HUKUM SHOLAT DI ATAS KARPET YANG ADA NAJIS
🍃 Hukum sholat di atas karpet yang ada najis berupa kencing, dan bagaimana cara membersihkan karpet dari najis tersebut???
📙 Soal dari rumaysho Padang digroup wa Nashihatulinnisa.
Bismillah, mau nanya um, bagaimana hukumnya jika kita sholat d atas karpet bekas kencing anak laki² umur 2 thn, mengingat karpetnya lebar dan sulit dicuci, apa yg musti dilakukan agar bisa sholat di tmpt karpet yg sdh dikencingi tsb?? Apa sholat kita sah jika kita sholat di karpet bekas kencing tsb? Mhon jawabanya um, jazaakillahu khoiroo.
➖➖➖➖➖➖➖➖
Salah satu syarat sahnya shalat adalah suci baik pakaian, badan maupun tempat shalatnya. Orang yang shalat di tempat yang najis, atau menggunakan pakaian najis, atau ada najis di tubuhnya dalam keadaan dia mengetahuinya, maka shalatnya batal.
Allah ta’ala berfirman :
(وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ)
"Dan pakaiannmu maka sucikanlah "
Dan dalam lafazh Bukhari
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ أَنَّهَا قَالَتْ سَأَلَتِ امْرَأَةٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِحْدَانَا إِذَا أَصَابَ ثَوْبَهَا الدَّمُ مِنَ الْحَيْضَةِ كَيْفَ تَصْنَعُ ؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا أَصَابَ ثَوْبَ إِحْدَاكُنَّ الدَّمُ مِنَ الْحَيْضَةِ فَلْتَقْرُصْهُ ثُمَّ لِتَنْضَحْهُ بِمَاءٍ ثُمَّ لِتُصَلِّي فِيهِ .
Dari Asma’ binti Abi Bakar Ash Shiddiq, ia berkata: Seorang perempuan pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Ya. Rasulullah. Bagaimana pendapatmu, salah seorang dari kami pakaiannya terkena darah haidh, apa yang harus dia lakukan?”
Jawab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila pakaian salah seorang dari kamu terkena darah haidh, maka hendaklah dia menggosoknya saja (untuk menghilangkan darah haidh yang mengena pakaiannya), kemudian dia mencucinya dengan air, kemudian dia shalat dengan memakai pakaian tersebut.”
🕯Sekarang bagaimana hukum orang yang sholat diatas karpet yang ada najis kencing .??
Jika seseorang sholat diatas sajadah ,atau karpet sementara ujung sajadahnya atau pinggiran karpet ada najis berupa kencing maka sholatnya shohih selama tidak langsung bersentuhan dengan najis tersebut.
🖊Berkata imam Ibnu qudamah Rohimahullooh
" وإذا صلى على منديل , طرفه نجس أو كان تحت قدمه حبل مشدود في نجاسة , وما يصلي عليه طاهر , فصلاته صحيحة , سواء تحرك النجس بحركته , أو لم يتحرك؛ لأنه ليس بحامل للنجاسة , ولا بمصل عليها , وإنما اتصل مصلاه بها , أشبه ما لو صلى على أرض طاهرة متصلة بأرض نجسة .." انتهى من "المغني"(/402).
“Apabila dia shalat di atas kain yang ujungnya terdapat najis, atau di bawah kakinya terdapat tali yang terikat (ujungnya) dengan najis, tapi tempat yang dia shalat di atasnya adalah suci, maka shalatnya sah, baik najisnya itu bergerak ketika dia bergerak ataupun tidak; karena dia tidak membawa najis maupun shalat di atas najis tersebut, hanya saja najis itu menyambung dengan tempat shalatnya, mirip (hukumnya) dengan ketika dia shalat di atas lantai suci yang bersambung dengan lantai yang najis..”
📚 Ibnu qudamah 402
🖊 Berkata imam An Nawawi Rohimahullooh .
" إذا كان على البساط أو الحصير ونحوهما نجاسة فصلى على الموضع النجس لم تصح صلاته , وإن صلى على موضع طاهر منه : صحت صلاته , قال أصحابنا: سواء تحرك البساط بتحركه أم لا; لأنه غير حامل ولا ماس للنجاسة , وهكذا لو صلى على سرير قوائمه على نجاسة : صحت صلاته ، وإن تحرك بحركته...." .
انتهى من "المجموع" (3/159).
“Apabila di atas karpet, tikar atau sejenisnya terdapat najisnya, kemudian dia shalat di tempat yang najis maka shalatnya tidak sah, dan apabila dia shalat di atas tempat yang suci dari karpet tersebut, maka shalatnya sah. Ulama madzhab kami berkata : baik karpetnya bergerak mengikuti gerakannya ataupun tidak; karena dia tidak (dalam posisi) membawa najis maupun menyentuhnya. Begitu pula apabila dia shalat di atas ranjang yang kaki-kaki ranjang tersebut di atas najis, shalatnya sah, walaupun ranjangnya bergerak ketika dia bergerak…”
📚 Al Majmu 3/159.
🔎Atas keterangan ulama diatas : siapa yang sholat di kamar didalamnya ada najis, tapi sholat dilantai yang suci atau sholat diatas sajadah yang suci atau karpet yang suci sementara diujung sajadahnya atau ujung karpet ada najis (seperti kencing bayi berumur dua tahun sebagaimana dalam soal ) atau tikar di atas najis (najisnya ditutupi dengan tikar) dan ia tidak bersentuhan langsung dengan najis tersebut maka sholatnya sah .
🕯 Adapun Afdholnya ia mensucikan tempat sholat berupa karpet atau sajadah atau tikar atau lantai yang disitu ada najis walaupun ia sholat di tempat yang suci diatas karpet atau tikar atau lantai yang suci dan tidak bersentuhan langsung dengan najis tersebut.
Dan cara mensucikan najis tersebut adalah .
Najis yang ada di permukaan lantai atau tanah maka dicukupkan hingga hilang ‘ainun najasah ( objek najis). Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam hanya memerintahkan untuk menyiram air kencing orang badwi tersebut dengan air seember.
Ini berlaku pada semua najis yang ada di atas permukaan lantai atau tanah.
🖊 Syaikh As Sa’di menyatakan:
وَيَكْفِي فِي غَسْلِ جَمِيعِ اَلنَّجَاسَاتِ عَلَى اَلْبَدَنِ، أَوْ اَلثَّوْبِ، أَوْ اَلْبُقْعَةِ، أَوْ غَيْرِهِا: أَنْ تَزُولَ عَيْنُهَا عَنْ اَلْمَحَلِّ؛ لِأَنَّ اَلشَّارِعَ لَمْ يَشْتَرِطْ فِي جَمِيعِ غَسْلِ اَلنَّجَاسَاتِ عَدَدًا إِلَّا فِي نَجَاسَةِ اَلْكَلْبِ، فَاشْتَرَطَ فِيهَا سَبْعَ غَسْلَاتٍ، إِحْدَاهَا بِالتُّرَابِ. فِي اَلْحَدِيثِ اَلْمُتَّفَقِ عَلَيْهِ].
Dan cukup untuk mencuci semua najis yang mengenai badan atau baju atau tempat (misalkan lantai) atau selainnya, dengan hilangnya objek najis tersebut dari tempat yang terkena najis sebab pembuat syariat tidak mempersyaratkan dalam mencuci semua najis dengan beberapa kali kecuali pada najis liur anjing , dipersyaratkan padanya tujuh cucian.salah satu cuciannya dengan tanah hadits muttafaqun 'alaihi
📚 Minhajus-salikin pasal 27
🖊 Berkata Imam An_nawawi Rohimahullooh :
وأما إذا كانت النجاسة عينية ، كالدم وغيره : فلا بد من إزالة عينها ، ويستحب غسلها بعد زوال العين ثانية وثالثة " انتهى من " شرح مسلم " .
Jika najis itu nampak obyeknya seperti darah dan selainnya, maka harus menghilangkan objek dari najis tersebut, dan dianjurkan mencucinya setelah menghilangkan objek najis tersebut yang kedua kalinya dan ketiga kalinya.
📚 Dalam syarh shohih muslim .
🖊 Berkata Asy Syaikh Al Utsaimin Rohimahullooh :
"والصحيح: أنه يكفي غسلة واحدة تذهب بعين النجاسة، ويطهر المحل، ما عدا الكلب فعلى ما تقدم .
فإن لم تزل النجاسة بغسلة زاد ثانية، وثالثة وهكذا.."
Dan yang benar adalah cukup dengan mencuci sekali yang menghilangkan objek najis , dan tempat yang terkena najis itu suci, kecuali najis liur anjing, atas apa yang telah lewat pembahasannya.
Maka jika najis tidak hilang dengan cucian satu kali, maka tambah yang kedua dan ketiga kalinya , demikianlah seterusnya.
📚 Syarh mumti'i 1/421
Dalilnya hadits Anas bin Malik radhiallahu’anhu, beliau berkata:
جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي طَائِفَةِ المَسْجِدِ، فَزَجَرَهُ النَّاسُ، «فَنَهَاهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ فَأُهْرِيقَ عَلَيْهِ»
“Seorang arab badwi kencing di satu bagian masjid, maka orang-orang pun hendak memarahinya. Namun Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mereka. Ketika ia selesai kencing, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan untuk menyiram air kencingnya dengan seember air” (HR. Bukhari , Muslim ).
دعوه وهريقوا على بوله سجلا من ماء أو ذنوبا من ماء فإنما بعثتـم ميسرين ولم تبعثوا معسرين
“Biarkanlah orang itu, dan siramkanlah satu timba air atau satu ember air pada bagian yang terkena kencingnya karena sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberikan kesulitan.” riwayat Bukhari dan Muslim .
🔎 Jika terkena najis pada permukaan keras dan licin seperti lantai , maka pensuciannya cukup dengan membuang najisnya, kemudian di lap menggunakan kain saja hingga hilang warna , rasa, dan bau karena najisnya hanya menempel, dan tidak terserap,dan inilah madzhab Hanafiah, dan hindarilah penyebaran najis di atas lantai keramik dengan menyiram air, sebab jika dilakukan dengan menyiram bukan najisnya hilang ,justru menyebar ke mana mana, tapi cukuplah di lap agar najisnya terangkat, dan jika perlu untuk mengulangi di lap sampai betul dipastikan bersih , dengan hilang rasa, bau dan warnanya. Adapun lantai karpet setelah membuang kotorannya, kemudian bekasnya di siram dengan air hingga bersih, sebagaimana dalam hadits di atas .
والله اعلم بالصواب
✍Di susun oleh :
Abu Hanan As_Suhaily Utsman As_Sandakany
✸──❍✿✿❍──✸
28 Robi'ul Tsani 1440- 5 januari 2019
🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾
Ikuti NashihatuLinnisa' di TELEGRAM
https://t.me/Nashihatulinnisa
Komentar
Posting Komentar