami, di saat kami (para wanita) ber-ihram bersama-sama Rasulullah _Shallallahu ‘alaihi wa Sallam._ Maka jika mereka mendekati kami, salah seorang di antara kami menurunkan jilbabnya dari kepalanya pada wajahnya. Jika mereka telah melewati kami, kami membuka wajah.”*
[HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan lain-lain, dan berkata Asy Syaikh Al Albaniy _Rahimahullah;_ sanadnya Hasan dengan syawahid syawahid (penguat).
📚 Lihat Hijab Al Mar'ah Al Muslimah hal. 107
🖊 Berkata Imam Ibnul Qayyim _Rahimahullah;_
" وأما المرأة المحرمة فإن النبي صلى الله عليه وسلم لم يشرع لها كشف الوجه في الإحرام ولا غيره ، وإنما جاء النص بالنهي عن النقاب خاصة ، كما جاء بالنهي عن القفازين ، وجاء النهي عن لبس القميص والسراويل ، ومعلوم أن نهيه عن لبس هذه الأشياء لم يُرِدْ أنها تكون مكشوفة لا تستر البتة ، بل قد أجمع الناس على أن المحرمة تستر بدنها بقميصها ودرعها ، وأن الرجل يستر بدنه بالرداء ، وأسافله بالإزار ، مع أن مخرج النهي عن النقاب والقفازين والقميص والسراويل واحد ، وكيف يزاد على موجب النص ويفهم منه أنه شرع لها كشف وجهها بين الملأ جهاراً ، فأي نص اقتضى هذا أو مفهوم أو عموم أو قياس أو مصلحة ! بل وجه المرأة كبدن الرجل يحرم ستره بالمُفَصَّل على قَدْرِه كالنقاب والبرقع ، بل وكيَدِها يحرم سترها بالمُفَصَّل على قَدْرِ اليد كالقفاز ، وأما سترها بالكم وستر الوجه بالملاءة والخمار والثوب فلم ينه عنه البته .
Adapun wanita muhrim, sungguh Nabi _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ *"tidak mensyariatkan untuknya membuka wajah pada saat ihram, dan juga pada saat selain dari keadaan ihram".* Akan tetapi telah datang Nash tentang *"larangan dari memakai cadar secara khusus"*, sebagaimana datang larangan tentang memakai kaos tangan, dan juga datang larangan bagi kaum lelaki yang muhrim memakai baju gamis (jubah) dan sirwal (tetapi memakai kain ihram rida' dan izar). Dan ini suatu hal yang diketahui bahwa pelarangan Nabi _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ dari hal itu (yang telah disebutkan), bukan yang diinginkan oleh Nabi untuk terbuka, tidak ditutup sama sekali.
Bahkan sepakat manusia bahwa wanita muhrim menutup badannya dengan jubahnya dan jilbabnya, dan lelaki menutup badannya dengan rida' (dalam bentuk selendang), dan bagian bawahnya dalam bentuk izar (sarung). Bersamaan dengan itu tempat keluarnya larangan berupa niqab, kaos tangan, gamis, dan sirwal/celana itu adalah satu, bagaimana bisa ditambahkan pada perkara tersebut akan keharusan Nash dan dipahami darinya bahwa disyariatkan wanita ihram membuka wajahnya di khalayak ramai dan terang-terangan? Maka Nash apa yang mengharuskan seperti itu, pemahaman atau keumuman atau qiyas atau maslahah apa yang mengharuskan wanita ihram buka wajahnya?!!
Bahkan kedudukan *"wajah wanita itu"* seperti *"badan lelaki"*; diharamkan untuk ditutup dengan sesuatu yang diukur (dijahit) sesuai dengan ukurannya (seperti baju dalam, celana dalam, sirwal bagi lelaki), ini juga seperti niqab dan burqu', bahkan seperti tangan seorang wanita diharamkan untuk ditutup dengan sesuatu yang terukur (dijahit) sesuai ukuran tangan seperti kaos tangan. Dan ada pun menutup kedua tangan wanita yang muhrim seperti dengan lengan bajunya dan menutup wajahnya dengan baju wanita yang panjang dan kerudung, maka itu tidak dilarang dari Nabi sedikit pun.
📚 Bada'iu Al Fawaaid 3/664
🔎 Ini merupakan dalil yang tegas, bahwa ketika tidak ihram para wanita shahabiyah menutup wajah mereka dengan niqab dan tangan mereka dengan kaos tangan.
Akan tetapi hendaklah wanita ketika ihram tetap menutup wajahnya, bukan dengan burqu' atau niqab. *"Hendaklah menutup wajahnya dengan jilbabnya (ujung kain kerudungnya), atau sepotong kain ketika dilihat oleh laki-laki bukan mahramnya."*
Begitu pula kedua telapak tangannya, hendaknya tetap ditutup dengan selain kaos tangan, yakni dengan memanjangkan bajunya (yakni lengan baju yang panjang sehingga menutupi kedua telapak tangannya). Karena wajah dan telapak tangan adalah 'aurat dan wajib ditutup dari pandangan laki-laki, baik ketika ihram maupun di luar ihram.
🖊 Ibnul Qayyim dalam Tahdzibus Sunan (2/350) berkata;
"Tidak ada satu huruf pun dari Nabi yang mewajibkan wanita *"membuka wajahnya"* ketika ihram, Beliau hanya melarang memakai niqab."
(Bukan artinya diperintah membuka wajah, seperti yang dipahami orang-orang).
🖊 Berkata Asy Syaikh bin Baz _Rahimahullah_;
المرأة في الإحرام ليس لها أن تغطي وجهها بالنقاب أو بالبرقع وليس لها أن تلبس القفازين في اليدين؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن ذلك فقال عليه الصلاة والسلام في الحديث الصحيح فيما يلبس المحرم: ((ولا تنتقب المرأة ولا تلبس القفازين)) يعني في الإحرام ولكنها تغطي وجهها وكفيها بغير ذلك من خمار ونحوه بجلبابها أو عباءتها أو نحو ذلك، أما النقاب وهو ما يصنع للوجه فإنها لا تلبسه المحرمة لا في العمرة ولا في الحج، قالت عائشة رضي الله عنها: (كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم في حجة الوداع، وكنا إذا دنا منا الركبان سدلت إحدانا خمارها من على رأسها على وجهها فإذا بعدوا كشفنا)، فالمرأة تفعل هكذا إذا قرب منها رجال تغطي وجهها بخمار ونحوه، لا بنقاب مصنوع للوجه ولا تغطي يديها بقفازين ولكن بغيرهما..
"Wanita yang sedang dalam kondisi ihram, tidak boleh baginya untuk menutup wajahnya dengan niqab/cadar atau burqu', dan tidak memakai kaos tangan pada kedua tangannya, sebab Nabi melarang akan hal tersebut. Dalam hadits yang shahih; tidak boleh bagi seorang wanita yang ihram memakai niqab dan memakai kaos tangan, akan tetapi menutup wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan selain itu; dari kerudungnya (ujungnya) atau jilbabnya, atau abayahnya, atau yang semisalnya. Ada pun niqab/cadar, itu adalah yang dibuat untuk wajah, maka wanita yang muhrim jangan memakainya saat 'umrah dan haji.
Berkata 'Aisyah Radhiyallahu 'anha, "Dulu kami bersama dengan Nabi pada haji Hajjatil Wada', dan kami jika dekat dengan rombongan kafilah, salah seorang dari kami menurunkan jilbabnya dari atas kepalanya ke wajahnya
, dan jika mereka rombongan kafilah telah menjauh dari kami, kami pun buka wajah kami." (Hadits)
Maka wanita melakukan seperti demikian, jika dekat dengan lelaki asing, maka ia tutup wajahnya dengan jilbabnya, dan semisalnya, bukan dengan cadar yang dibuat untuk wajah, dan tidak menutup kedua tangannya dengan kaos tangan, akan tetapi dengan selainnya (apakah dengan jilbabnya, dan seterusnya).
📚 Majmu' Fatawa wa Maqaalat Mutanawwi'ah Jilid 17
🖊 Berkata Asy Syaikh Al 'Utsaimin _Rahimahullah_;
لم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلم نهي المرأة [المحرمة] عن تغطية وجهها ، وإنما ورد النهي عن النقاب ، والنقاب أخص من تغطية الوجه ، لكون النقاب لباس الوجه ، فكأن المرأة نهيت عن لباس الوجه ، كما نهي الرجل عن لباس الجسم " انتهى .
"الشرح الممتع" (7/165) .
*"Tidak datang dari Nabi _Shallallahu 'alaihi wa Sallam_ larangan akan wanita yang muhrim untuk menutup wajah"*, akan tetapi yang datang (larangan) dari Nabi yaitu memakai niqab/cadar, dan niqab itu lebih khusus dari menutup wajah, sebab niqab itu adalah pakaian wajah, seakan-akan wanita dilarang dari pakaian wajah tersebut (yaitu cadar/niqab). Sebagaimana juga lelaki dilarang dari memakai pakaian untuk badannya --seperti gamis, celana, baju dalam, tambahan pent'.
📚 Syarh Mumti' 7/165
Dari keterangan di atas, bahwa wanita yang ihram diperintahkan untuk membuka wajahnya ini sama sekali tidak benar.
Wallahu a'lam.
📝 Abu Hanan
Khamis, 6 Dzul Qa'dah 1439
🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾
Faedah dari Al Ustadz Abu Hanan Utsman As Sandakany حَفِظَهُ اللّٰه
Sumber :
https://t.me/Nashihatulinnisa
Komentar
Posting Komentar