Apakah kita perlu menjaga niat kita walaupun ibadah tersebut selesai di kerjakan?
🍃 Timbul rasa gembira dengan pujian manusia atas dirinya dengan ketaatan yang telah dilakukan, tanpa ada usaha atau mau mencari_cari pujian manusia, apakah termasuk riya' ????
📒 Soal dari Abu Hanif Al Batami
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Afwan Ustadz mohon di tanyakan kepada para Ulama, apakah riya bisa timbul karena pujian manusia terhadap amal ibadah yang telah selesai kita lakukan semisal sholat, walaupun sholat tersebut selesai di kerjakan apakah kita tetap menjaga niat ikhlas kita tersebut dari pujian manusia.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Dan Ibnu Hibban dalam shahihnya membuat bab sebagai bantahan yang menyangka bahwa itu merupakan riya'.
🖋️ Berkata Ibnu Hibban rahimahullah :
ذكر الخبر المدحض قول من زعم ان مدح الناس المرء على الطاعة وسروره به من الرياء .
Penyebutan Khabar (dari Rasulullah ) yang membantah pendapat yang menyangka bahwa pujian manusia terhadap seseorang akan ketaatannya dan ia merasa gembira dengannya merupakan riya'.
📚 Shahih Ibnu Hibban 13/72.
🖋️ Dan berkata Imam Al_Baihaqi rahimahullah :
.... وهو أنه إذا عمل خيرا سره أن يذكر به فيكون محمودا فى الناس لا مذموما، ولا حمد ابلغ من ان يقال : إنه قوام بحق ربه، وليس هذا من المراءاة فى شىء انما المراءاة ان يعمل بخير لا يريد به وجه الله ولا ينبغى به مرضاته ولا ثوابه، انما يريد به ان يقول الناس هذا رجل خير ,فاما ان يعمل لله بالحقيقة ويسره ان يعلم الناس منه انه من اعمال للخ، فإن مدحوه مدحوه بصلاحه لعباده الله لا غير ذلك مما يتمدح به الناس، ... فليس من الرياء فى شىء .
Dan dia jika beramal kebaikan, maka ia merasa gembira di sebut (puji) dengan sebab amalan tersebut sehingga ia menjadi terpuji di antara manusia, dan tidak tercela, dan tidak ada sanjungan yang yang lebih pantas untuk dikatakan : bahwa dia adalah betul betul menjalankan hak Rabb Nya, maka ini bukan dari orang yang berbuat riya' sedikit pun. Akan tetapi yang berbuat riya' adalah seorang beramal kebaikan, tidak menginginkan dengannya wajah Allah, dan tidak mengharapkan keridhaanNya dah tidak pula pahala, bahkan dia beramal supaya orang-orang nanti mengatakan bahwa dia lelaki baik. Adapun dia beramal karena Allah secara hakikatnya dan membuatnya gembira akan keberadaan orang orang mengetahui darinya bahwa itu adalah dari amalan_amalan yang (dicintai )Allah dan jika mereka memujinya, maka mereka akan memujinya dengan keshalihannya karena ibadahnya ia kepada Allah, tidak ada selain itu dari perkara-perkara yang dilakukan sebagai usaha agar manusia memujinya...maka ini bukan dari perkara riya' sedikit pun.
📚 Syuabul iman 5/375 no 7007.
▪️Jadi inti pembahasan adalah bahwa seseorang yang bergembira dengan pujian manusia secara tiba-tiba atas dirinya karena ketaatan yang telah dilakukannya, dan bukan untuk mencari cari atau melakukan usaha seperti memperindah amalan yang dilakukan untuk manusia, atau menyebutkan amalannya tanpa hajat, agar mereka memujinya, maka ini adalah termasuk dari kabar gembira yang dipercepat oleh Allah untuknya, bukan termasuk riya'..
Dalilnya adalah
1️⃣.firman Allah:
ولا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَآ أَتَوا۟ وَّيُحِبُّونَ أَن يُحْمَدُوا۟ بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا۟ فَلَا تَحْسَبَنَّهُم بِمَفَازَةٍ مِّنَ ٱلْعَذَابِ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan,” yaitu berupa keburukan dan kebatilan, apakah itu perkataan maupun perbuatan, “dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerajakan,” maksudnya, (dipuji) dengan kebaikan yang tidak mereka kerjakan dan kebenaran yang belum mereka katakan.
“Janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa,” maksudnya, berposisi selamat dan bebas, akan tetapi mereka berhak mendapat siksa, dan mereka akan menuju kepadanya. Karena itu Allah berfirman, “Dan mereka mendapatkan siksa yang pedih.”
🖋️ Berkata Imam As_Sa'di rahimahullah :
ودلت الآية بمفهومها على أن من أحب أن يحمد ويثنى عليه بما فعله من الخير واتباع الحق، إذا لم يكن قصده بذلك الرياء والسمعة، أنه غير مذموم، بل هذا من الأمور المطلوبة، التي أخبر الله أنه يجزي بها المحسنين له الأعمال والأقوال، وأنه جازى بها خواص خلقه، وسألوها منه، كما قال إبراهيم عليه السلام: { واجعل لي لسان صدق في الآخرين
Ayat ini dengan pemahamannya menunjukkan bahwa barangsiapa yang suka dipuji dan disanjung dengan apa yang telah diperbuatnya berupa kebaikan dan mengikuti kebenaran, apabila tujuannya bukanlah ingin dilihat (riya’) dan didengar (sum’ah), maka hal tersebut tidaklah tercela. Bahkan hal ini termasuk perkara yang dianjurkan, yang telah Allah kabarkan bahwa Allah akan memberikan balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan dalam perkataan maupun perbuatan, dan bahwa Allah akan memberikan balasan terhadap hamba-hamba-Nya yang dicintaiNya, dan mereka memohon hal itu kepadaNya; seperti perkataan Ibrahim,(dalam firman Allah)
واجعل لي لسان صدق في الآخرين
"dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,"
📚 Tafsir As_Sa'di .
🖋️ Berkata Imam Al_Baihaqi rahimahullah :
الا ترى ان الله تعالى ذم قوما يحبون ان يحمدوا بما لم يفعلوا فدل على ان من أحب ان يحمد بما فعل فلا ذم...
Tidakkah kamu melihat dalam ayat tersebut bahwa Allah mencela suatu kaum yang mereka itu senang di puji dengan apa yang mereka tidak lakukan, maka ini menunjukkan bahwa siapa yang senang dipuji (¹) dengan apa yang telah dilakukan, maka tidaklah tercela.
📚 Syuabul iman 5/375 no 7007.
(¹) Tambahan pent' : akan tetapi tidak meminta atau mencari_cari atau menceritakan amalan yang telah dilakukan pada mereka, agar mereka memujinya, dan jika tidak seperti itu maka ia akan tercela.
2️⃣.Dalil kedua adalah dalam shahih Muslim dari abu Dzar Radhiallaahu Anhu :
Ada yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عَنْ أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ قَالَ « تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ
“Bagaimana pendapatmu dengan orang yang melakukan suatu amalan kebaikan, lalu setelah itu dia mendapatkan pujian orang-orang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Itu adalah berita gembira bagi seorang mukmin yang disegerakan.
🖋️ Berkata Imam An_Nawawi rahimahullah :
قَالَ الْعُلَمَاء : مَعْنَاهُ هَذِهِ الْبُشْرَى الْمُعَجَّلَة لَهُ بِالْخَيْرِ , وَهِيَ دَلِيل عَلَى رِضَاء اللَّه تَعَالَى عَنْهُ , وَمَحَبَّته لَهُ , فَيُحَبِّبهُ إِلَى الْخَلْق كَمَا سَبَقَ فِي الْحَدِيث , ثُمَّ يُوضَع لَهُ الْقَبُول فِي الْأَرْض . هَذَا كُلّه إِذَا حَمِدَهُ النَّاس مِنْ غَيْر تَعَرُّض مِنْهُ لِحَمْدِهِمْ , وَإِلَّا فَالتَّعَرُّض مَذْمُوم " انتهى .
Berkata ulama, maknanya adalah berita gembira yang dipersegerakan untuknya dengan kebaikan tersebut, dan ini sebagai dalil akan keridhaan Allah dan kecintaanNya pada orang mukmin tersebut, hingga dijadikan makhluk mencintainya, sebagaimana telah lewat dalam hadits, kemudahan diletakkan padanya penerimaan di muka bumi. Dan semua ini, jika manusia memujinya tanpa ia mencari_cari, atau melakukan usaha atau sengaja menyebutkan amalan, agar di puji, dan jika tidak seperti itu, maka mencari_cari atau melakukan usaha atau sengaja menyebutkan amalan, agar di puji maka ini tercela.
📚 Syarh shahih Muslim 8/439.
🖋️Dan berkata Syaikh Al Utsaimin rahimahullah :
" ليس من الرياء أن يفرح الإنسان بعلم الناس بعبادته ؛ لأن هذا إنما طرأ بعد الفراغ من العبادة ، وليس من الرياء أن يسر الإنسان بفعل الطاعة ؛ لأن ذلك دليل إيمانه ؛ قال النبي صلى الله عليه وسلم : ( من سرته حسنته وساءته سيئته فذلك المؤمن ) "
Bukanlah termasuk riya' seseorang bergembira, dengan manusia mengetahui ibadahnya, sebab hal ini muncul tiba-tiba setelah melakukan ibadah (tanpa mencari_cari, atau sengaja melakukan usaha agar manusia memujinya, tambahan pent') dan bukanlah termasuk riya' seorang merasa gembira dengan perbuatan ketaatan yang telah dilakukan, sebab itu dalil akan keimanannya, dan rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda :
Barangsiapa yang amal baiknya menyenangkan dirinya dan amal jeleknya menyedihkan dirinya, maka ia adalah orang mukmin..
📚 Majmu' fatawa 2/207.
👉🏼 Dan soal penanya kami juga ajukan pada ulama Yaman.
[30/5 11:46] ابو حنان السهيلي عثمان: السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
احسن الله اليك يا شيخنا
سائل يقول : هل الرياء يمكن ان يقع ويصدر من الشخص لاجل مدح الناس عليه بعد العمل الذي قد فعله. وهل نية الإخلاص بعد العمل لا بد ان نرعاها ونحافظ عليها من مدح الناس حتى لا يقع العجب منا ؟؟
📒 Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh ahsanallahu ilaika ya syaikhana :
Seseorang bertanya : apakah riya' mungkin terjadi dan muncul dari seseorang karena pujian manusia atasnya setelah amalan yang ia telah lakukan, apakah niat keikhlasan setelah amalan harus kita perhatikan dan jaga dari pujian manusia hingga tidak timbul rasa ujub dari dirinya??
🖋️ Jawaban syaikhuna Al_Faqih Abu Hamzah Hasan Basy-Syuaib Hafidzhahullah :
[30/5 20:38] الشيخ حسن بالشعيب: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
نعم ممكن والله أعلم.
Wa Alaikum salam warahmatullahi Wabarakatuh. Iya mungkin terjadi riya' .(selesai penukilan).
👉🏼Tambahan pent' :
Masuk dalam riya' jika ia memang mencari_cari atau sengaja menyebutkan amalan atau ketaatan yang telah dilakukan karena sum'ah hingga dikatakan ia orang yang baik, dan agar manusia pun memujinya.
Dan yang terpenting setelah melakukan amalan sholih adalah bagaimana untuk senantiasa kita jaga sebagaimana yang disebutkan oleh imam Ibnul Qayyim.
🖍 Berkata Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah :
وليس الشأن فى العمل وانما الشأن فى حفظ العمل مما يفسده ويحبطه
Bukanlah perkara yang terpenting sekedar beramal saja,
Akan tetapi perkara yang terpenting adalah menjaga amalan tersebut dari perkara perkara yang merusak dan menggugurkan amalan tersebut.(termasuk didalamnya sum'ah atau ujub) .
📚 Al wabil shoyyib 29.
🔎 Tambahan pent':
Dari sinilah dibutuhkan keseriusan untuk mempelajari, senantiasa dan terus menerus mengulang _ ulangi kitab tauhid dan buku buku aqidah agar keimanan seseorang itu semakin kuat dan kokoh .
🖍 Berkata Asy Syaikh Sulaiman bin sam'han Sebagaimana dalam Ad_duror As_saniyyah (2/260).
قد ذكر أهل العلم نواقض الاسلام، وذكر بعضهم انها قريب من أربعمائة ناقض لكن الذي أجمع عليه العلماء هو ما ذكره شيخ الإسلام اي محمد بن عبد الوهاب .
Para ahli menyebutkan pembatal pembatal keislaman, dan sebagian mereka menyebutkan bahwa pembatal keislaman itu mendekati 400 pembatal, akan tetapi yang ulama sepakat diatasnya adalah apa yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
والله اعلم بالصواب.
✍🏻 Di susun :
Abu Hanan As-Suhaily Utsman as Sandakany
12 syawwal 1441 - 4 juni 2020
Ikuti NashihatuLinnisa' di TELEGRAM
https://t.me/Nashihatulinnisa
🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾
Komentar
Posting Komentar